4.000 Anjal Belum Diberdayakan

Dewa

New member
Penanganan anjal di Ibu Kota masih parsial.
KEBON SIRIH — Kinerja Dinas Sosial (Dinsc) DKI Jakarta dalam penanganan anak jalanan (anjal) belum maksimal. Dan sekitar 8 ribu anjal di Thu Kota, baru 3.894 anjal yang ikut Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanán Pemberdayaan (KSAJP).
Kepala Dinsos DKI Jakarta, Kian Kelana, mengatakan, sebanyak 3.350 anjal mendapat bantuan program melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Negara (APBN). Sisanya, 364 anjal mendapat alokasi APBD, dan 180 anjal melalui program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan. Dengan kata lain, 4.104 anjal belum tersentuh program pemberdayaan yang bentujuan mexigubah perilaku sosial tersebut.
Dikatakan Klan, program KSAJP itu bernama usaha ekonomi produktif (UEP) bagi lembaga rumah singgah. Program TJEP itu, kata dia, dianggarkan sebanyak Rp 500 juta. Anggaran terse- but akan didistribusikan ke rumah singgah yang jumlahnya sekitar 30 lembaga Masing-masing rumah singgah menerima gelontoran dana UEP sebesar Rp 8 juta. Serta, bantuan operasional lembaga sebanyak Rp 1,9 juta. Diterangkan Klan, penanganan persoalan sosial itu tak melulu menyasar anjal yang sudah dibina rumah singgah. Melainkan juga pemberdayaan lembaga hersangkutan Tintuk program UEP, sambung dia, bantuan ditujukan untuk pengelolaan usaha yang eksisting. Adapun, bantuan operasional lembaga bisa dikelola sesuai kebutuhanuntuk pembinaan anjal.
Melalui program itu, kata Kian, diharapkan setiap rumah singgah bisa memberdayakan usaha yang dikelolanya. Jika berkembang, dampaknya bakal dirasakan oleh anak binaan yang tinggal cli situ. “Melalui program mi diharapkan anjal bisa berperilaku positif dan tak batik ke jalanan,” kata Klan akhir pekan kemarin.
Anggota Komisi E DPRD Provinsi DKI Jakarta, Marie Amadea Ismayani, menilal penanganan anjal suht dilakukan selama dilakukan secara parsial. Maksudnya, kata dia, Dinsos DKI Jakarta tak boleh bekerja sendiri. Melainkan, wajib menggandeng daerah lain. “Karena tak semua anjal di 01(1 adalah ash Jakarta,” cetus anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD 01(1 Jakarta terse- but.
Ketua Forum Rumah Singgah DKI Jakarta, Agusman, menyatakan, rumah singgah yang berada dalam kelompoknya berjumlah 30 lembaga. Seluruhnya memiliki usaha, mulai skala kecil seperti toko kelontong hingga konter penjualan handphone. Ia mengaku, idealnya bantuan tersebut digunakan untuk penguatan usaha maupun operasional hembaga. “Bantuan mi adalah kali pertama. Prinslpnya harus disambut positif,” ungkapnya.
Ketua Yayasan Panti Himmata, Sarkono, menyebutkan bahwa kebijakan Dinsos DKI sebagai upaya positif yang perlu didukung. Namun, saran dia, lebila hermanfaat jika bantuan itu diberikan kepada rumah singgah yang mempunyai usaha eksis. Pasa]nya, bila bantuan dana diberikan kepada rumah singgah yang belum mempunyal usaha. Maka, bisa membingungkan pengelola rumah singgah.
Sarkono melanjiitkan, lembaga yang diasuhnya mempunyai usaha warung internet dan industni rumahan yang memroduksi sabun cud cain Karena itu, jika mendapat bantuan pemberdayaan akan digunakan modal penguatan usaha. “Jadi bantuan itu lebih hersif at penguatan usaha,” katanya .
Panti Himmata berlokasi di Jalan Plmnbang B, Rawabadak Selatan, Koja, Jakarta Utara. Di rumah singgah tersebut, kata Sarkono, secara keseluruhan mampu menampung 700 anak binaan. Namun, anjal yang tinggal di situ hanya berjumlah 50 orang. Sarkono menjelaskan, banyak anjal tinggal bersama komunitas mereka. “Mereka banyak mengontrak tinggal sendiri.”
 
Back
Top