Agama dalam Negara (sacral society )

spirit

Mod
Peperangan antara dua negara biasanya memiliki garis pemisah yang jelas dan dengan prajurit yang memakai seragam yang berbeda. Masing-masing prajurit tahu siapa lawan dan siapa kawan. Hampir tidak mungkin terjadi salah tembak atau salah mengidentifikasikan musuh.

Lain dengan perang saudara dalam satu negara (civil war) dimana biasanya tidak jelas wilayahnya dan para pejuang tidak mengenakan seragam tertentu. Bahkan dalam kondisi kalut, mereka tidak tahu yang mana kawan dan yang mana lawan.

Menjadi Prajurit Kristus

Sementara itu Alkitab memberitahukan kita bahwa sejak kita diselamatkan maka pada saat itu juga kita memasuki arena peperangan rohani (II Tim 2:3). Musuh kita bukan manusia melainkan roh-roh jahat yang bekerja dibalik manusia yang mempergunakannya (Ef 6:11-12). Tentu kita tidak memerangi manusianya melainkan mengasihinya.Kita hanya ingin memerangi paham dan konsep fasik (ungodly) yang ditanamkan oleh musuh Allah ke dalam pikiran mereka.

Senjata kita dalam memerangi roh-roh jahat bukanlah senjata yang terbuat dari besi atau materi melainkan senjata rohani (Ef 6:13-18). Senjata rohani tidak akan melukai tubuh jasmani. Oleh sebab itu peperangan rohani yang diperintahkan Tuhan dalam Alkitab bukan sebuah tindakan anarkis.

Mengapa Yudaisme Anarkis ?

Yudaisme dibangun dari satu orang yang bernama Abraham. Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, bahwa Ia akan menjadi Allah bagi seluruh keturunannya yang adalah umat Allah. Perjanjian ini dikuatkan dengan tanda darah, yaitu sunat. Oleh sebab itu setiap keturunan Abraham yang tetap memelihara janji ini akan menyunatkan anak lelakinya, dan kalau ia tidak melakukannya maka itu berarti ia mengingkari janji dan ia patut dibunuh (Kel 4:24-26).

Dari satu keturunan Abraham Allah membangun satu bangsa khusus untuk menghadirkan Juruselamat yang dijanjikan-Nya kepada umat manusia. Khusus untuk bangsa ini, Allah tidak mau menemukan satu orangpun yang tidak beribadah kepadaNya, atau mengingkari janji-Nya.

Pada awal terbentuknya bangsa ini, Allah sendiri adalah raja mereka. Namun kemudian mereka meminta seorang raja, sehingga diangkatlah Saul untuk menjadi raja. Karena Allah adalah raja mereka, maka negara dan agama adalah satu. Umat agama adalah warga negara, dan warga negara adalah umat agama. Bersatunya agama dengan negara ini disebut Sacral Society. Dalam sistem ini, yang menentang agama dilihat sama dengan menentang negara, dan yang menentang negara dilihat sebagai menentang agama. Seluruh warga negara mempercayai satu agama, dan jika ada yang berubah maka ia dibunuh.

Apakah bangsa lain dan agama lain bisa memakai sistem ini ? Tentu tidak bisa! Kecuali bangsa itu juga dibangun dari satu orang seperti Allah membangun bangsa Israel dari Abraham. Bangsa lain ketika berdiri telah dalam kondisi plural. Misalnya Indonesia yang sejak menjadi bangsa pada tanggal 17 Agustus 1945 telah terdiri dari penduduk yang berbagai agama, bukan dibangun dari satu keturunan dengan satu iman.

Instruksi Allah kepada pemimpin Yahudi ialah bunuh setiap orang yang membangkang terhadap perjanjian dengan Allah. Mengapa demikian kejam ? Jawabnya, Allah sedang memakai bangsa Israel yang dibangun-Nya untuk menurunkan Juruselamat bagi umat manusia. Agar bangsa Israel tidak terkontaminasi oleh bangsa-bangsa yang telah lama menjadi penyembah berhala, Ia harus memberlakukan hukum yang sangat keras itu.

Hukum yang sangat keras itu dimaksudkan juga agar ibadah simbolik yang dilakukan bangsa Israel tidak terkontaminasi oleh berbagai ibadah penyembahan berhala. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, Allah segera menjanjikan usaha penyelamatan. Ia akan mengirimkan Penyelamat yang akan menanggung hukuman dosa manusia. Sebelum sang Penyelamat tiba, Ia memerintahkan manusia melakukan upacara simbolik penyelamatan dengan MENYEMBELIH DOMBA di atas mezbah. Upacara ini menyimbolkan cara penyelamatan Allah yang akan menghukum dosa dengan kematian, dan domba menyimbolkan Penyelamat yang akan dihukum mati.

Upacara simbolik ini kemudian diteguhkan dalam upacara yang lebih lengkap dalam Bait Allah, dan dijaga oleh bangsa Israel. Sementara itu bangsa-bangsa lain terhanyut dalam penyembahan iblis. Hanya segelintir bangsa non Yahudi yang menyadari bahwa Allah bangsa Yahudi adalah Allah yang benar dan mereka juga pergi keYerusalem untuk beribadah (Kis 8:26 dst).

Jadi tindakan Tuhan untuk mendirikan Sacral Society dengan resiko menjalankan hukuman yang keras bagi pelanggarnya adalah demi agar jalan keselamatan yang direncanakan tidak akan terganggu dan upacara simbolik yang berfungsi membentuk konsep manusia tentang KORBAN DOSA tidak akan terkontaminasi.

Bangsa Lain Boleh Meniru ?

Bangsa lain tidak memiliki alasan untuk meniru Sacral Society Yudaisme karena tidak ada kebutuhan untuk itu. Di dunia ini tidak ada satu bangsa pun yang didirikan melalui keturunan satu orang yang berjanji dengan Allah bahwa seluruh keturunannya akan menjadi umat Allah. Tindakan untuk menciptakan Sacral Society pasti akan menghasilkan tindakan anarkis dan pelanggaran hak asasi manusia.

Agama yang konsep teologisnya adalah sistem Sacral Society akan berusaha mati-matian menyatukan agamanya dengan negara. Dan setelah agama tersebut disatukan dengan negara, maka langkah selanjutnya adalah MENGANIAYA umat agama lain. Ini adalah teori yang telah terbukti dalam perjalanan sejarah. Yudaisme adalah contoh yang paling kuno, dan Katolik di negara mayoritas Katolik, serta Islam di Iran, Afganistan adalah contoh nyata sebuah usaha mewujudkan Sacral Society di abad modern.

Lalu Kekristenan Alkitabiah ?

Kekristenan Alkitabiah mengerti bahwa praktek Sacral Society yang diadakan Allah akan dihentikan-Nya pada saat Mesias yang dijanjikan tiba. Ketika Mesias tiba, maka upacara simbolik yang mengambarkan-Nya tidak dibutuhkan lagi, maka Sacral Society yang berfungsi untuk menjaganya pun tidak dibutuhkan lagi (Luk 16:16). Ketika hakekat dari keselamatan itu tiba, ibadah dalam upacara rituil simbolik dihentikan dan diganti dengan ibadah di dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:23). Ibadah di dalam roh dan kebenaran tidak terikat pada CARA, TEMPAT, WAKTU. Ibadah di dalam roh artinya tidak bersifat jasmaniah melainkan rohaniah, dan dalam kebenaran artinya dengan pengertian dan bukan ikut-ikutan seperti ibadah simbolik. Dalam ibadah roh dan kebenaran, agama dan negara HARUS dipisahkan karena sifat ibadahnya sukarela bukan yang diselenggarakan oleh negara dengan cara paksa. Gereja atau kelompok kekristenan yang tidak paham akan kebenaran ini PASTI akan terjebak dalam usaha mencoba mendirikan Sacral Society seperti Katolik di negara yang berpenduduk mayoritas Katolik, demikian juga dengan Protestan di daerah tertentu. Telah tercatat dalam sejarah dan tidak bisa dihapus lagi bahwa Bapak-bapak Reformator membunuh orang demi membentuk Sacral Society di negara kekuasaan mereka. Di Amerika terdapat banyak monumen penganiayaan yang dilancarkan gereja Episcopal terhadap Anna-Baptist. Belakangan ini Karen Amstrong menulis sebuah buku, dan diterjemahkan dengan judul Berperang Demi Tuhan, (Fundamentalisme dalam Islam, Kristen, dan Yahudi) telah membahas tentang kekristenan dengan gegabah dan sama sekali tidak berpengertian. Jelas sekali Amstrong tidak mengerti tentang sistem Sacral Society dan sembarangan menuduh dengan tanpa pengertian yang benar.

Kekristenan yang melakukan kekerasan (anarkis) itu bukan dari kalangan Fundamentalis melainkan dari kelompok yang berusaha mendirikan sistem Sacral Society di wilayah dimana mereka mayoritas. Sedangkan kelompok Fundamentalis adalah kelompok yang tidak membalas kekerasan dengan kekerasan melainkan yang siap menyodorkan pipi kiri sesudah ditampar pipi kanannya. Kelihatan sekali bahwa si penulis terobsesi oleh Fundamentalis agama tertentu yang telah bertindak anarkis dan tanpa mempelajari dengan sungguh, secara ceroboh melabel Fundamentalis Kristen dengan label yang sama. Atau sangat mungkin Karen Amstrong memiliki maksud tersembunyi untuk merusak nama baik Kristen Fundamental yang harum dengan mensejajarkannnya dengan kelompok Fundamentalis lain.

Setelah Tuhan menutup sistem Sacral Society dan menggantikannya dengan sistem Gereja Lokal (penyembahan dalam roh dan kebenaran), paradigma baru baik dalam ibadah maupun sikap hidup segera diterapkan. Ibadah rituil simbolik ditutup dan ibadah di dalam roh dan kebenaran dimulai. Kesucian yang dituntut bukan lagi kesucian jasmani melainkan kesucian hati. Dengan paradigma baru ini tidak ada kepentingan untuk mengkristenkan orang secara jasmani karena tidak ada gunanya sama sekali. Orang bersangkutan harus percaya dengan hati dan akal budi, bukan sekedar terdaftar sebagai orang Kristen atau melakukan ibadah lahiriah. Itulah sebabnya tidak ada gunanya memaksa orang menjadi Kristen karena yang penting itu bukan badannnya atau pengakuan formalnya, melainkan sikap hatinya. Sekalipun yang bersangkutan berhasil dipaksa, diancam, menjadi orang Kristen, namun jika hatinya tidak menerima, semua itu tidak ada artinya.

Kristen Fundamentalis faham sekali KEBENARAN KRISTEN YANG PALING FUNDAMENTAL ini sehingga tidak mungkin bagi Kristen Fundamental untuk melakukan PERANG DEMI TUHAN atau AGAMA. Semakin fundamental suatu kelompok kekristenan , mereka akan semakin menekankan KEKUDUSAN HATI sehingga TIDAK MUNGKIN mereka akan melakukan tindakan anarkis apalagi melakukan perang fisik. Sekali mereka melakukan tindakan anarkis maka mereka bukan fundamentalis Kristen lagi melainkan fundamentalis agama lain yang memakai nama Kristen. Kelompok yang mungkin melakukan hal ini ialah umat agama yang getol berjuang untuk membangun sebuah Sacral Society atau yang mempromosikan ibadah lahiriah dan yang berusaha menambah KUANTITAS umat secara lahiriah. (berbagai sumber)
 
Back
Top