Alutsista: Rudal AGM-65 MAVERICK

langit_byru

New member

Hawk TNI dan Maverick

Kalau Prancis ngetop dengan kedigdayaan rudal Exocet dalam Konflik Malvinas (1982), AS punya AGM-65 Maverick sebagai rival. Tak hanya melenggang berdua saja, kalau disimak lebih jauh sebenarnya masih ada tipe-tipe rudal udara-permukaan lain. Sebut saja AS-15 TT yang juga asai Prancis atau Kh-59ME (AS-18 Kazoo) buatan Cina. Nah, untuk sekarang ini giliran Rudal Maverick yang bakalan dibedah habis.

Bila menengok kebelakang, kehadiran Maverick berawal dari keinginan AU AS akan rudal penghancur sasaran
permukaan berkategori kompak. Penjabaran kata kompak ini adalah, mudah pemeliharaan, bisa digotong dalam jumlah banyak pada tiap jenis pesawat tempur tapi tetap berakurasi tinggi. Maklum, rudal generasi sebelumnya AGM-12 Bullpup punya karakter sebaliknya. Tanpa perlu berpusing-pusing, Hughes Aircraft Company kemudian melansir varian Maverick pada awai era 70-an.

Secara garis besar tubuh Maverick bisa dibagi jadi tiga bagian. Dimulai dengan sistem pemandu beserta perangkat elektronik pendukungnya, hulu ledak, dan motor pendorong berbahan bakar padat Thiokol TX-481. Bicara soal hulu ledak, tinggal pilih, mau yang berbobot 57 kg atau 136 kg. Masalah jarak jangkau juga lumayan jauh, yaitu 27 km. Itupun bisa diterabas hanya dengan sekedipan mata saja. Maklum rudal ini bisa melesat hingga kecepatan 1.150 km per jam.


Keluarga Maverick

Rampung urusan fisik, kini giliran piranti pemandunya. Setidaknya ada tiga tipe sistem pemandu yang diadopsi. Sistem pertama adalah pemandu optik TV [TV guided). Prinsip kerja-nya, sang pilot pembawa mengincar target melalui kamera mungil pada ujung rudal, menguncinya, lalu ... whuuus, rudal meluncur ke target dengan bebas layaknya kaum bohemian yang antikemapanan. Masuk dalam kategori ini adalah AGM-65A, B, dan terakhir K. Pada varian K tingkat sensitivitas optik didongkrak dengan tambahan perangkat CCD (Charge Coupled Device).

Sistem kedua adalah pemandu infra merah. Prinsip kerjanya adalah dengan mengenali panas yang dipancarkan sasaran. Alhasil sistem ini logikanya paling pas buat menghajar sasaran bergerak macam tank atau kapal.

Walau demikian pihak pabrikan yang sekarang menggawangi pembuatan Maverick, Raytheon Co., menjamin kalau varian AGM-65D, G (versi AU) dan F (versi AL) sakti pula untuk melahap sasaran tetap.


AH-1 Cobra pun bisa dipasangi Maverick

Sistem terakhir adalah pemandu laser [laser guided). Agar sukses melahap sasaran, maka pantulan sinar laser yang ditembakkan pada target jadi intinya. Sistem ini hanya diterapkan pada varian AGM-65E milik Marinir AS.

Di dalam negeri, TNI AU juga memiliki salah satu varian rudal ini, yaitu varian AGM-65G. Walau terbilang belum pernah memancing perhatian publik, toh, pro-duksinya yang mencapai angka 65 ribu unit bisa saja dianggap sah sebagai barometer keandalan Maverick. Dengan anggaran yang ada, bersamaan dengan pesanan F-16 dari AS, pemerintah pun kembali memesan rudal Maverick ini.

Dari kenyataan tadi, sudah barang tentu AS bakalan berpikir seribu kali untuk memensiunkan rudal-rudal ini dari daftar inventaris. Alhasil, tak heran pula kalau julukan The US Classic Destroyer melekat erat pada keluarga besar rudal Maverick.


SUMBER http://militer.co.id/rudal-agm-65-maverick/

Di Indonesia, maverick di pasang pada Hawk dan F-16
 
Back
Top