Wah jangan begitu... Jangan jadi menghalalkan sikap durhaka itu!! Kita malah wajib memaafkan orang tua kita kalau mereka melakukan hal-hal yang menyakiti kita... Kalau kita memelihara kebencian, hidup kita gak akan bisa bahagia!! Orang tua kadang juga adalah produk dari masa lalunya. Ada orang yang melakukan hal yang menyakitkan anak-anaknya tanpa sadar karena itu dicontohkan oleh orang tua mereka juga. Jadi dia taunya menjadi orang tua ya seperti orang tuanya yang rajin menyakiti dan membuat anaknya sengsara!! Kalau kita tau bahwa itu gak baik, jangan dilakukan ke anak kita. Kita memperbaiki sikap yang gak baik jadi lebih baik. Kalau kalian baca serialnya A child called it, buku yang ke-3 kalian akan bisa liat betapa anak yang disiksa ibunya pada saat kecil, bisa berdamai dengan masa lalunya dengan memaafkan ibunya. Bahkan saat dewasa & ketemu ibunya lagi & ibunya gak berubah, dia malah jadi kasihan melihat ibunya. Betapa tidak bahagianya hidup di lingkaran kebencian dan tidak bisa melepaskan diri dari situ. Padahal all she had to do is step out of the circle, but she did not know how...
Pada dasarnya sikap balas dendam gak ada untungnya buat diri kita pribadi. Klasifikasi durhaka itu kan sebenarnya kita "membalas". Karena kita gak dicintai, kita balas dengan membenci. Kalau kita melihat ke sekeliling kita, masih banyak yang jauh lebih gak beruntung dalam hal relasi dengan ortunya. So petik aja pelajaran dari situ, tapi maafkanlah diri kamu dan orang tua kamu biar kamu gak jadi pendendam... Gak ada buah yang bisa kamu petik dari kemarahan, kebencian dan pembalasan. Susah, tapi bisa kalau kamu berani menjalani proses itu...
Ini ada sekelumit cerita yang mungkin bisa jadi pencerahan:
Seorang teman bercerita, bagaimana masa kecilnya dia sering disiksa bapak ibunya. Sering terjadi, ibunya memanas-manasi bapaknya saat si bapak memukuli anaknya. ?Terus Pak! Terus Pak! Pukuli aja sampai babak belur, anak nggak tau diri. Biar mampus sekalian aja?. Bahkan setelah dipukuli, si ibu dengan tega menelanjangi sang anak, mengurungnya di dalam kamar mandi selama tiga hari tiga malam tanpa diberi makan/minum. Kelima anak mereka mengalami perlakuan yang sama. Sementara anak pertama dan kedua mengalami hal-hal yang lebih mengerikan sehingga menurut cerita teman yang anak ketiga, merupakan keajaiban/berkah mereka berdua bisa survive tetap hidup sampai sekarang. Saking kejamnya perlakuan itu, sampai aku ? tidak percaya ada orang tua seperti itu. Dan ? nya lagi kupikir temanku yang bohong. Jadi kekejaman yang extra ordinary macam apa yang dilakukan ke anak pertama dan anak kedua, tidak terlalu kupikirkan, jadi lupa.
Kemudian temanku itu cerita, saat sudah dewasa, kelima anak-anak itu berbincang menginginkan suasana lebaran seperti keluarga-keluarga yang lain. Mereka ingin merasakan suasana bermaaf-maafan yang mereka lihat terjadi di rumah tetangga-tetangga. Mereka berlima merencanakan untuk sungkem ?minta maaf? saat lebaran tiba. Yang terjadi, saat mereka sungkem ke ibu mereka, ibu mereka malah berteriak,?Setan lo semua! Sampai mati pun tidak akan gue maafin. Anak setan lo semua! Biar mampus masuk neraka lo semua!? Lagi, aku cuma bengong mendengarnya. Yang keluar dari mulutku malah,?Lagi elo! Udah tau nyokap lo kayak gitu, pake macem-macem pengen sungkeman lagi!?