Tuhan itu Ada (Penyempurnaan Argumentasi Klasik, KeTakTerbatasan - Penelusuran Mundur)
Setelah sekian lama mencari kebenaran dan akhirnya menemukan bukti kebenaran keberadaan Tuhan, … dan setelah mengetahui belum adanya argumentasi dengan eksplorasi pola kedalaman seperti yang telah saya ekplorasi, maka saya memulai publikasi ini. Anda dapat menambah wawasan dengan membaca argumentasi dari Aristotle dan lainnya.
Argumentasi ini menyempurnakan argumentasi yang mungkin telah anda kenal yaitu: “karena penelusuran mundur tak terbatas tidak mungkin, maka akan berakhir kepada Sesuatu yang paling awal (Tuhan)”, dimana penyempurnaan saya lakukan dengan meniadakan alasan yang bersandar kepada “adanya ketidak-terbatasan yang menandakan kemustahilan, dan yang harus ditebus dengan keyakinan adanya tak berawal”. Yaitu dengan melihat apa yang terjadi jika gagasan ketakterbatasan pada argumentasi ini dipertahankan, lalu mengamati konsekuensinya.Anda dapat mengganti variabel “x” dengan apapun, dalam hal ini dapat dipahami pula “x” sebagai suatu batasan tertentu yang bercirikan partikel atau lainnya.
Sebelum lebih jauh anda mempelajari argumentasi tentang “Terbukti Tuhan itu Ada”, maka sebaiknya pelajari terlebih dahulu di bagian
Philosophy untuk menyadari seberapa luas dari pemahaman yang terkandung pada bagian tersebut, agar jangan sampai terjadi anda mempertanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah terjawab oleh apa yang ada pada bagian
Philosophy.
ARGUMENTASI (Terbukti Tuhan itu Ada)
KEBERADAAN TAK BERAWAL ITU ADA
(Konsekuensi Penelusuran Mundur)
Keberadaan sesuatu berasal dari keberadaan sesuatu yang lain dan keberadaan sesuatu yang lain berasal dari keberadaan sesuatu yang lain lagi demikian seterusnya sehingga membentuk sesuatu pola penelusuran mundur yang dimulai dari akibat lalu mundur menuju sebab dengan pola penelusuran mundur yang boleh jadi tak berkesudahan.
“x” < [berasal dari] ~ (tak berkesudahan)
(akibat – yang kemudian) < [berasal dari] (tak berkesudahan – yang sebelumnya)
Dengan mengandaikan bahwa dari “x” tidak muncul keberadaan sesuatu yang lain maka batas yang paling kiri berada pada “x” (akibat – yang kemudian) dengan penelusuran mundur ke arah kanan (sebab – yang sebelumnya) menjauhi “x”.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah pada saat ini dapat terjadi penciptaan ? Ada dua kemungkinan jawaban yaitu:
1. Jika tidak dimungkinkan terjadinya penciptaan berarti tidak ada perubahan jumlah keberadaan sehingga jumlah keberadaan dihitung dari “x” (akibat – yang kemudian) lalu mundur ke arah kanan (sebab – yang sebelumnya) menjauhi “x” adalah sebesar tertentu yang tak bertambah,
“x” < [penelusuran mundur ke] “!” (Terbatas), yang berarti …
“x” < [berasal dari] “!” (Titik Paling Awal)
(akibat – yang kemudian) < [penelusuran mundur ke - dari] “!” (Terbatas – Titik Paling Awal)
2. Kalaupun dinyatakan bahwa dimungkinkan terjadinya penciptaan berarti ada penambahan ke arah kanan (menjauhi “x”):
“x” < [berasal dari] “?” [penambahan] > “y”
(akibat – yang kemudian) < [berasal dari] (“?” – sebab – yang sebelumnya – terletak di posisi yang manapun) [penambahan] > akibat
yang mengakibatkan terbentuknya dua arah penelusuran mundur yaitu:
- penelusuran mundur dari “x” (akibat) menuju ke arah kanan (sebab – terletak di posisi manapun menjauhi “x”),
“x” < [penelusuran mundur] “?”
(akibat – yang kemudian) < [penelusuran mundur] (“?” – sebab – yang sebelumnya – di posisi yang manapun)
- dari “y ” (akibat – – yang kemudian – yang berada di ujung berlawan dengan “x”) terletak di posisi manapun setelah “?” (sebab – – yang sebelumnya – terletak di posisi manapun) menuju ke arah kiri (menuju ke “?”)
“x” < [berasal dari] “?” [penambahan] > “y”
“y” < [berasal dari] “?” [penambahan] > “x”
(akibat – yang kemudian) < [berasal dari] (“?” – sebab – yang sebelumnya – terletak di posisi manapun) [penambahan] > (akibat – yang kemudian)
“y” < [penelusuran mundur] “?”
(akibat – yang kemudian) < [penelusuran mundur] (“?” – sebab – yang sebelumnya – terletak di posisi manapun)
“x” < [berasal dari] “?” [penambahan] > “y”
“y” < [berasal dari] “?” [penambahan] > “x”
“x” [mundur ke kanan] > “?” <[mundur dari arah kanan] > “y”
(“x” – akibat) < [mundur ke kanan] (“?” – sebab) [mundur dari arah kanan] > (“y” – akibat)
(“x” – akibat – yang kemudian) < [mundur ke kanan] (Titik Pertemuan) [mundur dari arah kanan] > (“y” – akibat – yang kemudian)
(“x” – akibat) [menuju ke arah kanan] > (Titik Pertemuan – Paling Awal) < [menuju ke arah kiri] (“y” – akibat)
Bagaimanapun penelusuran diusahakan selalu menunjukkan (menuju ke) titik akhir yang merupakan batas sebagai titik paling awal. Kebenaran ini menegaskan bahwa pola penelusuran mundur yang dimulai dari akibat lalu mundur menuju sebab dengan pola mundur yang tak berkesudahan adalah merupakan kemustahilan sehingga yang benar adalah bahwa pola penelusuran mundur yang dimulai dari akibat lalu mundur menuju sebab adalah merupakan pola penelusuran mundur yang tidak tak berkesudahan sebagaimana yang telah dibuktikan melalui beberapa kebenaran di atas dan hal ini menegaskan secara pasti adanya Keberadaaan Tak Berawal yang bukan merupakan akibat dari sebab yang manapun.
January, 1 – 2000 ~ April, 20 – 2003: 03:00
Dialog ini adalah sebagai usaha untuk mempermudah pemahaman. Terkadang pemikiran logis dapat sedemikian terkesan tidak masuk akal karena menggunakan simbol simbol di dalam penalaran yang jarang (tidak umum) di pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dialog ini semoga membantu anda untuk mendapatkan “kesan masuk akal”.
Intinya adalah: apakah kita pergi dari masa lalu menuju masa sekarang atau sebaliknya, tidak terdapat ketidakterbatasan di dalam suatu urutan kejadian.
Saya menggunakan dialog ini untuk lebih menjelaskan. Gunakanlah penalaran imajinatif anda. Sedikit mengenai apakah penalaran imajinatif itu.
Jika argumentasi di atas (TERBUKTI TUHAN ITU ADA) di konversi ke dalam format dialog, maka akan menjadi seperti ini:
ARGUMENTASI (Terbukti Tuhan itu Ada – Versi Dialog)
Saya: “Baiklah infinite, anda harus berlari ke masa lalu sejauh yang anda bisa lakukan”
Infinite: “Benar, saya sedang berlari ke masa lalu”
Saya: “Bisakah anda berhenti untuk sesaat, agar saya dapat menangkap yang paling awal ?”
Infinite: “Tidak bisa, saya tetap berlari ke masa lalu, dan saya tidak pernah berhenti untuk berlari ke masa lalu, oleh karenanya tidak akan pernah ada yang paling awal”
Saya: “Baiklah, bagaimana jika saya membuat tebakan tentang angka tertentu yang mewakili jumlah keberadaan di jalur perjalanan anda ke masa lalu, sebagai angka terjauh (terbesar) ?”
Infinite: “Baiklah, apa angka tersebut?”
Saya: “Angka tersebut adalah kurang dari yang anda miliki”
Infinite: “Anda tidak dapat menangkap saya!, saya selalu berlari ke masa lalu”
Saya: “Angka tersebut adalah sama dengan jumlah keberadaan terakhir yang berada dalam jalur penelusuran anda ke masa lalu?”
Infinite: “Angka anda tidak akan pernah sama dengan angka saya”, “Dan saya masih berlari ke masa lalu, oleh karena itu, angka pada saya masih akan selalu bertambah”
Saya: “Angka tersebut adalah lebih besar dari yang anda miliki”
Infinite: “maka angka tersebut adalah angka saya dan bukan termasuk angka yang melampaui saya, saya masih berlari ke masa lalu dan tidak ada indikasi adanya titik paling awal sebagai titik akhir bagi perjalanan saya ke masa lalu”
Saya: “Dapatkah anda memberitahukan kepada saya angka pada saat ini menurut anda?”
Infinite: “Angkanya adalah ini 1000xxx…!” “Tetapi perlu saya ingatkan bahwa angka ini hanya valid untuk saat ini saja, tetapi nanti ketika saya masih melanjutkan perjalanan ke masa lalu, angka tersebut dapat berubah menjadi angka berbeda yang lebih besar lagi”
Saya: “Baiklah kalau begitu, saya menerima angka anda”
Saya: “Apakah anda berlari mundur ke masa lalu, hanyalah melewati keberadaan di masa lalu, atau setiap saat anda mundur ke masa lalu hal itu mencerminkan kehadiran keberadaan yang lain lagi?
Infinite: “Saya hanya melewati saja, karena kehadiran keberadaan di masa lalu sudah tersedia sebanyak apapun”
Saya: “Ini mustahil, karena ini berarti anda tidak akan pernah berada di titik paling awal di masa lalu dari suatu keberadaan yang aktual”
Infinite: “Baiklah kalau begitu, bahwa sebenarnya saya selalu berada pada titik paling awal yang manapun di masa lalu, dan akan selalu mundur terus”
Saya: “Ini berarti, anda selalu berlari ke masa lalu, dan itu menegaskan selalu adanya kehadiran baru di masa lalu”
Infinite: “Saya menerima koreksi anda”
Saya: “Ini juga berarti bahwa, dari titik manapun di masa lalu, saya dapat melewati beragam kehadiran keberadaan dari arah yang berlawan dengan arah perjalanan anda ke masa lalu”
Infinite: “Benar”
Saya: “Dan saya juga dapat menelusuri mundur dari masa depan pada saat ini menuju masa lalu”
Infinite: “Benar”
Saya: “Ini berarti menegaskan bahwa dari masa yang paling sekarang (di titik manapun), lalu mundur ke belakang, akan bertemu di suatu titik tertentu yang merupakan titik temu dari kedua arah penelusuran mundur. Dari masa depan ke masa lalu, dan dari masa lalu ke masa depan.” “Dan ini menegaskan keberadaan pada titik temu tersebut”
Infinite: “Akhirnya anda menemukan juga titik akhir (titik temu) dari penelusuran anda ke masa lalu saya”
Di dalam suatu deret penelusuran, maka penelusuran pada titik sembarang manapun dari arah kiri atau dari arah kanan, akan bertemu pada dua titik yang saling berdekatan. Salah satu dari dua titik ini harus merupakan akibat bagi lainnya, sehingga salah satunya juga harus merupakan “yang tak berawal” (sebab dan yang menjadi sandaran). Jika tidak ada salah satunya yang merupakan “yang tak berawal”, maka keduanya bukan merupakan sebab, sehingga keduanya (titik yang saling berdekatan) bersandar (sebagai “akibat”) pada ketiadaan (karena memang tidak ada tempat yang merupakan “sebab” bagi sandaran), yang merupakan kemustahilan.
Penyempurnaan argumen saya adalah pada kenyataan bahwa ketika kita memaksa mundur ke belakang sejauh tak terbatas, maka ketakterbatasan itu sendiri menunjukkan kepada kita adanya arah yang berlawan (penelusuran mundur dari masa lalu ke masa depan – ditinjau dari sisi “ketakterbatasan”), yang pada akhirnya akan bertemu di satu titik dengan penelusuran dari sisi kita di masa sekarang ke masa lalu.
Sekali lagi, maaf, jika ada yang tidak berkenan dengan argumentasi saya, karena seseorang tidak selalu sesuai bagi lainnya. Terima kasih