lelaki
New member
Derasnya produk murah asal China yang masuk ke pasar Indonesia dinilai Kamar Dagang Indonesia (KADIN) sudah sangat mengganggu produk dalam negeri. Pasalnya saat ini, sebagian besar produk China dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan produk dalam negeri.
"Produk China yang murah sangat mengganggu pasar Indonesia, ini karena pemerintah China memberikan subsidi yang berlebihan," kata wakil ketua KADIN bidang Perdagangan dan Distribusi I Ketut Suardhana Linggih, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/9/2008). Menurutnya, mendominasinya produk China di pasar Indonesia akan terus terbuka lebar, apabila pemerintah tidak segera memperbaiki strategi pemasaran produk dalam negeri.
Dia menambahkan, tanpa ada kebijakan strategi pemasaran yang jitu, maka selamanya Indonesia akan menjadi market mereka dan tingkat daya saing akan terus kalah. Lebih lanjut, kata Ketut, murahnya produk China di pasar Indonesia akan terus meningkat karena didukung pula oleh konsumsi dalam negeri yang besar terhadap produk dari negara tirai bambu. "Daya beli masyarakat kita masih rendah dan tak ayal mereka akan memilih produk China yang murah dan efesien," tandasnya.
Maka untuk menyiasati derasnya produk China yang murah, pemerintah dinilai perlu melakukan perjanjian khusus perdagangan dengan pemerintah China dengan berbagai pertimbangan yang ada. Selain itu, juga perlu mengikuti langkah yang diambil pemerintah China dengan memberikan subsidi terselubung dan berlebihan, seperti memberikan dukungan kredit ekspor bagi pelaku usaha, insentif pajak, listrik, dan tanah.
"Produk China murah karena kebijakan dari hulunya sudah mereka atasi yang kemudian di hilir mereka tidak masalah jual murah, karena resikonya sudah mereka tekan," paparnya. Apa yang telah di lakukan pemerintah China dengan memberikan dukungan subsidi berlebihan dan subsidi terselubung tidak menyalahi aturan perjanjian perdagangan dunia (WTO) dan Indonesia bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang telah dilakukan pemerintah China. Namun, kata Ketut, selama ini kendala tersebut lebih pada lemahnya kordinasi antar pemerintah, baik itu Departemen Perdagangan, Departemen Industri atau Departemen Keuangan. (ade)
Sumber : Okezone, 18 September 2008
"Produk China yang murah sangat mengganggu pasar Indonesia, ini karena pemerintah China memberikan subsidi yang berlebihan," kata wakil ketua KADIN bidang Perdagangan dan Distribusi I Ketut Suardhana Linggih, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/9/2008). Menurutnya, mendominasinya produk China di pasar Indonesia akan terus terbuka lebar, apabila pemerintah tidak segera memperbaiki strategi pemasaran produk dalam negeri.
Dia menambahkan, tanpa ada kebijakan strategi pemasaran yang jitu, maka selamanya Indonesia akan menjadi market mereka dan tingkat daya saing akan terus kalah. Lebih lanjut, kata Ketut, murahnya produk China di pasar Indonesia akan terus meningkat karena didukung pula oleh konsumsi dalam negeri yang besar terhadap produk dari negara tirai bambu. "Daya beli masyarakat kita masih rendah dan tak ayal mereka akan memilih produk China yang murah dan efesien," tandasnya.
Maka untuk menyiasati derasnya produk China yang murah, pemerintah dinilai perlu melakukan perjanjian khusus perdagangan dengan pemerintah China dengan berbagai pertimbangan yang ada. Selain itu, juga perlu mengikuti langkah yang diambil pemerintah China dengan memberikan subsidi terselubung dan berlebihan, seperti memberikan dukungan kredit ekspor bagi pelaku usaha, insentif pajak, listrik, dan tanah.
"Produk China murah karena kebijakan dari hulunya sudah mereka atasi yang kemudian di hilir mereka tidak masalah jual murah, karena resikonya sudah mereka tekan," paparnya. Apa yang telah di lakukan pemerintah China dengan memberikan dukungan subsidi berlebihan dan subsidi terselubung tidak menyalahi aturan perjanjian perdagangan dunia (WTO) dan Indonesia bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang telah dilakukan pemerintah China. Namun, kata Ketut, selama ini kendala tersebut lebih pada lemahnya kordinasi antar pemerintah, baik itu Departemen Perdagangan, Departemen Industri atau Departemen Keuangan. (ade)
Sumber : Okezone, 18 September 2008