Penulis: Abu Abdillah Rudi
Kesempurnaan Islam Tidak Butuh Penambahan
Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap. Islam mengatur berbagai sisi kehidupan manusia, mulai dari hal-hal besar seperti mengurus negara sampai hal-hal yang dianggap sebelah mata oleh manusia seperti tatacara buang hajat. Tidak hanya kaum muslimin saja yang mengakuinya, bahkan orang kafir pun mengakui kesempurnaaan Islam tersebut. Sungguh persaksian Allah bahwa bahwa Islam telah sempurna sebagai mana dalam surat Al Ma’idah sudah cukup bagi kita, dan sesuatu yang sempurna tidak memerlukan pengurangan ataupun penambahan sedikitpun. Bagaimana bisa sesuatu yang telah dibuat sempurna oleh Alloh masih ada yang bisa menyempurnakan lagi. Mengurangi ataupun menambah sesuatu maka mengkonsekuensikan kekurangnya. Simaklah baik-baik sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah suatu amalan yang dapat memasukan seseorang ke surga dan menjauhkannya keneraka kecuali telah dijelaskan kepada kalian semua.” (Hadits Shohih. Diriwayatkan oleh At Thabrony dari sahabat Abu Dzar Al Ghifary)
Menambah Berarti Menganggap Islam Tidak Sempurna
Seorang yang tidak puas dengan syariat Islam dan ingin menambah-nambah dengan hal yang baru maka sengaja maupun tidak sengaja menyatakan bahwa Islam tidak sempurna! Saudaraku, itulah yang disebut dengan bid’ah. Ketahuilah para ulama telah mendefinisikan bid’ah sebagai perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam urusan agama, yang serupa dengan syariat akan tetapi tidak ada contoh sebelumnya dari para salaf, dan ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Para pembaca yang budiman, kiranya jelas kesesatan bid’ah didalam agama walaupun dengan dalih apapun. Hal ini telah jelas disabdakan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “…Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. Baihaqy, An Nasai)
Pembaca sekalian, tidakkah engkau dengar alangkah bagusnya ucapan Imam Asy Syafi’i tatkala beliau berkomentar mengenai masalah bidah. Beliau mengatakan, “Barang siapa yang menganggap baik urusan-urusan baru, maka ia telah membuat syariat.”
Akibat Buruk Perbuatan Bid’ah
Sungguh dampak perbuatan bidah ini begitu besar, diantaranya:
1. Amalnya Tertolak.
Rosululloh bersabda, “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu amalan itu tertolak.” (HR. Bukhori Muslim). Alangkah meruginya orang yang berbuat bid’ah. Ia menganggap amalnya itu dapat mengantarkannya ke surga, tapi hakikatnya ia telah menempuh jalan kesesatan yang menghantarkan ke dalam jurang neraka. Perhatikanlah firman Allah tentang orang yang paling merugi, “Yaitu orang-orang yang berbuat kesesatan tatkala hidup didunia sedangkan mereka mengira berbuat kebaikan.” (Al Kahfi: 104)
2. Termasuk orang terlaknat.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara yang baru (bid’ah) atau mendukung pelaku bid’ah maka akan mendapatkan laknat Allah, para malaikat dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Pelaku bid’ah tidak akan diterima taubatnya.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencegah pelaku bid’ah melakukan taubat.” (HR. Thobrony, Baihaqi). Hal ini dikarenaka pelaku bid’ah tidak sadar bahwa dirinya telah berbuat dosa dengan perbuatan bid’ahnya bahkan menyangka telah berbuat amal yang saleh, maka menjadi terbaliklah baginya antara yang benar dan yang salah.
Kaum muslimin sekalian, mengingat begitu besar bahaya bid’ah maka menjadi kewajiban bagi kita untuk berhati-hati untuk tidak membuat cara-cara baru dalam beragama. Sungguh, jika kita mau melaksanakan apa yang sudah dicontohkan Nabi, niscaya cukup bagi kita. Semoga Alloh membersihkan amal kita dari noda-noda bid’ah dan memasukkan kita ke dalam orang-orang yang berbuat sholih
sumber:salafyoon.net
Kesempurnaan Islam Tidak Butuh Penambahan
Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap. Islam mengatur berbagai sisi kehidupan manusia, mulai dari hal-hal besar seperti mengurus negara sampai hal-hal yang dianggap sebelah mata oleh manusia seperti tatacara buang hajat. Tidak hanya kaum muslimin saja yang mengakuinya, bahkan orang kafir pun mengakui kesempurnaaan Islam tersebut. Sungguh persaksian Allah bahwa bahwa Islam telah sempurna sebagai mana dalam surat Al Ma’idah sudah cukup bagi kita, dan sesuatu yang sempurna tidak memerlukan pengurangan ataupun penambahan sedikitpun. Bagaimana bisa sesuatu yang telah dibuat sempurna oleh Alloh masih ada yang bisa menyempurnakan lagi. Mengurangi ataupun menambah sesuatu maka mengkonsekuensikan kekurangnya. Simaklah baik-baik sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah suatu amalan yang dapat memasukan seseorang ke surga dan menjauhkannya keneraka kecuali telah dijelaskan kepada kalian semua.” (Hadits Shohih. Diriwayatkan oleh At Thabrony dari sahabat Abu Dzar Al Ghifary)
Menambah Berarti Menganggap Islam Tidak Sempurna
Seorang yang tidak puas dengan syariat Islam dan ingin menambah-nambah dengan hal yang baru maka sengaja maupun tidak sengaja menyatakan bahwa Islam tidak sempurna! Saudaraku, itulah yang disebut dengan bid’ah. Ketahuilah para ulama telah mendefinisikan bid’ah sebagai perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam urusan agama, yang serupa dengan syariat akan tetapi tidak ada contoh sebelumnya dari para salaf, dan ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Para pembaca yang budiman, kiranya jelas kesesatan bid’ah didalam agama walaupun dengan dalih apapun. Hal ini telah jelas disabdakan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “…Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. Baihaqy, An Nasai)
Pembaca sekalian, tidakkah engkau dengar alangkah bagusnya ucapan Imam Asy Syafi’i tatkala beliau berkomentar mengenai masalah bidah. Beliau mengatakan, “Barang siapa yang menganggap baik urusan-urusan baru, maka ia telah membuat syariat.”
Akibat Buruk Perbuatan Bid’ah
Sungguh dampak perbuatan bidah ini begitu besar, diantaranya:
1. Amalnya Tertolak.
Rosululloh bersabda, “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu amalan itu tertolak.” (HR. Bukhori Muslim). Alangkah meruginya orang yang berbuat bid’ah. Ia menganggap amalnya itu dapat mengantarkannya ke surga, tapi hakikatnya ia telah menempuh jalan kesesatan yang menghantarkan ke dalam jurang neraka. Perhatikanlah firman Allah tentang orang yang paling merugi, “Yaitu orang-orang yang berbuat kesesatan tatkala hidup didunia sedangkan mereka mengira berbuat kebaikan.” (Al Kahfi: 104)
2. Termasuk orang terlaknat.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara yang baru (bid’ah) atau mendukung pelaku bid’ah maka akan mendapatkan laknat Allah, para malaikat dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Pelaku bid’ah tidak akan diterima taubatnya.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencegah pelaku bid’ah melakukan taubat.” (HR. Thobrony, Baihaqi). Hal ini dikarenaka pelaku bid’ah tidak sadar bahwa dirinya telah berbuat dosa dengan perbuatan bid’ahnya bahkan menyangka telah berbuat amal yang saleh, maka menjadi terbaliklah baginya antara yang benar dan yang salah.
Kaum muslimin sekalian, mengingat begitu besar bahaya bid’ah maka menjadi kewajiban bagi kita untuk berhati-hati untuk tidak membuat cara-cara baru dalam beragama. Sungguh, jika kita mau melaksanakan apa yang sudah dicontohkan Nabi, niscaya cukup bagi kita. Semoga Alloh membersihkan amal kita dari noda-noda bid’ah dan memasukkan kita ke dalam orang-orang yang berbuat sholih
sumber:salafyoon.net
Last edited: