Bls: Babad Lasem
humm keren mbak dipi,,thanks yak infonya..
hummm jadi bener gini ga sih...bisa disimpulkan babad lasem itu, cerita seputar kerajaan Lasem dan semua orang-orang yang berperan di dalamnya,,yang juga berisi petuah-petuah bijak dan sejarah, yang tertulis di Kakawin Babad Badrasanti (BB)..bener gitu bukan?
betul sekali jeng Resi.
Karena ini sudah masuh room Sejarah, saya mau coba memaparkan apa yang ditanyakan oleh profmads.
Kedatangan Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh kerajaan Bedahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwo. Dengan terlebih dahulu membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar dengan dibantu oleh beberapa orang Arya mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan kerajaan Bedahulu mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Setelah Pasunggrigis menyerah terjadi kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Aga.
Pada Serangan pertama, Ki Kebo Iwa dapat dibawa ke Majapahit dan dibunuh. Hal ini tertulis dalam buku Sejarah Bali Radjya hal 13, 14, 15 yang berbunyi
“Dening saking wiwekan sire Patih Arya Damar sareng Patih Gadjah Mada tahun 1324 nunas Ki Kebo Iwa ring Ide Sri Bedemuke (Raja Bedahulu) raris kapice Ki Kebo Iwa, serawuh dane ring Majapahit null kabiseka kasedayang” dan ada beberapa buku yang menyebutkan seperti itu.
Pada penyerangan kedua pada tahun 1343, Ida Sang Arya Damar dan Patih Gadjah Mada meyerang Bali dengan mendirikan Benteng di tengah-tengah Bumi Bali yang disebut Pura Luhur Kauh/Puseh sebagai titik sentral Majapahit dengan mendirikan Lingga Yoni Trilingga (Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa) yang bersifat vertical dan horizontal (Brahma, Wisnu, Iswara, dst.) yang berkembang menjadi Asta Dewata sebagai lambing Budha Lokeswara, artinya Budha khusus sebagai penjelmaan Dewa Iswara, seperti yang dianut oleh Raja Sang Arya Damar (Arya Dewa Raja Pu Aditya).
Penyerangan dilakukan dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu Bali Utara oleh kelompok Arya Damar (Arya Sanak Pitu) pada hari Sabtu Kuningan tahun 1343 dan Bali Selatan oleh kelompok Gadjah Mada bersama Arya Kenceng, Arya Kanuruhan, Arya Pengelasan, dll. Arya Damar berhasil membunuh Pasung Giri dari Ularan, dan pasukan Arya Damar pun banyak yang gugur. Pada waktu itu, pasukan Gadjah Mada tidak melakukan penyerangan dan hanya menghuni pondok dan berjaga-jaga. Setelah Arya Damar menang, ia pun langsung ke Majapahit.
Peperangan tahap ketiga yang paling dahsyat dimana ikut turun ke Bali yaitu Raden Cakradara dan langsung menyerang Bedahulu. Pertempuran pun berkecamuk, dimana prajurit Majapahit disebutkan kira-kira 20 ribu prajurit tewas dalam pertempuran tersebut. Namun pada pertempuran tersebut Maya Denawa (Raja Bedahulu) direbut, sehingga dapat dikalahkan dan ditikam dengan keris dan akhirnya gugur.
Pada tahun 1343, bersama Arya Satria Majapahit, Arya Damar dan Gadjah Mada mengatur siasat dengan melakukan pembagian tugas penyerangan yaitu :
1. Arya Damar di bagian Utara menyerang Petemon,
2. Arya Sentong di Pacung untuk menyerang Patih Buan,
3. Arya Beleteng di Selatan untuk menyerang Walung Singkal di Taro,
4. Arya Kuta Waringin di bagian Selatan menyerang Tumenggung Giri Kemana,
5. Arya Tan Wikan di Bagian Bali Tengah menyerang Patih Gudug Basur,
6. Arya Kepakisan di Timur Laut menyerang Tunjung Biru di Tenganan, dan
7. Arya Benculuk di bagian Tengah menyerang Pasung Grigis di Tengkulak.
Secara mutlak, pertempuran dimenangkan oleh pasukan Gadjah Mada dan para Arya Majapahit, dimana dengan tipu muslihat Gadjah Mada dan Arya Damar akhirnya Krian Pasung Grigis menyerah, dan secara otomatis Bali Age sudah takluk dan selanjutnya Ki Pasung Grigis dibawa ke Majapahit dan diserahkan oleh Arya Damar bersama Arya Kenceng. Arya Damar juga melaporkan kehadapan Raja Majapahit (Tribuana Tungga Dewi) mengenai jumlah prajurit yang masih hidup yang dikumpulkan ke Kentel Gumi. Baginda lalu menyuruh Arya Damar untuk membagikan rakyat miliknya sesuai dengan tanggung jawabnya antara lain:
1. Arya Damar di Tabanan (tepatnya di Desa Sumantaya-Penebel (Sunantaya sekarang) dengan rakyatnya 40 ribu dan Sang Prabu mendapatkan 80 ribu,
2. Arya Beleteng di Penatih dengan rakyatnya 5 ribu,
3. Arya Sentong di Carang Sari dengan rakyatnya 10 ribu,
4. Arya Kuta Waringin di Kapal dengan rakyatnya 5 ribu,
5. Arya Tan Wikan di Kaba-Kaba dengan rakyatnya 40 ribu,
6. Arya Kepakisan di Abiansemal dengan rakyatnya 5 ribu,
7. Arya Benculuk di Benculuk dengan rakyatnya 40 ribu dan Ki Kuda Pengasih, Pinakawan, Pakatik/Sinuha masing-masing 2 ribu.
Tapi kalo menurut Kakawin Gajah Mada, pembagiannya adalah sebagai berikut Arya Kuta Waringin di Gelgel, Sirarya Kenceng di Tabanan, Sirarya Belog di Kabakaba, Sirarya Dalancang di Daerah Kapal, Sirarya Belentong di Pacung, Sirarya Sentong di Carangsari, Sirarya Kanuruhan di Tangkas. Kryan Punta di Mambal, Kryan Jrudeh di Tamukti, Kryan Tumenggung di Patemon, Arya Wangbang turunan Kadiri di Kretalangu, Arya Sura Wangbang, turunan Lasem di Sukahet, Arya Pamacekan di Bondalem dan juga para patih turunan Brahmana kesemuanya berada di bumi Selaparang.
-dipi-