Indonesia pasti bisa masuk putaran final World Cup. Tunggu saja bbrp kali penyelenggaraan lagi. Nanti kalau pesertanya final udah 128 negara pasti Indonesia bisa masuk. Bukan mustahil lho, kan kemajuan jaman. Dulu jamannya 16 bit, terus 32 bit, skrg udah mulai 64 bit nanti pasti ke 128 bit. Eh sepakbola sama kayak perkembangan komputer nggak sih?? Kok jadi ngelantur gini....
Kembali ke laptop! Asal ada kemauan dari semua pihak pasti PSSI bisa masuk putaran final. Memang sebagaian bangsa Asia ada kendala dari segi postur fisik, tapi itu bukan halangan. Korsel dan Jepang sdh membuktikannya. Mungkin kalau mau jadi juara dunia masih sulit, tapi kalau sekedar masuk final mewakili Asia harusnya sih bisa.
Caranya harus dilakukan pembenahan di segala bidang.
Organisasi
PSSI harus dikelola secara profesional dan benar. Sangat sulit membayangkan olahraga bisa berprestasi kalau ketua induk organisasinya saja seorang pesakitan yg lagi meringkuk di sel tahanan. Jauhkan organisasi olahraga dari campur tangan kepentingan politik dan kekuasaan.
Angkat para pengurus yg benar? profesional, bayar cukup tinggi tapi harus disertai dgn job description dan target yg jelas. Kalau perlu sebelum diangkat, diminta presentasi dulu soal program kerja dan sasaran yg terukur.
Pembinaan
Program pembinaan pemain harus jelas. Di-mana? yg namanya pembinaan itu ada di tingkat klub. Dan yg namanya pembinaan itu bukan kayak masak mie instan, butuh waktu dan tenaga tdk sedikit. Hasilnya baru bisa dinikmati setelah sekian tahun.
Mana ada timnas dadakan, comot 11 pemain yg "dekat" dgn manajer tim atau titipan dari yg di atas, kirim ke Luar negeri bbrp bulan, jgn pulang kalau belum abis 60 milyard. Setelah pulang terus diadu di ajang turnamen internasional. hasilnya ya udah bisa ditebak, pulang kepalanya gundul semua krn dicukur lawan.
Contoh lah negara? Afrika. Memang klub dan kompetisi dlm negeri hampir nggak jalan, tapi para pemain mereka dibina di klub? Eropa. Cukup kumpul bbrp minggu sebelum Piala Dunia unt menyamakan strategi, uji coba 1-2 kali aja, terus berlaga musuh tim? jempolan. Hasilnya lumayan, paling nggak masih ada sisa rambut, nggak gundul sama sekali.
Atau cara yg sebaliknya seperti yg dipakai Jepang dgn liga J nya. Ambil pemain? bagus yg sdh agak "uzur", suruh main di liga lokal. Secara tak sadar mereka akan menularkan ilmu ke pemain lokal. Hasilnya bisa kita nilai sendiri. Jepang yg di thn 70-80'an sering kita gunduli sekarang levelnya sdh bbrp tingkat di atas kita.
Singkat kata, sistem pembinaan persepakbolaan kita keliru. Klub jalan sendiri, timnas jalan sendiri, pengurusnya asik korupsi sendiri. Dulu sering ada pelatihan unt pelatih klub, tapi sekarang nyaris tak terdengar lagi. Akibatnya para pemain lokal yg hebat di klub, begitu disatukan di timnas iramanya jadi fals. Ada yg dangdut, ada yg klasik, ada yg jazz. Kayak 11 orang sirkus badut yg ber-lari? kesana kemari. Tdk ada gaya yg serasi krn di klub selera mereka dibentuk semau pelatihnya saja. Karena bingung akhirnya ya itu tadi, ambil sembarang pemain, bawa ke Belanda bbrp bln, yg penting 60 milyard mesti habis.
Sekarang ada lagi ide unt kasih warganegara buat pemain asing yg lagi moncer. He he he .. kayak PON aja, antar daerah saling bajak atlit. Dasar, orang yg suka makan Indomie rasa kari mangan ya kayak gitu itu mikirnya. Kalau mau punya pemain bagus ya bina dong bibit lokal yg ada. Jangan pakai slogan lelaki hidung belang: "Kalau mau makan sate kambing, kenapa mesti repot piara kambing?"
Tegakkan Peraturan
Peraturan dan sanksi dari PSSI sering tdk konsisten. Lembaga yg satu memberi sanksi, lembaga yg lain menganulirnya. Akibatnya klub jadi besar kepala dan berani melawan induk organisasi.
Ini tentu berimbas pada perilaku pemain. Nggak seneng ama keputusan wasit, tonjok aja. Paling? ntar kalau diskors tinggal ngadu ke pengurus klub. Pengurus klub lobby sana lobby sini, akhirnya sanksi dibatalin. Yg penting berazas Pancasila, semua persoalan bisa diselesaikan dgn musyawarah. Gitu saja kok repot.
Wahai PSSI, contohlah induk organisasi di Eropa sana. Nggak perduli klub segede Juventus kalau salah yg digusur ke divisi bawah. Masih rewel lagi, suruh main antar kampung aja. Sepak bola Italia tanpa Juventus di serie A juga masih ramai dan jadi juara dunia malah. Kasus yg sama pernah menimpa Marsailles (gimana sih nulisnya) di negaranya Asterix sana. Nyatanya Perancis juga pernah juara dunia.
Sekali lagi optimis Indonesia biaa masuk putaran final di tahun 2018 dgn syarat pesertanya 128 negara. Tahun segitu komputer pasti udah jalan 128 bit, masa piala dunia kalah ama komputer.
Buat pak Presiden: GRP nya mana? hi hi hi