Berperan? ya....
Berperan besar? NO....
Sorry if I have to say that Kartini itu terlalu overrated...
Sejarah dan peran Kartini jadi terlihat besar karena hasil politik etis belanda + dominasi suku jawa + sejarah bentukan orde baru which is "disitu ada Soharto dan Ibu Tien"....
Sekali lagi aku harus mengatakan ini, bahwa sejarah selalu punya dua atau lebih cara sisi pandang, tapi masing2 sisi itu masing2 bisa dicompare sehingga punya nilai sejarah yang obyektif dan untuk Kartini ini akal sehatku sama sekali nggak bisa menerima di mana letak keobyektifannya...
AFAIK, Kartini beserta (yang konon katanya) cita2nya itu besar bukan karena tindakan beliau, tapi karena blow up dari hasil politik etis pemerintahan kolonial belanda. Seberapa banyak dari kita yang tahu bahwa politik etis yang dijalankan pemerintah kolonial belanda dengan "menggunakan" Kartini ini adalah hasil buah pikiran Snouck Hurgronje??? Aku berani jamin hal ini nggak pernah ada dipelajaran sejarah di sekolah....
Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini. Abendanon mengunjungi Kartini dan kemudian menjadi sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral Belanda, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak. Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. Van Kol dan penganjur Haluan Etika, C.Th. Van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.
Itu semua punya misi politik. Pemerintahan kolonial punya misi politik melalui abendanon, begitu juga gerakan sosialis belanda punya misi politik....
Frankly, apa yang sudah dilakukan kartini? Bagaimana bentuk perjuangan rielnya? Membuat "sekolah" untuk perempuan2 di sekeliling rumahnya apakah itu cukup signifikan? Pikiran2nya yang bukan berasal dari dirinya sendiri itu apakah merupakan pertimbangan yang cukup layak untuk disematkan gelar pendekar wanita Indonesia dan pejuang emansipasi?
Mungkin layak, tapi skalanya teramat sangat kecil....
Terserah alasannya masuk akal atau tidak
Tetapi di sejarah di katakan awal kebangkitan emansipasi memang di mulai dari R.A Kartini bersamaan dengan di terbitkan bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang
Sejarah seperti apa yang mengatakan seperti itu?
Buku itu secara besar2an sengaja di-blow up pemerintah kolonial dalam rangka pelaksanaan politik etis dengan tujuan untuk menarik simpati dari rakyat...
IMHO, Kalau ga salah pada zaman perang kemerdekaan dulu kaum wanita ga boleh sekolah, berkarier, dsb melainkan harus tinggal di rumah. RA Kartini berusaha mendobrak tembok batas tersebut.
Salah besar kalo dikatakan Kartini adalah pendobrak, karena jauh sebelum itu sudah ada wanita yang melakukannya...
Ada seorang wanita yang bernama Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh, Ia dikenal sangat memajukan pendidikan wanita. Selain itu bentuk perjuangannya sangat nyata dalam arti perjuangan berupa tindakan. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nurudddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu tahun 1644-1675.
Dan jangan lupa juga dengan Dewi Sartika yang satu jaman dengan Kartini. Perjuangan Dewi Sartika itu juga nggak sekedar buah pikiran, tapi secara nyata berupa tindakan. Dewi Sartika membuka
Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda, pada awal 1900-an. Dan pengaruh dari Dewi Sartika ini sangat besar yang dapat dilihat dari banyaknya sekolah perempuan yang berdiri di tanah Pasundan setelah berdirinya Sekolah dewi sartika, di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan) dan bahkan akhirnya muncul juga sekolah2 perempuan yang sejenis di Bukit Tinggi....
Lalu kenapa dua wanita itu menjadi tenggelam di bawah Kartini?? Ada apa dengan penetapan 21 April sebagai hari Kartini?...
diakui atau tidak..besar atau kecil peranny..Kartini merupakan pendobrak dijamannya....era dimana wanita selalu menurut dan berada dibawah budaya patriarkal...(dan bahwa wanita ukuran standart masa itu seharusny berada di dapur, kasur, atau sumur)...dan Kartini berani mengambil sikap kontra melawan semuany..sikap berani itulah yg layak diapresiasi...
Wah berlebihan sekali kalo dikatakan Kartini melawan dengan mengambil sikap kontra...
Kartini menurut saja lho ketika disuruh menikah dan menjadi madu dari Bupati Rembang...
Dan beliau hanya berdiam diri di rumah saat sudah menjadi istri sampai akhirnya meninggal dalam usia muda....
-dipi-