Saham Asia sedikit melonjak pada Selasa, memperoleh kenaikan setelah seminggu mengalami penurunan besar, meskipun meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Barat mengipasi kekhawatiran geopolitik dan membatasi kenaikan.
Hilangnya seorang wartawan Saudi yang mengkritik Riyadh awal bulan ini telah memicu kecaman internasional terhadap kerajaan kaya minyak itu.
Presiden AS Donald Trump telah mengirim Menteri Luar Negeri Mike Pompeo ke Arab Saudi atas kasus ini, berpotensi menimbulkan hubungan antara sekutu strategis.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,25 persen, merangkak menjauh dari level bawah 19 bulan yang disentuh Kamis.
Indeks Nikkei Jepang melonjak 0,3 persen menyusul penurunan hampir 2 persen pada hari sebelumnya.
Saham Wall Street terseret turun semalam atas penurunan saham teknologi di tengah kekhawatiran berkepanjangan atas tingginya yield obligasi AS.
Dow telah turun 4,5 persen bulan ini, menjauh dari rekor tertinggi, karena yield Treasury jangka panjang AS melonjak ke level tertinggi sejak 2011. Yield yang lebih tinggi terlihat mengikis daya tarik ekuitas.
Dolar rebound dari posisi terendah satu bulan terhadap yen pada sesi Selasa karena aksi jual di pasar ekuitas global mereda, sementara dolar Selandia Baru menguat setelah data inflasi optimis semalam.
USD/JPY naik 0,31% menjadi 112,13 setelah mencapai level terendah satu bulan di level 111,61 di hari Senin. Mata uang Jepang, yang dicari oleh investor sebagai tempat berlindung selama gejolak pasar, melemah karena pasar saham utama Asia naik dalam semalam, tetapi pasar tetap waspada setelah seminggu mengalami penurunan tajam.
Pasar saham telah terpukul keras setelah yield Treasury AS melonjak ke level tertinggi sejak 2011 pekan lalu di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga, mengikis nilai ekuitas.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang mayoritas, turun 0,07% menjadi 94,70.
Sentimen dolar AS terpukul pada hari Senin setelah data yang menunjukkan bahwa penjualan ritel AS nyaris naik tipis pada bulan September, tetapi laporan yang sama juga menunjukkan bahwa belanja konsumen mengakhiri kuartal ketiga dengan momentum yang kuat.
Euro terdorong menguat, dengan EUR/USD naik 0,11% ke level 1,1592, namun kenaikan euro tertahan setelah pemerintah populis Italia menyetujui anggaran baru, meskipun kritik dari Brussels bahwa itu melanggar aturan fiskal Uni Eropa.
Sterling menguat, dengan GBP/USD naik 0,28% ke level 1,3187 karena pasar menunggu laporan pekerjaan Inggris terbaru dalam menghadapi negosiasi Brexit yang menemui jalan buntu.
Pound juga menguat terhadap euro, dengan EUR/GBP turun 0,11% menjadi 0,8791.
Sementara itu, dolar Selandia Baru menguat, dengan NZD/USD naik 0,31% ke level 0,6569 setelah data semalam menunjukkan bahwa inflasi pada kuartal ketiga naik lebih kuat dari yang diperkirakan.
Pasar ekuitas Asia sedikit lega pada hari Rabu setelah laporan laba AS yang optimis mendorong rebound di Wall Street dan membantu memulihkan sedikit kepercayaan pasar saham dan mata uang negara berkembang.
Indeks Nikkei Jepang bangkit dari penurunan dengan kenaikan 1,7 persen, tetapi masih memiliki jalan panjang untuk menutup penurunan pekan lalu.
Indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,7 persen dan Kospi Korea Selatan naik 1,2 persen. Namun, indeks saham Blue chip Cinatertinggal dengan kenaikan hanya 0,2 persen.
Saham AS telah melonjak lebih dari 2 persen pada hari Selasa sebagai reaksi terhadap laporan pendapatan yang optimis dari perusahaan-perusahaan besar termasuk UnitedHealth dan Goldman Sachs.
Di Wall Street, tiga indeks utama peroleh persentase kenaikan satu hari terbesar mereka sejak Maret. Dow melonjak 2,17 persen, sedangkan S&P 500 naik 2,15 persen dan Nasdaq 2,89 persen.
Berita ekonomi AS juga kuat, terutama kenaikan tajam pada lowongan pekerjaan ke posisi tertinggi sepanjang waktu.
Kondisi positif ini dismabut baik mata uang pasar negara berkembang sembari mengeluarkan uap dari safe haven yen. Indeks MSCI Mata Uang Pasar Negara Berkembang naik untuk sesi ketiga berturut-turut.
Dolar sendiri naik terhadap yen di level 112,35 tetapi flat terhadap euro di level $1,1570. Terhadap sejumlah mata uang mayoritas, indeks dolar berhenti di level 95,123 setelah menyentuh level penurunan dua minggu semalam.
Risalah pertemuan Fed terakhir akan dirilis Rabu nanti diharapkan menunjukkan para pembuat kebijakan berkomitmen untuk pengetatan bertahap lebih lanjut.
Dolar beringsut menguat terhadap sejumlah mata uang pada hari Rabu, karena sentimen pasar didorong oleh laporan laba yang kuat, meredam permintaan untuk aset safe haven.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang mayoritas, naik 0,13% ke level 94,90.
Ekuitas Eropa bergabung dalam reli saham global karena pasar mengabaikan kekhawatiran pekan lalu, dengan Wall Street membukukan kenaikan terkuatnya di hampir tujuh bulan pada hari Selasa didorong oleh pendapatan yang optimis.
Laporan pendapatan yang solid mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi AS sedang berlangsung meskipun ada kekhawatiran meningkatnya suku bunga dan ketegangan perang perdagangan.
Dolar stabil terhadap yen, dengan USD/JPY di 112,28. Euro melemah terhadap dolar, dengan EUR/USD turun 0,12% ke level 1,1558, dari level tertinggi dua minggu pada Selasa di level 1,1620. Pound juga sedikit melemah, dengan GBP/USD turun 0,11% ke level 1,3168.
Sterling menguat pada hari Selasa setelah data pertumbuhan upah yang kuat, tetapi ketidakpastian mengenai apakah negosiasi Brexit akan mengarah pada kesepakatan membuatnya kembali melemah.
Pasar akan mencari petunjuk mengenai masa depan suku bunga dari risalah pertemuan September Federal Reserve hari ini. The Fed menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini bulan lalu dan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan Desember dan seterusnya.
Dolar diperdagangkan menguat terhadap mata uang utama pada hari Kamis setelah risalah pertemuan Federal Reserve di September menegaskan ekspektasi bahwa bank sentral kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga tahun ini.
Setiap pembuat kebijakan Fed mendukung menaikkan suku bunga bulan lalu dan juga pada umumnya setuju bahwa biaya pinjaman akan meningkat lebih lanjut.
Suku bunga berjangka saat ini di 83 persen kemungkinan bahwa Fed menaikkan suku bunga pada bulan Desember, menurut FedWatch Tool CME Group, kenaikan keempat tahun ini. Dua peningkatan lagi kemungkinan tahun depan.
Indeks dolar, yang mengukur nilainya terhadap enam mata uang utama, diperdagangkan pada level 95,664, naik 0,1 persen pada Kamis.
Euro diperdagangkan di level $1,1501 pada Kamis sementara pound Inggris turun 0,12 persen terhadap dolar di level $1,3096. Pound melemah setelah komentar ketua negosiator Brexit Uni Eropa Michel Barnier pada Rabu mengatakan bahwa banyak waktu diperlukan untuk mengamankan kesepakatan keluar bagi Inggris.
Dolar Kanada diperdagangkan pada level 1,3022. Dolar telah menguat 1,6 persen terhadap loonie selama dua belas sesi perdagangan terakhir.
Yen Jepang hentukan kenaikan beruntun empat hari terhadap dolar pada hari Rabu, setelah greenback naik 0,65 persen terhadap mata uang Jepang itu.
Yen diperdagangkan pada level 112,65 terhadap dolar pada hari Kamis. Dimana dolar telah menguat 0,9 persen terhadap yen sejak Senin, ketika yen mencapai level tertinggi satu bulan di level 111,61.
Dolar Australia, yang sering dianggap sebagai barometer dari risk appetite global, diperdagangkan pada level $0,7126 pada hari Kamis, naik 0,24 persen terhadap greenback di balik laporan pengangguran yang kuat.
Aussie mencapai level terendah dalam dua tahun $0,7039 pada 5 Oktober dan analis memperkirakan aussie masih tetap di bawah tekanan.
Indeks saham acuan China tergelincir ke posisi terendah empat tahun pada hari Kamis, dan menyeret ekuitas Asia, sementara dolar mencapai level tertinggi satu minggu setelah risalah pertemuan terbaru Federal Reserve memperkuat harapan bahwa yield AS akan terus naik.
Risalah pertemuan Fed pada 25 - 26 September menunjukkan setiap pembuat kebijakan Fed mendukung kenaikan menaikkan suku bunga bulan lalu dan juga secara umum setuju bahwa biaya pinjaman akan meningkat lebih lanjut, meskipun pandangan Presiden AS Donald Trump bahwa the Fed terlalu ketat.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,7 persen.
Pasar saham China terpukul keras, dengan peringatan perdana menteri Cina mengatakan bahwa ekonomi menghadapi meningkat tekanan penurunan ekonomi, di tengah kekhawatiran atas dampak dari perang tarif yang meningkat dengan Amerika Serikat.
Indeks Shanghai Composite China turun sebanyak 2,6 persen mencapai level terendah empat tahun, sementara indeks CSI 300 blue-chip turun sebanyak 2,1 persen, tidak jauh dari level terendah lebih dari dua tahun yang disentuh pada hari sebelumnya.
Data pinjaman China yang dirilis pada hari Rabu memberikan sedikit jaminan bagi investor menjelang data produk domestik bruto kuartal ketiga yang akan dirilis pada hari Jumat, yang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan paling lambat sejak krisis keuangan global.
Negara-negara Asia lainnya juga berjuang, dengan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,7 persen dan indeks Nikkei Jepang ditutup turun 0,8 persen.
Data sebelumnya pada hari itu menunjukkan ekspor Jepang turun untuk pertama kalinya sejak akhir 2016, terpukul oleh penurunan pengiriman ke Amerika Serikat dan China.
Dolar AS dan yield Treasury AS naik ke level tertingginya dalam seminggu pada hari Rabu.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik hingga ke level 95,765, level tertinggi satu minggu. Yield Treasury 10 tahun AS terakhir berada di 3,207 persen, 2,8 basis poin lebih tinggi dari penutupan AS.
Harga minyak menguat pada hari Jumat tetapi masih menuju penurunan mingguan kedua di tengah persediaan minyak mentah AS yang lebih tinggi, perang perdagangan Sino-AS yang sedang berlangsung dan kekhawatiran atas kematian seorang wartawan Saudi terkemuka.
Minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober naik 27 sen, atau 0,4 persen, pada $68,92 per barel. Minyak mentah Brent London untuk pengiriman Desember naik 34 sen, atau 0,4 persen, pada $79,63 per barel.
Untuk minggu ini, minyak mentah AS turun 3,5 persen, sementara Brent turun 1,1 persen, keduanya berada di jalur untuk penurunan mingguan kedua berturut-turut.
Persediaan minyak mentah AS pekan lalu naik 6,5 juta barel, mencatat kenaikan mingguan keempat berturut-turut, hampir tiga kali lipat dari jumlah yang diperkirakan analis, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan pada hari Rabu.
Persediaan naik tajam bahkan ketika produksi minyak mentah AS berkurang 300.000 barel per hari menjadi 10,9 juta bpd pekan lalu karena efek dari fasilitas lepas pantai yang ditutup sementara karena Badai Michael.
Sementara itu, Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa jurnalis Saudi Jamal Khashoggi yang hilang, dia menduga sudah tewas dan bahwa tanggapan AS terhadap Arab Saudi kemungkinan akan "sangat parah" tetapi bahwa dia masih ingin sampai ke dasar dari apa yang sebenarnya terjadi.
Amerika Serikat da negara barat lainnya tengah dilemma mengenai bagaimana menaggapinya ini terkait hubungan bisnis, termasuk penjualan senjata ke Riyadh.
Sementara itu, ekspor minyak Iran mungkin telah meningkat pada bulan Oktober bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya karena pembeli buru-buru untuk meningkatkan pengiriman menjelang sanksi AS yang dimulai pada 4 November.
Harga emas menguat pada hari Jumat setelah saham di wilayah Asia sebagian besar diperdagangkan melemah menyusul laporan dari China yang menunjukkan data PDB kuartal ketiga mengecewakan.
Emas berjangka untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange tergelincir 0,08% pada $ 1,226.4a troy ounce.
Perekonomian China tumbuh 6,5% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, laju terlemahnya sejak krisis keuangan global dan meleset dari ekspektasi pertumbuhan 6,6%.
Arab Saudi, hubungan AS-China, Uni Eropa, dan meningkatnya yield obligasi AS juga disebut sebagai penghambat untuk harga emas.
Harga emas kembali ke level $1.200 pada bulan Agustus, kembali menegaskan posisinya sebagai safe haven pilihan bagi investor yang menghindari risiko.
Yield obligasi AS yang naik ke level tertinggi multi tahun juga telah mneghambat pergerakan dolar, dan menopang emas.
Meskipun ada kenaikan baru-baru ini, logam kuning itu telah menurun sekitar 10% dari tertinggi di April setelah investor lebih memilih dolar ketika perang dagang AS-Cina meningkat dengan latar belakang suku bunga AS yang lebih tinggi.
Pasar saham Asia mengurangi penurunan di awal perdagangan sesi Senin setelah saham China berbalik naik untuk sesi kedua dan membantu mengimbangi kekhawatiran geopolitik atas Arab Saudi, Italia dan Brexit.
Indeks blus chip di Shanghai naik 3,5 persen pada awal perdagangan di sana, memperpanjang kenaikan di sesi Jumat atas janji dukungan Beijing untuk ekonomi dan perusahaan.
Indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang berbalik naik tipis 0,2 persen. Nikkei Jepang turun 0,2 persen, setelah turun lebih dari 1 persen sebelumnya, seperti juga yang terjadi pada saham Kospi Korea Selatan.
Minggu ini adalah periode puncak laporan pendapatan AS dan pelaporan perusahaan termasuk Amazon, Alphabet, Microsoft, dan Caterpillar.
Prospek pertumbuhan global pada 2019 telah meredup untuk pertama kalinya, menurut jajak pendapat ekonom Reuters yang memperingatkan bahwa perang perdagangan AS-China dan pengetatan kondisi keuangan akan memicu penurunan berikutnya.
Arab Saudi tetap menjadi sorotan setelah Riyadh pada hari Minggu menyebut pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi sebagai "kesalahan besar dan fatal", tetapi berusaha untuk melindungi putra mahkota kuatnya dari krisis yang meluas.
Di Eropa, Italia sampai hari Senin menjelaskan kepada Komisi Eropa bahwa pelanggaran peraturan dan menghadapi penolakan anggaran, yang pada akhirnya dapat menyebabkan sanksi.
Pemerintah Italia mengharapkan Komisi Eropa untuk memutuskan untuk pertama kalinya pada hari Selasa untuk meminta negara anggota untuk merevisi rancangan anggarannya, sumber pemerintah mengatakan pada hari Minggu.
Sementara di Inggris, Perdana Menteri Theresa May akan memberitahu parlemen pada hari Senin bahwa 95 persen dari kesepakatan “perceraian” Inggris kini telah diselesaikan tetapi akan mengulangi penentangannya terhadap proposal Uni Eropa untuk perbatasan darat dengan Irlandia Utara.
Dolar tergelincir terhadap sejumlah mata uang pada hari Senin, sementara euro terdorong naik bahkan ketika Italia bersiap untuk melihat anggaran yang diusulkan untuk 2019 ditolak oleh Uni Eropa karena melanggar target pinjaman.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,10% ke level 95,28.
Sentimen pasar terdorong setelah saham China catat reli terkuat dalam tiga tahun semalam setelah pemerintah berjanji untuk mendukung ekonomi, yang telah terpukul oleh perang perdagangan antara Washington dan Beijing.
Namun para investor tetap waspada di tengah perselisihan yang sedang berlangsung antara pemerintah Italia dan Uni Eropa atas rancangan anggaran 2019 Roma, yang mana Komisi Eropa telah terbanting sebagai pelanggaran aturan fiskal Uni Eropa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
EUR/USD naik 0,23% ke level 1,1540 seiring pergerakan oleh kekhawatiran Moody yang mereda atas prospek penurunan peringkat yang lebih parah, yang dapat mendorong obligasi negara tersebut ke wilayah junk.
Euro menguat terhadap yen, dengan EUR/JPY naik 0,42% ke level 130,14. Dolar juga menguat terhadap yen, dengan USD/JPY diperdagangkan pada level 112,72, naik 0,16% untuk hari ini.
Pound bergerak tipis terhadap dolar, dengan GBP/USD terakhir di 1,3082 karena negosiasi Brexit tetap terhenti di tengah oposisi Inggris terhadap proposal Uni Eropa untuk perbatasan darat dengan Irlandia Utara.
Saham Asia jatuh pada Selasa karena keraguan atas laporan pendapatan di AS melanda Wall Street, sementara sejumlah berita negatif dari isolasi diplomatik Arab Saudi hingga kekhawatiran atas anggaran Italia dan pembicaraan Brexit menekan sentimen.
Penjualan di wilayah itu menghapus kenaikan yang dibuat dalam dua sesi sebelumnya, yang dipimpin oleh harapan stimulus China, dengan indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,3 persen.
Kospi Korea Selatan turun sebanyak 2,5 persen dan berada di jalur ke level terendah 1 setengah tahun. Di Jepang, Nikkei turun 2,3 persen.
Indeks saham berjangka AS turun 0,8 persen pada perdagangan Selasa pagi. Pada hari Senin S&P 500 turun 0,43 persen karena investor terus waspada terhadap pendapatan di tengah kekhawatiran pertumbuhan global. Antusiasme atas beberapa hasil yang optimis juga dipengaruhi oleh ketidakpastian politik yang berkembang di seluruh dunia.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin dia tidak puas dengan apa yang dia dengar dari Arab Saudi tentang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulatnya di Turki.
Trump telah menyatakan keengganannya untuk menghukum Saudi secara ekonomi. Tetapi sementara Arab Saudi telah berusaha untuk melindungi putra mahkota yang kuat dari pembunuhan tersebut, banyak pejabat telah meragukan narasi Riyadh.
Beberapa negara, termasuk Jerman, Inggris, Prancis dan Turki, telah menekan Arab Saudi untuk memberikan semua fakta.
Fokus pasar langsung adalah pada Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang mengatakan dia akan merilis informasi tentang penyelidikan dalam sebuah pidato pada hari Selasa.
Di Eropa, Italia mengatakan kepada Komisi Eropa pada hari Senin bahwa akan tetap pada rencana anggaran 2019 yang diperebutkan yang bertentangan dengan peraturan fiskal Uni Eropa. Komisi Eropa akan memutuskan tanggapannya pada hari Selasa.
Harga minyak jatuh pada hari Selasa setelah Arab Saudi mengatakan akan memainkan "peran yang bertanggung jawab" di pasar minyak, meskipun sentimen tetap ragu dalam menghadapi sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah Iran yang dimulai bulan depan.
Minyak mentah Brent berjangka bulan depan berada di $79,33 per barel, turun 50 sen, atau 0,6 persen, dari penutupan terakhir mereka. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) berada di $69,14 per barel, turun 22 sen, atau 0,3 persen, dari penutupan terakhir.
Sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran akan dimulai pada 4 November, dan Washington memberikan tekanan pada negara-negara untuk memotong impor minyak mentah mereka dari Iran.
Impor minyak mentah Korea Selatan dari Iran jatuh menjadi nol pada September dari tahun sebelumnya, data dari perusahaan milik negara Korea National Oil Corp (KNOC) menunjukkan pada hari Selasa.
Pengekspor minyak mentah terbesar Arab Saudi telah berjanji untuk menjaga pasokan pasar meskipun isolasi meningkat atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, dan ada tanda-tanda bahwa pasokan minyak mentah dari Timur Tengah semakin meningkat.
Ada kekhawatiran bahwa ketika pasar mengetat dengan dimulainya sanksi AS terhadap Iran, Arab Saudi dapat mengurangi pasokan minyak mentah sebagai pembalasan atas potensi sanksi terhadapnya atas pembunuhan Khashoggi.
Produksi minyak mentah AS telah meningkat hampir sepertiga sejak pertengahan 2016 menjadi sekitar 11 juta barel per hari, dan aktivitas pengeboran semakin meningkat.
Merefleksikan proyeksi yang berhati-hati, para pelaku telah membatasi eksposur mereka ke pasar minyak dengan menutup posisi buy untuk minyak mentah berjangka, dengan fund manager memotong posisi gabungan mereka dengan total 187 juta barel dalam tiga minggu terakhir, menurut data perdagangan dan peraturan.
Yen Jepang naik terhadap dolar pada Kamis karena penurunan di Wall Street dan data ekonomi Eropa dan AS yang lemah menekuk sentimen risiko global, membuat investor menuju aset safe haven termasuk obligasi pemerintah.
Yen, dilihat sebagai aset aman selama masa gejolak pasar dan tekanan ekonomi, naik 0,35 persen di level 111,87 dolar.
Selama seminggu terakhir, kegelisahan seputar laba perusahaan AS dan ketidakpastian geopolitik menambah kekhawatiran yang meningkat terhadap pertumbuhan global, anggaran belanja bebas Italia, dan ketegangan perdagangan Sino-AS.
Di Wall Street, S&P 500 turun untuk hari keenam berturut-turut karena prakiraan yang lemah dari produsen chip menambah kekhawatiran tentang dampak pada pendapatan dari tarif dan perlambatan ekonomi China.
Sesi AS yang suram bergulir ke Asia dengan pasar saham dari Jepang hingga Australia jauh tenggelam ke zona merah.
Penurunan dolar cukup kuat terhadap sebagian besar mata uang mayoritas lainnya. Indeks dolar terhadap enam mata uang utama menyentuh level penurunan 96,35 di Asia, setelah naik 0,5 persen yang mengesankan pada hari Rabu
Euro tetap tentatif, setelah turun hampir 0,7 persen pada hari Rabu - persentase penurunan tertajam sejak 27 September di tengah kekhawatiran atas laju pertumbuhan ekonomi di Eropa.
Pertumbuhan bisnis zona euro melambat lebih rendah dari perkiraan bulan ini, survei Purchasing Managers Index (PMI) menunjukkan pada hari Rabu. Pertumbuhan sektor swasta Jerman turun ke level terendah di lebih dari tiga tahun, dan manufaktur di Perancis mencapai tingkat terendah 25-bulan, menurut survei lainnya.
Pound Inggris diperdagangkan sedikit menguat terhadap dolar di level $1,2891, setelah turun 0,78 persen dari level hari Rabu dan mencapai level terendah enam minggu di 1,2865.
Rencana Brexit Perdana Menteri Inggris Theresa May telah memicu ketidakpastian selama beberapa pekan terakhir, terutama terkait dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Saham Asia terhuyung-huyung pada perdagangan Jumat pagi, berjuang untuk melepaskan diri dari pelemahan pasar global hari sebelumnya, setelah hasil lemah dari raksasa teknologi Alphabet Inc dan Amazon.com meningkatkan kekhawatiran atas perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi.
Awal yang buruk bagi bursa-bursa regional terjadi meskipun kenaikan di Wall Street semalam, yang dibantu oleh aksi buru-buru dan pendapatan positif dari Microsoft Corp.
Namun, kenaikan itu dimasukkan ke dalam perspektif, karena saham Amazon.com Inc dan Alphabet Inc turun tajam setelah bel penutupan atas pendapatan yang mengecewakan.
Bisa ditebak, berjangka Nasdaq turun 0,9 persen dan S&P E-mini berjangka turun 0,6 persen, menggarisbawahi kekhawatiran yang luas tentang pendapatan perusahaan AS, dan prospek ekonomi, yang memicu penurunan di Wall Street pada hari Rabu dan membuat pasar global menjadi kacau.
Di Asia, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang datar setelah mendorong sedikit lebih rendah di awal pembukaan. Indeks rubuh akibat aksi jual besar-besaran dalam beberapa hari terakhir, jatuh lebih dari 3 persen minggu ini.
Indeks Kospi Korea Selatan juga turun 0,6 persen, dan indeks saham Australia tergantung di kenaikan moderat 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei catat kenaikan terbesar, naik 0,5 persen, meskipun hanya menghapus sebagian penurunan 3,7 persen pada hari Kamis.
Pasar keuangan telah berkembang pesat dalam sesi baru-baru ini di tengah kekhawatiran pertumbuhan global karena para investor cemas atas friksi perdagangan Sino-AS, sejumlah laporan pendapatan perusahaan AS yang beragam, kenaikan suku bunga Federal Reserve dan masalah anggaran Italia.
Perlambatan di Tiongkok sangat mengkhawatirkan bagi pembuat kebijakan dan investor, memukul pasar aset dari saham hingga mata uang dan komoditas.
Harga emas beringsut naik pada hari Jumat karena laba AS yang mengecewakan memukul ekuitas Asia dan Eropa, memicu perburuan ke aset safe haven, sementara pasar nantikan laporan terbaru pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia.
Emas berjangka untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange naik $7,70, atau 0,63%, menjadi $1,236.80 per ons, mundur dari $1,237.80 yang dicapai pada Selasa di tengah memanasnya ketegangan geopolitik.
Tanda-tanda yang mengkhawatirkan dari perusahaan kelas berat AS seperti Alphabet dan Amazon yang melaporkan pendapatan setelah antusiasme hari Selasa yang berkurang untuk saham di Asia.
Kemuraman menyebar ke Eropa pada awal perdagangan pada hari Jumat dengan semua indeks utama turun lebih dari 1%.
Meskipun sentimen risk-off mendukung harga emas, para pelaku pasar berhati-hati menjelang publikasi produk domestik bruto AS kuartal ketiga Jumat.
Dalam perdagangan logam lainnya, perak berjangka naik 0,30% pada $14,655 per troy ounce. Palladium berjangka naik 0,17% menjadi $1,089.50 per ons, sementara platinum turun 0,28% pada $829,60. Dalam logam dasar, tembaga diperdagangkan turun 1,00% menjadi $2,721 per pon.
Harga minyak Brent jatuh pada Selasa, terbebani oleh pelemahan berkelanjutan di pasar saham global dan oleh tanda-tanda meningkatnya pasokan global meskipun sanksi atas ekspor minyak mentah Iran semakin meningkat.
Minyak mentah Brent berjangka bulan depan berada di $77 per barel, turun 34 sen, atau 0,4 persen, dari penutupan terakhir mereka. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berada di $67,08 per barel, bergerak tipis dari penutupan terakhir.
Minyak telah terperangkap oleh melemahnya pasar keuangan yang cukup luas pada bulan ini, dengan saham kembali jatuh pada hari Senin setelah laporan AS merencanakan tarif tambahan senilai $257 miliar pada barang-barang Cina jika perundingan mendatang antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping gagal untuk mengakhiri perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Minyak juga tertekan oleh tanda-tanda meningkatnya pasokan dari negara produsen terbesar, Arab saudi. Rusia juga telah mengindikasikan akan menyediakan cukup minyak untuk memenuhi permintaan setelah sanksi AS menghantam Iran mulai pekan depan.
Dalam tanda bahwa pasokan minyak masih cukup banyak meskipun sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran, output minyak mentah dari 3 produsen teratas dunia, Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, mencapai 33 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya dalam September, data Refinitiv Eikon menunjukkan.
Ini merupakan peningkatan 10 juta bph sejak awal dekade ini dan berarti bahwa ketiga produsen ini sekarang memenuhi sepertiga permintaan minyak mentah global.
Ekspor laut minyak mentah Iran, sebaliknya, telah jatuh dari puncak 2018 lebih dari 2,5 juta bph pada Mei menjadi sekitar 1,5 juta bpd pada September dan Oktober, data Eikon menunjukkan.
Dolar naik ke level tertinggi 10-minggu terhadap sejumlah mata uang pada Selasa di saat meningkatnya ketegangan perdagangan memperburuk kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global, memperkuat permintaan safe haven.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,13% menjadi 96,47, dalam jarak mencolok dari level tertinggi 10 minggu di 96,62 yang dicapai pada hari Jumat.
Permintaan dolar terus didukung setelah Bloomberg melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempersiapkan pengumuman tarif pada semua impor Cina pada awal Desember jika pembicaraan bulan depan gagal untuk meredakan konflik perdagangan antara Washington dan Beijing.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu di Argentina selama KTT G20 akhir bulan depan.
Peningkatan ketegangan perdagangan terjadi dengan latar belakang kekhawatiran atas melemahnya prospek pendapatan untuk perusahaan teknologi dan laju kenaikan suku bunga AS.
Yen, biasanya dilihat sebagai safe haven selama masa gejolak pasar, melemah terhadap dolar. USD/JPY naik 0,4% ke level 112,82 menjelang pengumuman kebijakan moneter Bank of Japan pada hari Rabu.
Euro bergerak tipis terhadap dolar, dengan EUR/USD pada 1,1366, tidak jauh dari posisi terendah 10 minggu di hari Jumat di level 1,1335. Mata uang tunggal itu telah tertekan oleh meningkatnya risiko politik di kawasan euro.
Pound sedikit melemah, dengan GBP/USD turun 0,11% dan diperdagangkan pada level 1,2778.
Harga emas jatuh atas penguatan dolar pada hari Rabu dan mendekati level terendah di hampir dua minggu.
Data ekonomi AS yang optimis dikatakan mendorong ekuitas global dan dolar menguat di minggu ini, karena saham China dan Jepang naik lebih dari 1% pada hari Rabu, sementara dolar diperdagangkan naik 0,5% terhadap mata uang lainnya.
Indeks dolar AS naik 0,5% ke level 96,82 dan mendekati level tertinggi 16 bulan. Indeks dolar mencapai level 97,02 pada hari Selasa, level tertingginya sejak Juni 2017 karena ketegangan perdagangan AS-Sino sekali lagi mengubah investor terhadap greenback, yang seperti emas telah memulai pendakian stabil menjelang kenaikan suku bunga AS pada bulan Desember.
Gedung Putih menaikkan taruhan terhadap Cina pekan ini, memperingatkan bahwa Washington bisa memaksakan dengan tarif di awal Desember pada semua barang Cina yang tersisa memasuki AS jika pembicaraan bulan depan antara Presiden Donald Trump dan mitranya dari Cina Xi Jinping gagal meredakan perang dagang mereka.
Washington telah memberlakukan tarif pada barang-barang Cina senilai $250 miliar, dan China telah menanggapi dengan balasan atas impor AS senilai 110 miliar dolar AS.
Emas berjangka untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun 0,55% pada $1.218,6 per troy ons. Logam kuning telah meningkat sekitar 2,4% sejauh ini di bulan Oktober, kenaikan bulanan terbesar sejak Januari.
Yen Jepang melemah terhadap dolar pada hari Rabu setelah Bank of Japan mengisyaratkan, jauh dari keluar dari stimulus era-krisis, sementara greenback mencapai level tertinggi 16-bulan terhadap mata uang utamanya atas trus menguatnya perekonomian AS.
Bank of Japan (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter stabil pada hari Rabu dan memangkas proyeksi harga, memperkuat ekspektasi pasar bahwa penurunan inflasi akan memaksa untuk mempertahankan program stimulus besar-besaran untuk saat ini.
Dalam sebuah langkah yang sudah diperkirakan secara luas, BOJ mempertahankan target suku bunga jangka pendeknya di minus 0,1 persen dan janji untuk memandu imbal hasil obligasi 10-tahun pemerintah sekitar nol persen.
Yen diperdagangkan di level 113,24 terhadap dolar, masih tertekan di Asia setelah sebelumnya meluncur ke posisi terendah tiga minggu di 113,32. Dolar telah menguat 0,6% pada yen hari sebelumnya.
Indeks dolar naik ke tertinggi baru 16-bulan menyentuh level 97,06. Greenback mendapat keuntungan dari data ekonomi AS yang lebih kuat dari yang perkiraan serta memburuknya fundamental euro, yang mencapai sekitar 58 persen dari indeks.
Euro diperdagangkan di level $1,1343, stabil dari penutupan New York, meskipun telah turun 2,3 persen terhadap greenback pada bulan Oktober.
Sterling bertahan di dekat posisi terendah pertengahan Agustus, melayang di level $1,2705, setelah lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor's mengatakan Brexit 'no-deal' kemungkinan akan mengubah Inggris ke dalam resesi pada hari Selasa.
Yuan relatif datar dalam perdagangan internasional di level 6,9663, namun masih berada pada jalur penurunan setelah jatuh ke level terendah dalam satu dekade minggu ini.
Dolar Australia merosot 0,3 persen menjadi $0,7084 setelah rilis data inflasi hangat memperkuat pandangan bahwa kenaikan suku bunga masih menjadi prospek yang jauh.
Pound Inggris melompat pada Kamis atas laporan bahwa Perdana Menteri Theresa May telah mencapai kesepakatan dengan Brussels yang akan memberi perusahaan jasa keuangan Inggris terus mengakses ke pasar Eropa setelah Brexit.
Sterling menguat sebanyak 0,6 persen terhadap dolar di jam perdagangan Asia menyusul laporan oleh Times.
Negosiator Inggris dan Eropa telah mencapai kesepakatan tentatif tentang semua aspek kemitraan di masa depan atas layanan, serta pertukaran data, surat kabar Inggris melaporkan, mengutip sumber-sumber pemerintah.
Pound terakhir diperdagangkan pada level $1,2849, naik 0,62 persen pada hari itu, setelah turun 3 persen terhadap dolar selama tiga minggu terakhir karena pasar khawatir apakah Inggris akan mengamankan langkah keluar secara teratur dari Uni Eropa.
Sterling juga mencatat kenaikan lebih dari 0,5 persen masing-masing terhadap yen dan franc Swiss. Euro melemah 0,4 persen terhadap pound diperdagangkan di level 0,8828 pada hari Kamis.
Pasar juga menantikan keputusan kebijakan moneter Bank of England (BoE) di hari ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters mmeperkirakan sembilan anggota Komite Kebijakan Moneter BoE memilih dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga di bulan ini, dan rata-rata tidak melihat kenaikan suku bunga lebih lanjut sampai Mei.
Sterling akan naik sekitar 5,5 persen terhadap dolar jika Inggris dan Uni Eropa menyetujui perjanjian keluar, jajak pendapat Reuters menemukan, tetapi akan tenggelam lebih dari 6 persen jika tidak ada kesepakatan tercapai.