singthung
New member
BUDDHISME ? MASIH RELEVANKAH ?
Kesejahteraan dalam kehidupan adalah wajar, kemerosotan dalam kehidupan juga adalah wajar.
Seseorang yang mencintai Dhamma akan sejahtera, seseorang yang membenci Dhamma akan merosot. (Sutta Nipata 92)
Kesejahteraan dalam kehidupan adalah wajar, kemerosotan dalam kehidupan juga adalah wajar.
Seseorang yang mencintai Dhamma akan sejahtera, seseorang yang membenci Dhamma akan merosot. (Sutta Nipata 92)
PENDAHULUAN
DEWASA ini perkembangan sains dan teknologi semakin pesat dan terkadang kita tidak dapat mengikutinya. Dengan perkembangan ini, manusia diberikan kemudahan-kemudahan sehingga aktivitas yang dilakukan tidak banyak mengeluarkan energi. Hubungan antar-manusia dengan jarak jauh sekalipun dapat dilakukan di tempat tanpa harus pergi ke tempat orang tersebut berada.
Sekarang ini, sebagian orang disibukkan dengan tuntutan kemajuan zaman. Mereka berlomba-lomba. Mereka tidak mau dicap kuno, tidak gaul (tidak mengikuti perkembangan zaman) hanya gara-gara tidak mengikuti perkembangan kemajuan zaman. Akhirnya gengsi menjadi ukuran gaya hidup seseorang, seolah-olah kalau belum memenuhi kehidupan dengan kecanggihan teknologi belum hidup bahagia dan sejahtera. Sebagian orang menggunakan waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja mati-matian tanpa menyadari kemampuan fisik dan mentalnya. Sebagian orang stres gara-gara tidak dapat mengikuti perkembangan kehidupan, sebagian lagi stres menghadapi kemajuan zaman, dan sebagian lagi stres bagaimana menggunakan kecanggihan teknologi
Suatu fenomena yang menarik untuk direnungkan, di satu sisi kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kecanggihan teknologi, di sisi yang lain kita harus bekerja ekstra untuk memenuhi tuntutan tersebut yang akhirnya membuat kita menjadi stres. Batin kita mulai dikoyak oleh ketakutan, kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran, kesedihan, kekecewaan, dan penyakit batin lainnya.
Di era kemajuan zaman ini semua kemudahan akan membuat kita menjadi senang dan gembira tetapi kita harus pandai-pandai menyikapinya dengan pikiran bijak atau kita sendiri yang akan terbawa oleh arus dan kemudian kita akan jatuh pada kemerosotan moral.
Di era modern ini yang penting kita lakukan adalah membangun kekuatan spiritual untuk membentengi batin supaya terhindarkan dari berbagai hal yang akan membawa kepada kemerosotan. Untuk itu agama adalah menu yang cocok untuk itu semua. Kita perlu agama, karena agamalah yang akan memberi kesejukan bagi kita. Dengan agama kita dapat menghadapi kehidupan dengan kesiapan mental. Persoalanya, apakah agama menjamin kita menjadi siap untuk menghadapi permasalahan dalam hidup? Kecanggihan teknologi apapun sama jika di dalamnya berbahaya bagi manusia itu sendiri.
TANTANGAN YANG SAMA
KEHIDUPAN sekarang ini memang jauh berbeda dengan zaman Sang Buddha. Pada zaman Sang Buddha belum ada sarana komunikasi, transportasi, dan kecanggihan teknologi seperti sekarang ini. Namun perlu diingat bahwa perbedaan zaman tidak menjadi ukuran kualitas batin manusia. Belum tentu orang yang hidup pada zaman kuno ukuran kualitas batinya rendah. Demikian pula orang yang hidup di era kemajuan zaman ini mempunyai kualitas batin yang lebih baik. Ukuran kualitas batin terletak pada perubahan perilaku dan pola pikir seseorang.
Di era kuno maupun di era yang sudah maju, sebenarnya manusia mempunyai persoalan yang sama. Setiap insan manusia mempunyai tantangan yang sama. Tantangan tersebut adalah akar kejahatan yang masih ada adalah batin manusia. Selama akar kejahatan masih bersemayam dalam batin kita, kedamaian, kebahagiaan yang kita harapkan sulit untuk berkembang. Walaupun kita memiliki materi tetapi jika batin kita kotor, tetap akan berhadapan dengan persoalan batin.
Marilah kita merenungkan kejadian yang sering kita dengar dan kita lihat dalam kehidupan ini, mengapa kekerasan dan penyimpangan moral masih terus berkembang dalam kehidupan ini? Moralitas manusia saat sekarang ini semakin hari semakin tidak menentu. Dengan dalih menegakan HAM banyak pemimpin yang menggunakan tindakan kekerasan. Dalam kehidupan sehari-hari masih ada sebagian orang yang menggunakan kemarahan dan kekerasan untuk menghadapi masalah. Orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains ternyata memilki pikiran yang picik. Kecerdasan intelektual dan pendidikan tinggi tidak menjamin orang memiliki moralitas yang tinggi. Kita seharusnya tidak hanya dididik untuk menjadi pintar saja tetapi seharusnya kita juga harus dididik dengan etika dan norma agama supaya berperilaku baik.
Perenungan yang kita lakukan akhirnya membuat kita sadar akan kekotoran batin kita masing-masing. Kita masih terus dibelenggu oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Selama tiga akar kejahatan ini ada dalam batin kita cenderung kita akan menggunakan cara-cara yang tidak benar. Kemungkinan untuk melakukan kejahatan masih ada. Kita bisa marah, irihati, jengkel, tamak, korupsi, dan melakukan penipuan serta penyimpangan lainnya selama batin kita belum bersih dari kekotoran batin.
Kita dihadapkan dengan tantangan yang sama yaitu memberantas kekotoran batin yang ada dalam diri kita. Kekuatan apa yang harus kita miliki untuk menghadapi tantangan tersebut? Jawabannya adalah Dhamma. Dhamma bagaikan pelita yang akan menjadi obor penerang dalam kehidupan ini. Dhamma, walaupun ditemukan ribuan tahun yang lalu tentunya dapat menjawab tantangan yang ada dalam kehidupan yang serba tidak pasti ini.
DHAMMA DI ERA ILMIAH
DALAM menjawab pertanyaan ini tentunya kita harus memahami benar apa yang diajarkan Sang Buddha. Kalau kita memahami Dhamma secara benar maka kita akan berpendapat bahwa Dhamma dapat menghadapi pandangan modern dan kemajuan zaman yang sangat signifikan ini, karena ajaran tentang sebab akibat dan relativitas, doktrinnya tentang data perasaan, penerapannya, penekanannya pada moralitas, ketidaksetujuannya akan jiwa yang permanen, ketidakpeduliannya terhadap kekuatan supernatural eksternal, penolakan ritus, dan upacara keagamaan yang tidak perlu, seruannya untuk berpikir dan mengalami, dan kesesuaiannya dengan penemuan ilmiah modern, semuanya cenderung menegakkan pernyataan superiornya terhadap modernisasi.
Namun masih ada sebagian orang yang menganggap agama Buddha ini kuno, tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Mereka berpendapat bahwa ajaran Buddha terlalu sulit bagi umat awam dan hanya cocok untuk para bhikkhu. Saya juga pernah mendapat banyak pertanyaan yang bernada negatif, seperti, "Bhante, sulit rasanya bagi kami untuk mempraktikkan Dhamma dan saya punya pemikiran bahwa Dhamma ini khusus hanya bagi para bhikkhu". Mengapa mereka berpikir demikian? Karena mereka tidak memahami Dhamma secara benar. Dhamma bukan hanya untuk para bhikkhu, umat awam pun dapat mempelajari dan mempraktikkan Dhamma dalam hidupnya sehari-hari.
Kemauan keras untuk mempraktikkan Dhamma oleh setiap orang adalah sebagai langkah awal untuk maju. Kesucian bukan monopoli para bhikkhu maupun sekelompok orang tetapi siapa saja yang mempraktikkan Dhamma akan dapat mencapai kualitas batin yang baik. Memang, Dhamma sudah sekian tahun lamanya berada dalam kehidupan manusia tetapi bukan berarti sudah tidak berarti lagi bagi kehidupan ini. Dhamma masih bisa bertahan, terbukti dengan jutaan penganut yang merasakan nuansa Dhamma dalam kehidupan manusia. Justru Dhamma menjadi sumber kekuatan yang dapat membentengi batin kita. Dengan adanya Dhamma kita dapat menjaga diri kita sehingga moralitas kita akan menjadi kuat.
Dhamma selalu mengajak kita untuk berpikir secara objektif yang artinya harus melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Dhamma selalu mengajak kita untuk terus waspada dalam hidup ini.
Memang kita dituntut untuk maju tetapi kita juga harus ingat bahwa apa pun yang kita hasilkan dari perjuangan kita adalah proses yang kita buat dan sifatnya tidak tetap. Dengan mengerti bahwa segala sesuatu yang berkondisi akan bergeser dan berubah maka kita tidak akan mudah jatuh mental.
Secara duniawi kita diuntungkan oleh kemajuan sains dan pengetahuan tetapi kita juga harus dapat menjaga pola pikir kita agar tidak larut dengan kondisi sekarang ini yang berkembang, teknologi yang menghasilkan senjata-senjata yang sangat ampuh bahkan ada senjata pemusnah massa. Di sini ide-ide moralitas sangat diperlukan untuk menjaga agar manusia tidak terlena dengan apa yang telah ditemukan dalam bidang sains dan teknologi ini. Kita harus menyadari bahwa senjata-senjata itu akan membuat manusia semakin dalam ketakutan dan kecemasan. Mereka tinggal menunggu kapan senjata akan nyasar dan membantai mereka. Penggunaan hasil rekayasa sains dan teknologi secara salah akibat tidak adanya moralitas pada diri manusia. Tidak adanya moralitas dan spiritual membuat cara berpikir manusia lebih cenderung pada kebencian, ketamakan, dan kebodohan. Mereka cenderung ingin menguasai yang lain, menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan melakukan penyimpangan lainnya. Kalau sudah terjadi seperti ini tujuan untuk mengarahkan hidup kita kepada kedamaian dan kebahagiaan semakin jauh.
Sains dan teknologi tanpa spiritual dan moralitas akan menjadi monster yang mengerikan bagi kehidupan manusia. Ironisnya, monster ini menjadi penguasa dan manusia menjadi budaknya. Sungguh sangat mengerikan jika kondisi seperti ini terus berada dalam sekeliling kita. Hidup menjadi tidak nyaman karena terus dilanda dengan suasana yang mengerikan. Bila manusia tidak belajar mengendalikan diri melalui praktik moralitas relegius, sains dan teknologi yang tanpa kendali moralitas dan spiritual akan menguasai dirinya. Untuk itu kerja sama antara ilmu pengetahuan dan agama sangat diperlukan untuk keperluan dan pelayanan terbaik bagi umat manusia.
Situasi perkembangan yang sangat signifikan ini tentunya dapat dijawab oleh agama Buddha. Untuk menjaga agar kita tidak terjerumus atau termakan oleh monster yang mengerikan tersebut diperlukan kekuatan spiritual dalam diri kita. Sang Buddha mengajarkan ajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ini.
"Ketidakcekatan adalah debu; debu menempel pada kesadaran seseorang yang lamban. Dengan kekuatan pengetahuan dan kewaspadaan, cabutlah panah itu dari dirimu sendiri"
(Sutta Nipata 334)
Dhamma adalah ajaran yang antikekerasan, sehingga dalam menyelesaikan masalah hendaknya menggunakan kekuatan metta atau cinta kasih kita.
Setiap ada masalah hendaknya diselesaikan dengan pemecahan yang sesuai dengan Dhamma. Jangan sampai ada dendam di hati, karena benih kebencian yang terus tertanam kuat dalam diri kita tidak akan membawa persoalan kepada penyelesaian.
"Kebencian tidak akan pernah berakhir jika dibalas dengan kebencian, kebencian akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih. Ini adalah kebenaran abadi"
(Dhammapada I : 5)
Di samping mengembangkan cinta kasih, hendaknya kita juga mengembangkan belas kasih kita pada saat melihat orang mengalami kesulitan, merasa gembira pada saat orang dalam kesuksesan dan juga batin yang seimbang. Sifat-sifat tersebut yang akan membawa pola pikir kita menjadi baik dan jauh dari kebencian, ketamakan, dan kebodohan yang akan menghancurkan kehidupan ini. Cinta, belas kasih, rasa simpati, dan batin yang seimbang akan menyejukkan kehidupan ini dan jauh dari tindakan kekerasan.
Dhamma juga menekankan moralitas karena moralitas adalah benteng pertahanan kita. Jika dalam diri kita tidak ada pertahanan yang kuat kita akan terus dikikis oleh perilaku yang tidak menguntungkan batin kita. Sebagai umat awam dalam kesehariaannya harus melaksanakan lima latihan kemoralan yaitu; tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan tindakan asusila, tidak berucap yang tidak benar, dan mengkonsumsi zat yang melemahkan kesadaran. Setiap hari uposatha umat awam juga bisa meningkatkan kemoralannya dengan menjalankan delapan latihan kemoralan seperti; tidak melakukan pembunuhan, tidak mengambil barang milik orang lain, tidak melakukan hubungan seksual. Tidak makan atau minum zat melemahkan kesadaran, tidak makan setelah tengah hari, tidak menonton, menyanyi, menari, memakai wewangian, kosmetik, dan tidak duduk dan tidur di tempat yang tinggi dan mewah. Tujuan dari melatih kemoralan adalah supaya kita lebih terkendali sehingga perilaku kita tidak menyimpang. Sebagai viharawan juga wajib melaksanakan patimokkha sila. Semua itu bertujuan agar perilaku menjadi indah selaras dengan Dhamma dan juga untuk mengikis kekotoran batin yang ada dalam diri kita yang merupakan sumber kejahatan.
"Kebajikan moral adalah sebagai dasar, sebagai pendahulu dan pembentuk dari semua yang baik dan indah. Oleh karena itu, hendaklah orang menyempurnakan kebajikan moral"
(Theragatha 612)
Kenapa prilaku manusia menyimpang? Tentunya ada sebab yang harus kita ketahui. Sebabnya adalah karena dalam diri kita masih ada tiga akar kejahatan. Selama akar kejahatan ini masih membelenggu kita maka kejahatan masih akan kita lakukan. Untuk mengikis akar kejahatan ini tidak sekadar berbuat baik atau menjaga moralitas kita tetapi diperlukan senjata yang ampuh untuk membasminya. Senjata yang sangat ampuh itu adalah meditasi atau bhavana. Pengembangan diperlukan untuk membasmi habis kekotoran yang ada dalam batin. Penyimpangan moralitas dan terjadinya tindakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah karena ketamakan, kebencian dan kebodohan batin. Kegelapan batin menggelapkan semuanya sehingga membuat perilaku manusia tidak terkendali. Batin yang tidak sehat adalah sebab dari semua itu maka mental kita perlu disehatkan melalui meditasi. Jika setiap orang cara berpikirnya dengan cara berpikir sehat maka prilakunya pun sehat.
"Bukan uang, emas, atau logam yang dapat melenyapkan noda-noda batin. Nafsu-nafsu keinginan inderawi adalah musuh-musuh dan para pembunuh, anak panah beracun, dan tali pengekang yang keras"
(Therigatha 347).
Demikian besar sumbangsih agama Buddha bagi kehidupan ini yang akan membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Memang, ajarannya sudah berusia lama, namun, kekuatan ajarannya tidak bisa dianggap remeh karena Dhamma benar-benar menyentuh sendi-sendi kehidupan. Kemauan baik, kebajikan, moralitas, dan pikiran sehat adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang dan sikap ini sangat ditekankan dalam agama Buddha. Alangkah indahnya jika setiap insan manusia mempunyai sikap seperti ini. Sudah jelas bahwa agama Buddha masih relevan karena kehidupan yang damai membutuhkan kebaikan, moralitas, dan pikiran yang murni.
DHAMMA MEMBAWA KEBAHAGIAAN
MARILAH kita sejenak mengingat pesan Sang Buddha kepada para bhikkhu yang diperintahkan Sang Buddha untuk membabarkan Dhamma. `Pergilah, Oh para bhikkhu, untuk kebaikan banyak orang, atas rasa kasihan pada dunia, untuk kebaikan, keuntungan dan kebahagiaan para dewa dan manusia.' Pesan yang luar biasa, demikian luhur dan mulianya pesan Sang Buddha. Pesan penuh dengan cinta kasih dan kebijaksanaan yang disampaikan oleh Guru Spiritual yang gemanya masih terdengar sampai sekarang. Dari dasar pesan Sang Buddha saja kita dapat mengetahui bahwa Dhamma ini dibabarkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan semua makhluk.
Namun, masih banyak orang yang belum memahami benar tentang ajaran Buddha ini. Tentunya hal ini dapat terjadi karena kurangnya belajar dan praktik. Ada anggapan kalau agama Buddha ini membawa umatnya pada kesengsaraan dan penderitaan. Memang, Sang Buddha mengajarkan "dukkha" namun pengertian dukkha ini juga harus dipahami secara benar kalau tidak kita akan menganggap ajaran Buddha ini pesimis. Padahal Sang Buddha dalam mengajar Dhamma tidak hanya mengajarkan dukkha tetapi juga menjelaskan sebab dukkha. Dukkha itu dapat lenyap dan jalan menuju lenyapnya dukkha. Dengan adanya pemahaman yang benar terhadap ajaran Buddha kita tidak akan jatuh kepada pandangan salah. Justru kalau sudah paham terhadap ajaran Buddha kita akan menyadari bahwa Dhamma akan membawa kita kepada kebahagiaan.
Ada beberapa orang yang pernah bertanya kepada saya, "Bhante, kenapa ajaran Buddha sulit dipraktikkan sehingga kebahagiaan tidak kunjung tiba?" Untuk mendapatkan kebahagiaan tidak semudah yang kita bayangkan karena dalam agama Buddha membutuhkan kemauan untuk melakukan kebaikan dan praktik Dhamma, baru kemudian kita mendapatkan kebahagiaan. Agama Buddha tidak pernah menjanjikan seseorang akan masuk dalam kebahagiaan dengan jalan percaya atau melakukan ritual tertentu. Sepintas lalu kelihatannya kita harus bersusah payah untuk mendapatkan kebahagiaan tetapi sebenarnya ada kekuatan spiritual dari perjuangan yang kita lakukan dan jika hal ini terbiasa dalam hidup kita seseorang akan menjadi manusia yang tegar menghadapi ketidakpastian hidup.
Dhamma bukan hanya berdampak bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang lain dan lingkungan kita. Dhamma yang kita praktikkan tentunya akan mengubah perilaku dan pola pikir kita yang akan berujung kepada kebahagiaan. Sifat-sifat yang tumbuh dalam diri kita jika mempraktikkan Dhamma adalah cinta, kasih, belas kasih, kebijaksanaan, toleransi dan moralitas yang tinggi. Kehidupan ini membutuhkan cinta, kasih, toleransi, kebijaksanaan, moralitas, dan bentuk-bentuk kebaikan lainnya. Tanpa itu semua kehidupan akan menjadi hancur dan akan semakin jauh dari kebahagiaan dan kesejahteraan.
Dhamma adalah sumber kebahagiaan, oleh karenanya jika setiap insan manusia menggali sumber kebahagiaan ini maka akan berkembang kebahagiaan dan kesejahteraan. Akan tetapi sebaliknya jika manusia menjauhi Dhamma akan berkembang kemerosotan dan kehancuran kehidupan. Dalam kehidupan ini yang terpenting adalah kemauan dan kesungguhan kita dalam praktik Dhamma. Dengan usaha yang terus-menerus namun pasti seseorang akan menjadi berkualitas dan tentunya akan berdampak positif bagi kehidupan ini.
"Kesunyian merupakan kebahagiaan bagi orang yang bisa merasa puas, yang telah mendengar Dhamma dan melihat dengan jelas. Tiada kemalangan adalah kebahagiaan di dunia, yang diperoleh dengan tidak menyakiti makhluk hidup"
(Udana 10)
Setelah memahami Dhamma maka kita dapat menyimpulkan bahwa Dhamma sangat relevan bagi kehidupan ini walaupun kehidupan sekarang sangat maju dan modern. Justru dengan adanya Dhamma akan membawa susana kehidupan menjadi lebih baik. Ketamakan, kebencian, dan kebodohan yang membawa bencana bagi umat manusia. Dhamma akan menghancurkan ketiga akar kejahatan tersebut, tentunya praktik Dhamma yang baik dan benar harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan ini dibutuhkan kesejukan dan keharmonisan yang tentunya akan membawa kita kepada kebahagiaan. Suasana yang sekarang ini berkembang seperti perang, perselisihan, pertentangan, dan kejahatan-kejahatan yang sangat merusak tatanan kehidupan ini tentunya tidak diharapkan oleh banyak orang. Hanya saja ada sebagian manusia yang merasa lebih kuat dan berkuasa menggunakan kekuatan dan kekuasaannya untuk merendahkan yang lain dan merusak tatanan kehidupan. Mereka hanya mengumbar keserakahan, kebencian, dan kebodohan tanpa memikirkan akibatnya. Siapa yang mau suasana seperti ini berkembang? Hanya orang bodohlah yang mau kondisi seperti ini terus berlanjut. Untuk menciptakan suasana kesejukan dalam kehidupan tentunya masing-masing individulah yang harus praktik Dhamma seperti yang telah diuraikan di atas. Sungguh menarik Dhamma yang dibabarkan Sang Buddha dan akan lebih menarik lagi jika semua orang mempraktikkannya.
"Kebajikan moral merupakan kekuatan yang menakjubkan, kebajikan moral merupakan senjata yang ampuh, kebajikan moral merupakan perhiasan yang terindah, kebajikan moral merupakan perisai yang luar biasa"
(Theragatha 614)