Sebagai orang Kristen, doa adalah anggota tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari dan cara paling langsung untuk mendekat kepada Tuhan. Kita seluruh menghendaki sehingga doa-doa kita didengar oleh Tuhan, tapi kita kerap tidak terima jawaban Tuhan ataupun merasakan kehadiran-Nya, sehingga membawa efek kita jadi bingung: Mengapa ini terjadi? Mengapa Tuhan tidak mendengar doa-doa kita? Doa seperti apa yang bersamaan dengan dengan tekad Tuhan? Mari kita bersekutu mengenai mengenai ini terhadap hari ini dan dengan dengan merampungkan tiga persoalan ini, doa-doa kita barangkali dapat didengar oleh Tuhan.
1. Dalam Doa, Apakah Engkau Berbicara kepada Tuhan Secara Terbuka, Memercayakan kepada-Nya Pikiran-Pikiranmu yang Sebenarnya?
Sering kali, kita perhatikan hal-hal detil seperti panjangnya doa atau kata-kata kita, atau bahkan kita mengusahakan perlihatkan tekad kita kepada Tuhan melalui kata-kata yang terdengar menyenangkan, tapi kita jarang amat membuka hati kita kepada Tuhan. Contohnya, kita biasa mengatakan: "Tuhan, saya dapat mengasihi-Mu, mengorbankan diriku bagi-Mu, dan seberapa pun besarnya bahaya atau tersedia problem yang kualami, saya tidak dapat menyerah. Aku dapat mengikuti-Mu sepanjang usia hidupku!" Atau, "Tuhan, firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku, saya dapat menaati firman-Mu dalam segala mengenai yang kulakukan, dan memenuhi kehendak-Mu!" Namun, kala dihadapkan terhadap kesukaran dan kemunduran, atau kala banyak variasi tersedia problem nampak di rumah, kita kerap tidak mampu menerapkan firman Tuhan dan kita tidak mempunyai permintaan untuk memenuhi keinginan-Nya. Kita bahkan keliru mengetahui Tuhan, mengeluh mengenai Tuhan, kehilangan motivasi, terhitung mengkhianati dan terjadi jauhi dari-Nya. Bahwa kita berperilaku seperti ini dalam situasi-situasi praktis perlihatkan kurangnya ketulusan dalam doa kita kepada Tuhan, sebaliknya doa kita cuman membual dan melontarkan kata-kata kosong yang terdengar indah dalam bisnis untuk menyenangkan Tuhan. Doa kita terhitung membawa target membawa efek orang lain mengagumi kita, membawa efek Tuhan dan orang-orang lihat bahwa kita mengasihi Tuhan dan setia kepada-Nya, tapi terhadap kenyataannya, doa kita dipenuhi dengan dengan kemunafikan dan tipu daya. Pada dasarnya, seluruh itu adalah bisnis untuk membodohi dan menipu Tuhan. Bagaimana barangkali kita menghendaki Tuhan mendengar doa-doa semacam ini? Yesus dulu memberi tambahan semisal ini: "Dua orang pergi ke bait suci untuk berdoa; yang satu orang Farisi, dan yang lainnya pemungut cukai. Orang Farisi berdiri dan berdoa demikianlah dengan dengan dirinya sendiri, 'Tuhan, saya berterima kasih, bahwa saya tidak seperti orang lain, pemeras, tidak adil, pezina, atau bahkan seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, saya memberi tambahan perpuluhan berasal dari seluruh yang kumiliki.' Dan pemungut cukai itu, sambil berdiri jauh-jauh, tidak berkenan mengangkat matanya menatap surga, tapi memukul dadanya, berkata, 'Tuhan, kasihanilah saya orang berdosa.' Aku berbicara kepadamu, orang ini dan seisi rumahnya dibenarkan daripada yang satunya: dikarenakan tiap-tiap orang yang meninggikan dirinya dapat direndahkan; dan yang merendahkan dirinya dapat ditinggikan" (Lukas 18:10-14). Tidaklah sulit untuk lihat bahwa orang Farisi itu berdoa dengan dengan cara yang sombong, tampaknya ia tidak mengetahui dosa-dosanya sendiri, ia perlihatkan diri sendiri atas basic kelakuan baiknya yang penuh kepura-puraan. Dia dengan dengan mementingkan dirinya sendiri perlihatkan kesetiaannya kepada Tuhan, menyebutkan hal-hal yang kedengarannya indah kepada Tuhan, perlihatkan dirinya di hadapan Tuhan sambil remehkan si pemungut cukai (pemungut pajak). Doa yang munafik seperti itu tidak dapat dulu mampu dipuji oleh Tuhan. Doa pemungut cukai itu tulus, secara terbuka mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan, mengakui bahwa dia seorang berdosa, dan mengutarakan penyesalannya. Dia terhitung perlihatkan kesediaannya untuk bertobat kepada Tuhan, dan memohon belas kasihan Tuhan. Melihat ketulusan dalam doanya, Yesus memuji doa pemungut cukai itu.
Perumpamaan Yesus berikan mengetahui kita bahwa Tuhan membenci pemanfaatan kata-kata yang kosong dan menyombongkan diri, atau kata-kata yang mengenakkan telinga untuk menjilat Tuhan atau menipu-Nya. Tuhan dambakan sehingga kita mengutarakan hati kita yang sejujurnya dan memberi tambahan anggapan kita yang sebenarnya, mengucapkan kebenaran, berkomunikasi dengan dengan Tuhan dengan dengan tulus. Tuhan Yesus berkata, "Ketika penyembah-penyembah benar dapat menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran: dikarenakan Bapa melacak penyembah yang seperti itu. Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia wajib menyembah Dia dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Dan anggota lain berasal dari firman Tuhan adalah: "Standar terendah yang Tuhan tuntut berasal dari manusia adalah mereka mampu membuka hati mereka kepada-Nya. Jika manusia memberi tambahan isi hatinya yang sebenarnya kepada Tuhan dan menyebutkan yang sebenarnya tersedia dalam hatinya kepada Tuhan, Tuhan bersedia bekerja di dalam diri manusia; Tuhan tidak dambakan hati manusia yang bengkok, melainkan hati yang murni dan tulus. Jika manusia tidak betul-betul memberi tambahan isi hatinya kepada Tuhan, Tuhan tidak menjamah hati manusia, atau bekerja di dalam dirinya. Dengan demikian, mengenai yang paling penting dalam berdoa adalah mengucapkan isi hatimu yang tulus kepada Tuhan, berikan mengetahui Tuhan mengenai kelemahan atau watak pemberontakmu dan semuanya membuka dirimu kepada Tuhan. Hanya sehabis itu Tuhan dapat tertarik terhadap doa-doamu; terkecuali tidak, Tuhan dapat menyembunyikan muka-Nya darimu" ("Tentang Penerapan Doa"). Dari sini kita mampu lihat bahwa kita wajib terbuka dan tulus kepada Tuhan, memberitahukan kepada-Nya anggapan kita yang terdalam dan kebenarannya, katakan kepada Tuhan mengenai suasana dan persoalan kita yang sebenarnya, dan carilah bimbingan Tuhan. Hanya dengan dengan demikianlah Tuhan dapat mendengar doa-doa kita. Ketika kita berdoa, kita mampu menyebutkan kepada Tuhan mengenai tersedia problem dan penderitaan yang kita menghadapi dalam hidup kita, dan melacak tekad Tuhan. Atau kita mampu datang di hadapan Tuhan dan membuka diri kepada-Nya mengenai pelanggaran kita atau kerusakan apa pun yang telah kita ungkapkan tiap-tiap hari. Seperti inilah berdialog secara tulus dengan dengan Tuhan dalam segala hal. Seperti kala kita kerap jadi tergila-gila dengan dengan dunia ini dan dambakan ikuti tren masyarakat, terobsesi dengan dengan kesenangan duniawi, dan kita tidak mampu membawa efek anggapan kita tenang di hadapan Tuhan, kita mampu berdoa kepada Tuhan: "Tuhan! Aku mendapati bahwa saya tidak mengasihi kebenaran di dalam hatiku, tapi tetap mengayalkan dunia yang memesona di luar sana. Bahkan kala berada dalam kebaktian, dalam doa, atau membaca firman-Mu, saya tidak mampu menenangkan pikiranku. Aku dambakan meninggalkan daging, tapi saya jadi tidak berdaya untuk melakukannya. Tuhan! Kumohon Roh-Mu menggerakkan hatiku yang mati rasa ini, memberiku iman dan kemampuan untuk mengatasi godaan Iblis dan membawa efek hatiku tenang di hadapan-Mu." Setelah beberapa kali berdoa dengan dengan tulus seperti ini, Roh Kudus dapat membimbing dan menuntun kita untuk lihat bahwa ikuti tren sosial dapat membawa efek kita hidup dalam dosa dan jadi jadi jauh berasal dari Tuhan. Roh Kudus terhitung dapat menyentuh kita, dan berikan kita hati yang penuh kasih dapat kebenaran. Kita lantas dapat mampu meninggalkan daging dengan dengan cara-cara yang nyata, dan mengatasi godaan dan rayuan Iblis—ini adalah hasil yang mampu kita mencapai dengan dengan berbicara berasal dari hati dalam doa kepada Tuhan. Namun, terkecuali kita tidak membuka hati kita kepada Tuhan dalam doa, sebaliknya mengusahakan untuk menjilat Tuhan dan menipu-Nya dengan dengan gunakan kata-kata yang mengenakkan telinga, Tuhan tidak dapat mendengar doa kita dan tidak dapat menyentuh hati kita. Kita tidak dapat mampu membedakan atau mengatasi godaan Iblis dan berkenan tidak berkenan dapat ikuti tren yang jahat, jadi jauhi berasal dari Tuhan dan dirugikan oleh Iblis. Karena itu, terkecuali kita dambakan doa kita didengar oleh Tuhan, kita wajib terbuka dan jujur di hadapan-Nya. Inilah cara pertama yang wajib kita lakukan.
2. Apakah Engkau Berdoa untuk Menerapkan Firman Tuhan dan Meraih Pertumbuhan dalam hidupmu?
Setelah dirusak Iblis, kita dipenuhi watak rusak yang jahat seperti Iblis; kita egois, serakah, bengkok, menipu, dan cuma mengayalkan keperluan kita sendiri. Dalam seluruh hal, kita menempatkan keuntungan tertentu di atas semuanya dan bahkan dalam iman, kita dambakan kasih karunia dan berkat yang jadi banyak berasal dari Tuhan. Sebagian besar saudara-saudari percaya bahwa dikarenakan kita percaya kepada Tuhan, Dia dapat memberkati dan berikan kepada kita kasih karunia, dan apa pun yang kita minta dari-Nya, Dia dapat menyediakannya. Kita kerap memohon dan berdoa kepada Tuhan untuk fungsi ragawi seperti pulih berasal dari penyakit, berikan kita kedamaian di rumah, atau mengizinkan anak-anak kita meraih pekerjaan yang baik. Ketika kita menikmati kasih karunia-Nya, kita dengan dengan amat gembira memuji-Nya, tapi kala Dia tidak menjawab doa-doa kita seperti yang kita inginkan, kita mengeluh mengenai Dia. Pernahkah engkau mengayalkan apakah terus-menerus berdoa kepada Tuhan untuk keperluan daging kita sendiri adalah persekutuan yang benar dengan dengan Tuhan, apakah itu adalah ibadah kita yang sejati kepada-Nya? Jawabannya adalah tidak. Doa-doa semacam ini cuman bisnis untuk meraih berkat berasal dari Tuhan; doa-doa ini menuntut banyak variasi mengenai dari-Nya dan mengusahakan sehingga Dia bertindak sesuai dengan dengan tekad kita sendiri. Itu tidak memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Doa-doa semacam ini cuma mampu membangkitkan kemarahan Tuhan, dan Dia tidak mendengarnya.
Sebagai orang Kristen, kita tidak harusnya cuma melacak berkat bagi daging kita atau mengusahakan sehingga Tuhan melimpahkan lebih banyak kasih karunia dan berkat bagi kita. Itu dikarenakan hal-hal ini cuma amat barangkali kita menikmati keberuntungan duniawi yang sekilas, tapi tidak menunjang kita bertumbuh sedikit pun dalam kehidupan. Doa-doa itu terhitung tidak mampu menunjang kita mencapai ketaatan yang sejati maupun sikap yang khawatir dapat Tuhan. Doa dan permintaan kita haruslah lebih berfokus terhadap pemahaman kita dapat kebenaran, bagaimana menerapkan firman Tuhan, dan bertumbuh dalam kehidupan kita. Hanya doa semacam ini yang bersamaan dengan dengan tekad Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Dan janganlah melacak apa yang dapat engkau makan, atau apa yang dapat engkau minum, dan hendaklah engkau tidak bimbang. Sebab seluruh mengenai ini dikejar oleh bangsa-bangsa di dunia: dan Bapamu mengetahui bahwa engkau perlu hal-hal ini. Namun, carilah kerajaan Tuhan; dan seluruh mengenai ini dapat ditambahkan kepadamu" (Lukas 12:29–31). "Rohlah yang menghidupkan; daging tidak membuahkan apa-apa: segala perkataan yang Aku katakan kepadamu adalah roh dan kehidupan" (Yohanes 6:63). Kehendak Tuhan adalah sehingga kita menerapkan dan menghidupi firman-Nya, dan melalui firman-Nya meraih kebenaran dan kehidupan sehingga kita mampu mencapai keserasian dengan dengan Tuhan dan terhadap seterusnya mampu masuk ke dalam kerajaan-Nya. Oleh dikarenakan itu, doa kita wajib dipusatkan di seputar bagaimana menerapkan dan mengalami firman-Nya; dengan dengan cara ini, Dia dapat menuntun kita dalam meniti pekerjaan-Nya, kita dapat terus-menerus mengetahui jadi banyak kebenaran, dan kita dapat mampu menghidupi firman Tuhan. Pikirkan bagaimana kita seluruh kerap berdusta dan lakukan hal-hal yang menipu demi merawat reputasi, status, kekayaan, atau keperluan kita sendiri. Kita mengetahui betul bahwa seluruh ini adalah dosa, tapi kita tidak mampu menghentikan diri kita untuk berbuat dosa. Bahkan bila kita tidak berdusta dengan dengan kata-kata kita, di dalam hati, kita memperhitungkan apa yang wajib dikatakan untuk merawat nama baik, keuntungan, dan kedudukan kita sendiri, dan apa yang wajib kita lakukan sehingga keperluan kita tidak dikorbankan. Ketika kita mengetahui bahwa kita mempunyai dorongan untuk berdusta atau lakukan suatu perihal yang tidak jujur, kita wajib menghadap Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan! Aku telah lihat bahwa saya tidak mampu mencapai kesederhanaan dan kejujuran seorang anak, melainkan tetap tidak mampu menghentikan diri berasal dari berdusta atau menipu. Jika saya terus-menerus seperti ini, Engkau pasti dapat membenciku. Tuhan! Aku amat perlu keselamatan-Mu—kumohon Engkau menuntunku untuk jadi seorang yang jujur, dan terkecuali saya berdusta atau menipu lagi, kumohon Engkau mendisiplinkan diriku." Setelah mempersembahkan doa seperti ini, kala kita sekali ulang mempunyai permintaan untuk berbohong demi keperluan kita sendiri, kita dapat merasakan teguran Roh Kudus di dalam diri kita. Kita dapat mengetahui dengan dengan mengetahui bahwa Tuhan menuntut kita untuk jadi orang yang jujur, dan Dia bersukacita dan memberkati orang-orang yang jujur. Kita tidak boleh berdusta demi menegakkan keperluan kita sendiri, dikarenakan itu menjijikkan bagi Tuhan. Setelah kita mengetahui seluruh ini, kita dapat mampu meninggalkan motif licik berasal dari hati kita, melacak kebenaran berasal dari kenyataan, dan berbicara jujur. Dengan tetap lakukan seperti ini, sebelum akan dapat mengetahuinya, dusta kita dapat jadi berkurang, dan kita dapat mampu masuk ke dalam realitas kebenaran dalam jadi orang yang jujur, selangkah demi selangkah. Ini adalah buah berasal dari doa untuk perkembangan dalam kehidupan. Tuhan Yesus berkata: "Dan Aku berbicara kepadamu: Mintalah, maka dapat diberikan kepadamu; carilah, maka engkau dapat menemukan; ketuklah, maka pintu dapat dibukakan bagimu. Siapa yang melacak dapat mendapat, siapa yang mengetuk, baginya pintu dapat dibukakan" (Lukas 11:9-10). Jelas, asalkan kita berdoa kepada Tuhan untuk mengetahui kebenaran dan kemampuan untuk menerapkan firman Tuhan, dan kita memperlakukan jalan masuk ke dalam kebenaran dengan dengan amat serius, Tuhan dapat membimbing kita untuk mengetahui kebenaran dan masuk ke dalam realitas kebenaran, dan kita dapat mampu bertumbuh dalam kehidupan rohani kita sedikit demi sedikit.
3. Apakah Engkau Berdoa untuk Mencari Pemahaman atas Kehendak Tuhan dan untuk Menjadi Kesaksian bagi-Nya?
Dalam hidup, kadang kala kita menghadapi persoalan yang tidak bersamaan dengan dengan inspirasi kita, seperti persoalan di tempat kerja atau di rumah, atau kita bahkan barangkali dihadapkan dengan dengan semacam bencana. Ketika hal-hal ini terjadi, kebanyakan berasal dari kita menghendaki Tuhan untuk mengambil lingkungan yang tidak menyenangkan ini dan berikan kita damai sejahtera dan kebahagiaan. Meskipun kita bekerja keras atau bahkan melewatkan relasi dan pekerjaan kita untuk melayani Tuhan, terkecuali kita meraih suatu perihal seperti penyakit parah, kita tidak mampu menenangkan diri dan melacak tekad Tuhan, dan berdoa sehingga kita mampu memberi tambahan kesaksian dan memuaskan Tuhan. Sebaliknya, kita berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya sehingga menyembuhkan penyakit kita sehingga kita mampu terbebas berasal dari siksaan penyakit sesegera mungkin. Ketika Tuhan mengabulkan permintaan kita, kita berterima kasih dan memuji-Nya, tapi kala Dia tidak membawa efek kita sehat, kita berkecil hati dan kecewa terhadap Tuhan; kita hidup dalam kenegatifan, mengeluh mengenai Dia dan kita bahkan mempunyai dorongan untuk tidak ulang lakukan bisnis apa pun bagi-Nya. Kita mampu lihat berasal dari sini bahwa kita amat terpikat terhadap keperluan daging kita sendiri; di dalam hati, kita tidak mencintai atau dambakan memuaskan Tuhan. Kita kerap membawa efek permintaan yang tidak masuk akal dalam doa-doa kita, mengajukan tuntutan kepada-Nya dengan dengan cara yang mementingkan diri sendiri dan tercela sehingga Dia lakukan suatu perihal sesuai dengan dengan apa yang kita inginkan. Kita mirip sekali tidak menyembah Sang Pencipta berasal dari kedudukan yang sepantasnya sebagai makhluk ciptaan. Mengapa Tuhan berkenan mengindahkan doa seperti itu? Lalu bagaimana kita wajib berdoa sehingga bersamaan dengan dengan tekad Tuhan? Firman-Nya mengarahkan kita ke jalan itu: "Ketika engkau menghadapi kesulitan, bergegaslah berdoa kepada Tuhan: 'Ya, Tuhan! Aku dambakan memuaskan-Mu, saya dambakan menanggung tersedia problem ini hingga akhir untuk memuaskan hati-Mu, dan betapa pun besarnya rintangan yang saya hadapi, saya wajib tetap memuaskan-Mu. Sekalipun saya wajib menyerahkan seluruh hidupku, saya wajib tetap memuaskan-Mu!' Dengan tekad ini, tatkala berdoa seperti ini, engkau dapat mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu" ("Hanya Mengasihi Tuhan-lah yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Engkau merana di dalam, dan penderitaanmu telah mencapai titik tertentu, tapi engkau tetap bersedia datang di hadapan Tuhan dan berdoa, mengucapkan: 'Ya, Tuhan! Aku tidak mampu meninggalkan Engkau. Walaupun tersedia kegelapan dalam diriku, saya dambakan memuaskan Engkau; Engkau menyelami hatiku, dan saya dambakan Engkau menanamkan lebih banyak kasih-Mu dalam diriku'" ("Hanya dengan dengan Mengalami Pemurnian Manusia Dapat Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan").
Ketika tersedia problem menimpa, kita wajib melacak tekad Tuhan dan berdoa sehingga kita mampu jadi kesaksian dan memuaskan Tuhan. Kita terhitung wajib mempunyai tekad untuk mengasihi dan memuaskan Tuhan, dan bersedia menanggung penderitaan fisik terkecuali itu berarti jadi kesaksian bagi Tuhan daripada berdoa demi keperluan kita sendiri. Hanya doa semacam inilah yang bersamaan dengan dengan tekad Tuhan, dan ini terhitung berarti mempunyai tipe hati nurani dan akal sehat yang harusnya kita mempunyai sebagai makhluk ciptaan. Sebagai contoh, Ayub kehilangan seluruh harta benda dan anak-anaknya melalui ujian yang ia menghadapi dan dia sendiri menderita bisul berasal dari kepala hingga ujung kaki; dia menderita rasa sakit emosional dan fisik yang luar biasa. Namun dia tidak mengeluh kepada Tuhan mengenai mengapa Tuhan membiarkannya mengalami seluruh ini, dia terhitung tidak menghendaki Tuhan untuk menghalau penderitaannya. Sebaliknya, dia terutama dahulu tunduk dan berdoa untuk melacak tekad Tuhan. Dia mengetahui bahwa seluruh yang dimilikinya tidak diperoleh melalui kerja kerasnya sendiri, tapi telah dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan; apakah Tuhan berikan atau mengambil, sebagai makhluk ciptaan kita pasti saja wajib tunduk terhadap peraturan dan pengaturan Tuhan. Kita tidak boleh mempunyai tuntutan apa pun terhadap Tuhan, atau keluhan apa pun. Inilah akal sehat yang harusnya kita mempunyai sebagai manusia. Ayub berkata: "Dengan telanjang saya nampak berasal dari rahim ibuku, dengan dengan telanjang saya terhitung dapat ulang ke situ: Yahweh yang memberi, Yahweh terhitung yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21) Ayub seterusnya jadi kesaksian yang kuat bagi Tuhan dengan dengan mengandalkan sikap hormatnya, ketaatannya, dan imannya kepada Tuhan. Kita wajib belajar berasal dari teladan Ayub dan kala menjumpai suatu perihal yang tidak sesuai dengan dengan inspirasi kita, terutama dahulu kita wajib menenangkan diri di hadapan Tuhan dan bergegas berdoa untuk melacak tekad Tuhan, dan berdoa sehingga kita mampu berikan kesaksian dan memuaskan Tuhan. Inilah faktor paling penting dalam penerapan kita. Dengan cara ini, Tuhan mampu membimbing kita; Dia mampu berikan kita iman dan kemampuan untuk menunjang kita melalui segala rintangan yang barangkali kita hadapi, sehingga kita mampu berdiri teguh dalam kesaksian kita di sedang banyak variasi ujian.
Inilah tiga persoalan yang wajib kita merampungkan dalam doa kita. Selama kita lakukan dan ikuti prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari, saya percaya bahwa kita semua, saudara-saudari, dapat memetik hasil yang tidak dulu kita impikan.
referensi : yukampus
1. Dalam Doa, Apakah Engkau Berbicara kepada Tuhan Secara Terbuka, Memercayakan kepada-Nya Pikiran-Pikiranmu yang Sebenarnya?
Sering kali, kita perhatikan hal-hal detil seperti panjangnya doa atau kata-kata kita, atau bahkan kita mengusahakan perlihatkan tekad kita kepada Tuhan melalui kata-kata yang terdengar menyenangkan, tapi kita jarang amat membuka hati kita kepada Tuhan. Contohnya, kita biasa mengatakan: "Tuhan, saya dapat mengasihi-Mu, mengorbankan diriku bagi-Mu, dan seberapa pun besarnya bahaya atau tersedia problem yang kualami, saya tidak dapat menyerah. Aku dapat mengikuti-Mu sepanjang usia hidupku!" Atau, "Tuhan, firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku, saya dapat menaati firman-Mu dalam segala mengenai yang kulakukan, dan memenuhi kehendak-Mu!" Namun, kala dihadapkan terhadap kesukaran dan kemunduran, atau kala banyak variasi tersedia problem nampak di rumah, kita kerap tidak mampu menerapkan firman Tuhan dan kita tidak mempunyai permintaan untuk memenuhi keinginan-Nya. Kita bahkan keliru mengetahui Tuhan, mengeluh mengenai Tuhan, kehilangan motivasi, terhitung mengkhianati dan terjadi jauhi dari-Nya. Bahwa kita berperilaku seperti ini dalam situasi-situasi praktis perlihatkan kurangnya ketulusan dalam doa kita kepada Tuhan, sebaliknya doa kita cuman membual dan melontarkan kata-kata kosong yang terdengar indah dalam bisnis untuk menyenangkan Tuhan. Doa kita terhitung membawa target membawa efek orang lain mengagumi kita, membawa efek Tuhan dan orang-orang lihat bahwa kita mengasihi Tuhan dan setia kepada-Nya, tapi terhadap kenyataannya, doa kita dipenuhi dengan dengan kemunafikan dan tipu daya. Pada dasarnya, seluruh itu adalah bisnis untuk membodohi dan menipu Tuhan. Bagaimana barangkali kita menghendaki Tuhan mendengar doa-doa semacam ini? Yesus dulu memberi tambahan semisal ini: "Dua orang pergi ke bait suci untuk berdoa; yang satu orang Farisi, dan yang lainnya pemungut cukai. Orang Farisi berdiri dan berdoa demikianlah dengan dengan dirinya sendiri, 'Tuhan, saya berterima kasih, bahwa saya tidak seperti orang lain, pemeras, tidak adil, pezina, atau bahkan seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, saya memberi tambahan perpuluhan berasal dari seluruh yang kumiliki.' Dan pemungut cukai itu, sambil berdiri jauh-jauh, tidak berkenan mengangkat matanya menatap surga, tapi memukul dadanya, berkata, 'Tuhan, kasihanilah saya orang berdosa.' Aku berbicara kepadamu, orang ini dan seisi rumahnya dibenarkan daripada yang satunya: dikarenakan tiap-tiap orang yang meninggikan dirinya dapat direndahkan; dan yang merendahkan dirinya dapat ditinggikan" (Lukas 18:10-14). Tidaklah sulit untuk lihat bahwa orang Farisi itu berdoa dengan dengan cara yang sombong, tampaknya ia tidak mengetahui dosa-dosanya sendiri, ia perlihatkan diri sendiri atas basic kelakuan baiknya yang penuh kepura-puraan. Dia dengan dengan mementingkan dirinya sendiri perlihatkan kesetiaannya kepada Tuhan, menyebutkan hal-hal yang kedengarannya indah kepada Tuhan, perlihatkan dirinya di hadapan Tuhan sambil remehkan si pemungut cukai (pemungut pajak). Doa yang munafik seperti itu tidak dapat dulu mampu dipuji oleh Tuhan. Doa pemungut cukai itu tulus, secara terbuka mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan, mengakui bahwa dia seorang berdosa, dan mengutarakan penyesalannya. Dia terhitung perlihatkan kesediaannya untuk bertobat kepada Tuhan, dan memohon belas kasihan Tuhan. Melihat ketulusan dalam doanya, Yesus memuji doa pemungut cukai itu.
Perumpamaan Yesus berikan mengetahui kita bahwa Tuhan membenci pemanfaatan kata-kata yang kosong dan menyombongkan diri, atau kata-kata yang mengenakkan telinga untuk menjilat Tuhan atau menipu-Nya. Tuhan dambakan sehingga kita mengutarakan hati kita yang sejujurnya dan memberi tambahan anggapan kita yang sebenarnya, mengucapkan kebenaran, berkomunikasi dengan dengan Tuhan dengan dengan tulus. Tuhan Yesus berkata, "Ketika penyembah-penyembah benar dapat menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran: dikarenakan Bapa melacak penyembah yang seperti itu. Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia wajib menyembah Dia dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Dan anggota lain berasal dari firman Tuhan adalah: "Standar terendah yang Tuhan tuntut berasal dari manusia adalah mereka mampu membuka hati mereka kepada-Nya. Jika manusia memberi tambahan isi hatinya yang sebenarnya kepada Tuhan dan menyebutkan yang sebenarnya tersedia dalam hatinya kepada Tuhan, Tuhan bersedia bekerja di dalam diri manusia; Tuhan tidak dambakan hati manusia yang bengkok, melainkan hati yang murni dan tulus. Jika manusia tidak betul-betul memberi tambahan isi hatinya kepada Tuhan, Tuhan tidak menjamah hati manusia, atau bekerja di dalam dirinya. Dengan demikian, mengenai yang paling penting dalam berdoa adalah mengucapkan isi hatimu yang tulus kepada Tuhan, berikan mengetahui Tuhan mengenai kelemahan atau watak pemberontakmu dan semuanya membuka dirimu kepada Tuhan. Hanya sehabis itu Tuhan dapat tertarik terhadap doa-doamu; terkecuali tidak, Tuhan dapat menyembunyikan muka-Nya darimu" ("Tentang Penerapan Doa"). Dari sini kita mampu lihat bahwa kita wajib terbuka dan tulus kepada Tuhan, memberitahukan kepada-Nya anggapan kita yang terdalam dan kebenarannya, katakan kepada Tuhan mengenai suasana dan persoalan kita yang sebenarnya, dan carilah bimbingan Tuhan. Hanya dengan dengan demikianlah Tuhan dapat mendengar doa-doa kita. Ketika kita berdoa, kita mampu menyebutkan kepada Tuhan mengenai tersedia problem dan penderitaan yang kita menghadapi dalam hidup kita, dan melacak tekad Tuhan. Atau kita mampu datang di hadapan Tuhan dan membuka diri kepada-Nya mengenai pelanggaran kita atau kerusakan apa pun yang telah kita ungkapkan tiap-tiap hari. Seperti inilah berdialog secara tulus dengan dengan Tuhan dalam segala hal. Seperti kala kita kerap jadi tergila-gila dengan dengan dunia ini dan dambakan ikuti tren masyarakat, terobsesi dengan dengan kesenangan duniawi, dan kita tidak mampu membawa efek anggapan kita tenang di hadapan Tuhan, kita mampu berdoa kepada Tuhan: "Tuhan! Aku mendapati bahwa saya tidak mengasihi kebenaran di dalam hatiku, tapi tetap mengayalkan dunia yang memesona di luar sana. Bahkan kala berada dalam kebaktian, dalam doa, atau membaca firman-Mu, saya tidak mampu menenangkan pikiranku. Aku dambakan meninggalkan daging, tapi saya jadi tidak berdaya untuk melakukannya. Tuhan! Kumohon Roh-Mu menggerakkan hatiku yang mati rasa ini, memberiku iman dan kemampuan untuk mengatasi godaan Iblis dan membawa efek hatiku tenang di hadapan-Mu." Setelah beberapa kali berdoa dengan dengan tulus seperti ini, Roh Kudus dapat membimbing dan menuntun kita untuk lihat bahwa ikuti tren sosial dapat membawa efek kita hidup dalam dosa dan jadi jadi jauh berasal dari Tuhan. Roh Kudus terhitung dapat menyentuh kita, dan berikan kita hati yang penuh kasih dapat kebenaran. Kita lantas dapat mampu meninggalkan daging dengan dengan cara-cara yang nyata, dan mengatasi godaan dan rayuan Iblis—ini adalah hasil yang mampu kita mencapai dengan dengan berbicara berasal dari hati dalam doa kepada Tuhan. Namun, terkecuali kita tidak membuka hati kita kepada Tuhan dalam doa, sebaliknya mengusahakan untuk menjilat Tuhan dan menipu-Nya dengan dengan gunakan kata-kata yang mengenakkan telinga, Tuhan tidak dapat mendengar doa kita dan tidak dapat menyentuh hati kita. Kita tidak dapat mampu membedakan atau mengatasi godaan Iblis dan berkenan tidak berkenan dapat ikuti tren yang jahat, jadi jauhi berasal dari Tuhan dan dirugikan oleh Iblis. Karena itu, terkecuali kita dambakan doa kita didengar oleh Tuhan, kita wajib terbuka dan jujur di hadapan-Nya. Inilah cara pertama yang wajib kita lakukan.
2. Apakah Engkau Berdoa untuk Menerapkan Firman Tuhan dan Meraih Pertumbuhan dalam hidupmu?
Setelah dirusak Iblis, kita dipenuhi watak rusak yang jahat seperti Iblis; kita egois, serakah, bengkok, menipu, dan cuma mengayalkan keperluan kita sendiri. Dalam seluruh hal, kita menempatkan keuntungan tertentu di atas semuanya dan bahkan dalam iman, kita dambakan kasih karunia dan berkat yang jadi banyak berasal dari Tuhan. Sebagian besar saudara-saudari percaya bahwa dikarenakan kita percaya kepada Tuhan, Dia dapat memberkati dan berikan kepada kita kasih karunia, dan apa pun yang kita minta dari-Nya, Dia dapat menyediakannya. Kita kerap memohon dan berdoa kepada Tuhan untuk fungsi ragawi seperti pulih berasal dari penyakit, berikan kita kedamaian di rumah, atau mengizinkan anak-anak kita meraih pekerjaan yang baik. Ketika kita menikmati kasih karunia-Nya, kita dengan dengan amat gembira memuji-Nya, tapi kala Dia tidak menjawab doa-doa kita seperti yang kita inginkan, kita mengeluh mengenai Dia. Pernahkah engkau mengayalkan apakah terus-menerus berdoa kepada Tuhan untuk keperluan daging kita sendiri adalah persekutuan yang benar dengan dengan Tuhan, apakah itu adalah ibadah kita yang sejati kepada-Nya? Jawabannya adalah tidak. Doa-doa semacam ini cuman bisnis untuk meraih berkat berasal dari Tuhan; doa-doa ini menuntut banyak variasi mengenai dari-Nya dan mengusahakan sehingga Dia bertindak sesuai dengan dengan tekad kita sendiri. Itu tidak memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Doa-doa semacam ini cuma mampu membangkitkan kemarahan Tuhan, dan Dia tidak mendengarnya.
Sebagai orang Kristen, kita tidak harusnya cuma melacak berkat bagi daging kita atau mengusahakan sehingga Tuhan melimpahkan lebih banyak kasih karunia dan berkat bagi kita. Itu dikarenakan hal-hal ini cuma amat barangkali kita menikmati keberuntungan duniawi yang sekilas, tapi tidak menunjang kita bertumbuh sedikit pun dalam kehidupan. Doa-doa itu terhitung tidak mampu menunjang kita mencapai ketaatan yang sejati maupun sikap yang khawatir dapat Tuhan. Doa dan permintaan kita haruslah lebih berfokus terhadap pemahaman kita dapat kebenaran, bagaimana menerapkan firman Tuhan, dan bertumbuh dalam kehidupan kita. Hanya doa semacam ini yang bersamaan dengan dengan tekad Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Dan janganlah melacak apa yang dapat engkau makan, atau apa yang dapat engkau minum, dan hendaklah engkau tidak bimbang. Sebab seluruh mengenai ini dikejar oleh bangsa-bangsa di dunia: dan Bapamu mengetahui bahwa engkau perlu hal-hal ini. Namun, carilah kerajaan Tuhan; dan seluruh mengenai ini dapat ditambahkan kepadamu" (Lukas 12:29–31). "Rohlah yang menghidupkan; daging tidak membuahkan apa-apa: segala perkataan yang Aku katakan kepadamu adalah roh dan kehidupan" (Yohanes 6:63). Kehendak Tuhan adalah sehingga kita menerapkan dan menghidupi firman-Nya, dan melalui firman-Nya meraih kebenaran dan kehidupan sehingga kita mampu mencapai keserasian dengan dengan Tuhan dan terhadap seterusnya mampu masuk ke dalam kerajaan-Nya. Oleh dikarenakan itu, doa kita wajib dipusatkan di seputar bagaimana menerapkan dan mengalami firman-Nya; dengan dengan cara ini, Dia dapat menuntun kita dalam meniti pekerjaan-Nya, kita dapat terus-menerus mengetahui jadi banyak kebenaran, dan kita dapat mampu menghidupi firman Tuhan. Pikirkan bagaimana kita seluruh kerap berdusta dan lakukan hal-hal yang menipu demi merawat reputasi, status, kekayaan, atau keperluan kita sendiri. Kita mengetahui betul bahwa seluruh ini adalah dosa, tapi kita tidak mampu menghentikan diri kita untuk berbuat dosa. Bahkan bila kita tidak berdusta dengan dengan kata-kata kita, di dalam hati, kita memperhitungkan apa yang wajib dikatakan untuk merawat nama baik, keuntungan, dan kedudukan kita sendiri, dan apa yang wajib kita lakukan sehingga keperluan kita tidak dikorbankan. Ketika kita mengetahui bahwa kita mempunyai dorongan untuk berdusta atau lakukan suatu perihal yang tidak jujur, kita wajib menghadap Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan! Aku telah lihat bahwa saya tidak mampu mencapai kesederhanaan dan kejujuran seorang anak, melainkan tetap tidak mampu menghentikan diri berasal dari berdusta atau menipu. Jika saya terus-menerus seperti ini, Engkau pasti dapat membenciku. Tuhan! Aku amat perlu keselamatan-Mu—kumohon Engkau menuntunku untuk jadi seorang yang jujur, dan terkecuali saya berdusta atau menipu lagi, kumohon Engkau mendisiplinkan diriku." Setelah mempersembahkan doa seperti ini, kala kita sekali ulang mempunyai permintaan untuk berbohong demi keperluan kita sendiri, kita dapat merasakan teguran Roh Kudus di dalam diri kita. Kita dapat mengetahui dengan dengan mengetahui bahwa Tuhan menuntut kita untuk jadi orang yang jujur, dan Dia bersukacita dan memberkati orang-orang yang jujur. Kita tidak boleh berdusta demi menegakkan keperluan kita sendiri, dikarenakan itu menjijikkan bagi Tuhan. Setelah kita mengetahui seluruh ini, kita dapat mampu meninggalkan motif licik berasal dari hati kita, melacak kebenaran berasal dari kenyataan, dan berbicara jujur. Dengan tetap lakukan seperti ini, sebelum akan dapat mengetahuinya, dusta kita dapat jadi berkurang, dan kita dapat mampu masuk ke dalam realitas kebenaran dalam jadi orang yang jujur, selangkah demi selangkah. Ini adalah buah berasal dari doa untuk perkembangan dalam kehidupan. Tuhan Yesus berkata: "Dan Aku berbicara kepadamu: Mintalah, maka dapat diberikan kepadamu; carilah, maka engkau dapat menemukan; ketuklah, maka pintu dapat dibukakan bagimu. Siapa yang melacak dapat mendapat, siapa yang mengetuk, baginya pintu dapat dibukakan" (Lukas 11:9-10). Jelas, asalkan kita berdoa kepada Tuhan untuk mengetahui kebenaran dan kemampuan untuk menerapkan firman Tuhan, dan kita memperlakukan jalan masuk ke dalam kebenaran dengan dengan amat serius, Tuhan dapat membimbing kita untuk mengetahui kebenaran dan masuk ke dalam realitas kebenaran, dan kita dapat mampu bertumbuh dalam kehidupan rohani kita sedikit demi sedikit.
3. Apakah Engkau Berdoa untuk Mencari Pemahaman atas Kehendak Tuhan dan untuk Menjadi Kesaksian bagi-Nya?
Dalam hidup, kadang kala kita menghadapi persoalan yang tidak bersamaan dengan dengan inspirasi kita, seperti persoalan di tempat kerja atau di rumah, atau kita bahkan barangkali dihadapkan dengan dengan semacam bencana. Ketika hal-hal ini terjadi, kebanyakan berasal dari kita menghendaki Tuhan untuk mengambil lingkungan yang tidak menyenangkan ini dan berikan kita damai sejahtera dan kebahagiaan. Meskipun kita bekerja keras atau bahkan melewatkan relasi dan pekerjaan kita untuk melayani Tuhan, terkecuali kita meraih suatu perihal seperti penyakit parah, kita tidak mampu menenangkan diri dan melacak tekad Tuhan, dan berdoa sehingga kita mampu memberi tambahan kesaksian dan memuaskan Tuhan. Sebaliknya, kita berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya sehingga menyembuhkan penyakit kita sehingga kita mampu terbebas berasal dari siksaan penyakit sesegera mungkin. Ketika Tuhan mengabulkan permintaan kita, kita berterima kasih dan memuji-Nya, tapi kala Dia tidak membawa efek kita sehat, kita berkecil hati dan kecewa terhadap Tuhan; kita hidup dalam kenegatifan, mengeluh mengenai Dia dan kita bahkan mempunyai dorongan untuk tidak ulang lakukan bisnis apa pun bagi-Nya. Kita mampu lihat berasal dari sini bahwa kita amat terpikat terhadap keperluan daging kita sendiri; di dalam hati, kita tidak mencintai atau dambakan memuaskan Tuhan. Kita kerap membawa efek permintaan yang tidak masuk akal dalam doa-doa kita, mengajukan tuntutan kepada-Nya dengan dengan cara yang mementingkan diri sendiri dan tercela sehingga Dia lakukan suatu perihal sesuai dengan dengan apa yang kita inginkan. Kita mirip sekali tidak menyembah Sang Pencipta berasal dari kedudukan yang sepantasnya sebagai makhluk ciptaan. Mengapa Tuhan berkenan mengindahkan doa seperti itu? Lalu bagaimana kita wajib berdoa sehingga bersamaan dengan dengan tekad Tuhan? Firman-Nya mengarahkan kita ke jalan itu: "Ketika engkau menghadapi kesulitan, bergegaslah berdoa kepada Tuhan: 'Ya, Tuhan! Aku dambakan memuaskan-Mu, saya dambakan menanggung tersedia problem ini hingga akhir untuk memuaskan hati-Mu, dan betapa pun besarnya rintangan yang saya hadapi, saya wajib tetap memuaskan-Mu. Sekalipun saya wajib menyerahkan seluruh hidupku, saya wajib tetap memuaskan-Mu!' Dengan tekad ini, tatkala berdoa seperti ini, engkau dapat mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu" ("Hanya Mengasihi Tuhan-lah yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Engkau merana di dalam, dan penderitaanmu telah mencapai titik tertentu, tapi engkau tetap bersedia datang di hadapan Tuhan dan berdoa, mengucapkan: 'Ya, Tuhan! Aku tidak mampu meninggalkan Engkau. Walaupun tersedia kegelapan dalam diriku, saya dambakan memuaskan Engkau; Engkau menyelami hatiku, dan saya dambakan Engkau menanamkan lebih banyak kasih-Mu dalam diriku'" ("Hanya dengan dengan Mengalami Pemurnian Manusia Dapat Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan").
Ketika tersedia problem menimpa, kita wajib melacak tekad Tuhan dan berdoa sehingga kita mampu jadi kesaksian dan memuaskan Tuhan. Kita terhitung wajib mempunyai tekad untuk mengasihi dan memuaskan Tuhan, dan bersedia menanggung penderitaan fisik terkecuali itu berarti jadi kesaksian bagi Tuhan daripada berdoa demi keperluan kita sendiri. Hanya doa semacam inilah yang bersamaan dengan dengan tekad Tuhan, dan ini terhitung berarti mempunyai tipe hati nurani dan akal sehat yang harusnya kita mempunyai sebagai makhluk ciptaan. Sebagai contoh, Ayub kehilangan seluruh harta benda dan anak-anaknya melalui ujian yang ia menghadapi dan dia sendiri menderita bisul berasal dari kepala hingga ujung kaki; dia menderita rasa sakit emosional dan fisik yang luar biasa. Namun dia tidak mengeluh kepada Tuhan mengenai mengapa Tuhan membiarkannya mengalami seluruh ini, dia terhitung tidak menghendaki Tuhan untuk menghalau penderitaannya. Sebaliknya, dia terutama dahulu tunduk dan berdoa untuk melacak tekad Tuhan. Dia mengetahui bahwa seluruh yang dimilikinya tidak diperoleh melalui kerja kerasnya sendiri, tapi telah dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan; apakah Tuhan berikan atau mengambil, sebagai makhluk ciptaan kita pasti saja wajib tunduk terhadap peraturan dan pengaturan Tuhan. Kita tidak boleh mempunyai tuntutan apa pun terhadap Tuhan, atau keluhan apa pun. Inilah akal sehat yang harusnya kita mempunyai sebagai manusia. Ayub berkata: "Dengan telanjang saya nampak berasal dari rahim ibuku, dengan dengan telanjang saya terhitung dapat ulang ke situ: Yahweh yang memberi, Yahweh terhitung yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21) Ayub seterusnya jadi kesaksian yang kuat bagi Tuhan dengan dengan mengandalkan sikap hormatnya, ketaatannya, dan imannya kepada Tuhan. Kita wajib belajar berasal dari teladan Ayub dan kala menjumpai suatu perihal yang tidak sesuai dengan dengan inspirasi kita, terutama dahulu kita wajib menenangkan diri di hadapan Tuhan dan bergegas berdoa untuk melacak tekad Tuhan, dan berdoa sehingga kita mampu berikan kesaksian dan memuaskan Tuhan. Inilah faktor paling penting dalam penerapan kita. Dengan cara ini, Tuhan mampu membimbing kita; Dia mampu berikan kita iman dan kemampuan untuk menunjang kita melalui segala rintangan yang barangkali kita hadapi, sehingga kita mampu berdiri teguh dalam kesaksian kita di sedang banyak variasi ujian.
Inilah tiga persoalan yang wajib kita merampungkan dalam doa kita. Selama kita lakukan dan ikuti prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari, saya percaya bahwa kita semua, saudara-saudari, dapat memetik hasil yang tidak dulu kita impikan.
referensi : yukampus