xraith
New member
I. Bulan Andimarsedonia
Pada suatu masa, sebuah kerjaan kecil berdiri dengan sangat makmur dan damai.Walau kerajaan ini kecil, karena kekayaannya ia sagat disegani dan dihormati oleh kerajaan-kerajaan tetangganya. Kerajaan ini bernama Andimarsedonia. Andimarsedonia dipimpin oleh seorang raja yang masih muda tapi bijaksana dalam bernegara, beliau memiliki seorang permaisuri dan seorang adik yang bernama Putri Aelia.
Putri Aelia dikenal sebagai Bulan dari Andimarsedonia, karena dia berparas sangat rupawan, kulitnya putih dan bersinar, bibirnya semerah darah dengan senyum yang sangat merekah, suaranya sangat merdu dan lemah lembut, rambutnya yang panjang sehitam arang, tubuhnya harum seharum melati. Kecantikannya yang luar biasa tidak hanya tersebar hingga kesuluruh pelosok kerajaan, tapi berita itu juga mencapai keberbagai negri didunia. Tidak sedikit yang berlomba-lomba untuk melihat wajahnya walau hanya sekejap. Berdatangan pinangan dari pernjuru, tapi tak satupun yang dapat meluluhkan hati sang putri.
Putri Aelia tidak hanya dikagumi dengan kecantikannya, tapi juga karena kecerdasannya dan kepiawaiannya diberbagai bidang. Jiwanya yang keras dan kesadaran akan kedudukannya inilah yang membuat Putri sangat pemilih dalam masalah percintaan.
Putri Aelia merupakan salah satu tangan kanan Raja dalam menjalankan roda pemerintahan.
Pada suatu hari Putri Aelia sedang berjalan-jalan dihutan wilayah selatan bersama beberapa pengawal dan dayangnya. Tiba-tiba sebuah kuda melaju sangat kencang dari arah yang berlawanan. Ketika melihat rombongan putri, si penunggang kuda memperlambat jalan kudanya, lalu berhenti didepan rombongan sang putri dengan menganggukan kepalanya sekali sebagai tanda hormat. Ketika pandangan mata pemuda itu bertemu dengan pandangan sang putri, pemuda itu langsung menundukkan pandangannya. Putri merasa heran, selama hidupnya hampir semua laki-laki akan terpana akan kencantikannya sehingga tak akan mampu mengalihkan pandangan mereka dari wajahnya untuk beberapa lama. Tapi dalam sekejap saja pemuda dihadapannya ini langsung menundukkan pandangannya.
Karena rasa herannya, putri meminta sang pemuda untuk mendekat. Pemuda itupun mendekat dengan masih saja menundukkan pandangannya.
“Salaam hai pemuda. Siapakah kau dan sedang apa kau disini?”
“Walaikum salam Putri Aelia, Saya adalah Ali abdul Jabbar bin Abdullah, dan saya sedang berkuda berkeliling hutan.” Jawab pemuda itu tanpa sekejappun menaikkan pandangannya pada sang putri. Sikap pemuda bernama Ali semakin membuat putri penasaran.
“Wahai Ali, mengapa kau selalu menundukkan pandanganmu ketika berbicara padaku, padahal aku tak berkeberatan dengan hal itu.”
“Sungguhpun saya tahu Putri tidak berkeberatan, tapi Allah dan Rasul-Nya berkeberatan jika saya memandang Putri, dan saya takut akan murka Allah.”
Putri Aelia merasa malu mendengar perkataan pemuda itu, karena selama berbicara, tak sekejapun ia menundukkan pandangannya dari Ali. Putri menyadari bahwa Ali memiliki wajah dan perawakan yang sangat tampan, tapi ketampanan budi dan akhlaknya semakin membuat Putri Aelia kagum. Bagi sang Putri, Ali adalah sosok yang sangat lain dari yang lain, Putri merasakan sesuatu pecah didadanya, ada perasaan riang yang tiba-tiba menggelitik relung hatinya, akhirnya dia menyadari bahwa Ali adalah laki-laki yang ia tunggu selama ini.
“Wahai Ali, siapakah orang tuamu dan dimanakah rumahmu?”
“Ayah saya adalah Abdullah bin Mustofa, Bangsawan kerjaaan bagian selatan dan rumah kami…”tiba-tiba Putri memotong kalimat Ali.
“Ah aku tahu, ternyata kau putra dari paman Abdullah, aku mengenalnya, tapi mengapa aku tidak pernah melihatmu berkunjung ke istana?”
“Karena sejak kecil saya tidak pernah berada dikerajaan ini, saya menetap kerajaan tetangga. Saat ini saya sedang berlibur disini untuk beberapa waktu.”
“Ah baiklah kalau begitu, apakah kau bersedia untuk berburu bersama rombonganku?”
“Terima kasih banyak tuan Putri, saya merasa terhormat, tetapi saya telah berjanji pada ayah untuk pulang pada saat makan siang, dan saya rasa saya telah sedikit terlambat. Jika Putri tidak berkeberatan, saya harus memenuhi janji saya pada beliau, saya mohon pamit.”
Putri menghela nafas kesekian kalinya, jika bukan Ali, tanpa sedetikpun berpikir laki-laki manapun akan menerima tawarannya itu dengan girangnya. “Sungguh kau ini laki-laki yang berbeda wahai Ali, tak sedikitpun kau bernafsu untuk menghabiskan waktu bersamaku. Baiklah Ali, senang berkenalan denganmu, sampaikan salamku pada paman Abdullah, dan percayalah Ali, aku akan menemuimu lagi diwaktu yang dekat.”
“Insyaallah Putri dan terima kasih, wasalammualaikum.”
“Walaikum salam,” jawab putri lembut.
Ali pun melesat pergi dengan lari kudanya yang sangat kencang. Sambil melihat kepergian Ali bersama kudanya, Putri Aelia menarik nafas panjang-panjang, akhirnya dia menyandarkan kepalanya kedinding kereta dan berbisik pada pelayannya, “Ah Ali, tak sekalipun dia menoleh kebelakang… sungguh dayang, aku merasa melayang bersama larinya kuda Ali. Dayang, perintahkan rombongan untuk pulang ke istana!”
Rombongan putripun kembali keistana, tetapi hati sang putri sangat kentara telah terbawa oleh pemuda Ali dan kudanya ke arah yang berlawanan.
Pada suatu masa, sebuah kerjaan kecil berdiri dengan sangat makmur dan damai.Walau kerajaan ini kecil, karena kekayaannya ia sagat disegani dan dihormati oleh kerajaan-kerajaan tetangganya. Kerajaan ini bernama Andimarsedonia. Andimarsedonia dipimpin oleh seorang raja yang masih muda tapi bijaksana dalam bernegara, beliau memiliki seorang permaisuri dan seorang adik yang bernama Putri Aelia.
Putri Aelia dikenal sebagai Bulan dari Andimarsedonia, karena dia berparas sangat rupawan, kulitnya putih dan bersinar, bibirnya semerah darah dengan senyum yang sangat merekah, suaranya sangat merdu dan lemah lembut, rambutnya yang panjang sehitam arang, tubuhnya harum seharum melati. Kecantikannya yang luar biasa tidak hanya tersebar hingga kesuluruh pelosok kerajaan, tapi berita itu juga mencapai keberbagai negri didunia. Tidak sedikit yang berlomba-lomba untuk melihat wajahnya walau hanya sekejap. Berdatangan pinangan dari pernjuru, tapi tak satupun yang dapat meluluhkan hati sang putri.
Putri Aelia tidak hanya dikagumi dengan kecantikannya, tapi juga karena kecerdasannya dan kepiawaiannya diberbagai bidang. Jiwanya yang keras dan kesadaran akan kedudukannya inilah yang membuat Putri sangat pemilih dalam masalah percintaan.
Putri Aelia merupakan salah satu tangan kanan Raja dalam menjalankan roda pemerintahan.
Pada suatu hari Putri Aelia sedang berjalan-jalan dihutan wilayah selatan bersama beberapa pengawal dan dayangnya. Tiba-tiba sebuah kuda melaju sangat kencang dari arah yang berlawanan. Ketika melihat rombongan putri, si penunggang kuda memperlambat jalan kudanya, lalu berhenti didepan rombongan sang putri dengan menganggukan kepalanya sekali sebagai tanda hormat. Ketika pandangan mata pemuda itu bertemu dengan pandangan sang putri, pemuda itu langsung menundukkan pandangannya. Putri merasa heran, selama hidupnya hampir semua laki-laki akan terpana akan kencantikannya sehingga tak akan mampu mengalihkan pandangan mereka dari wajahnya untuk beberapa lama. Tapi dalam sekejap saja pemuda dihadapannya ini langsung menundukkan pandangannya.
Karena rasa herannya, putri meminta sang pemuda untuk mendekat. Pemuda itupun mendekat dengan masih saja menundukkan pandangannya.
“Salaam hai pemuda. Siapakah kau dan sedang apa kau disini?”
“Walaikum salam Putri Aelia, Saya adalah Ali abdul Jabbar bin Abdullah, dan saya sedang berkuda berkeliling hutan.” Jawab pemuda itu tanpa sekejappun menaikkan pandangannya pada sang putri. Sikap pemuda bernama Ali semakin membuat putri penasaran.
“Wahai Ali, mengapa kau selalu menundukkan pandanganmu ketika berbicara padaku, padahal aku tak berkeberatan dengan hal itu.”
“Sungguhpun saya tahu Putri tidak berkeberatan, tapi Allah dan Rasul-Nya berkeberatan jika saya memandang Putri, dan saya takut akan murka Allah.”
Putri Aelia merasa malu mendengar perkataan pemuda itu, karena selama berbicara, tak sekejapun ia menundukkan pandangannya dari Ali. Putri menyadari bahwa Ali memiliki wajah dan perawakan yang sangat tampan, tapi ketampanan budi dan akhlaknya semakin membuat Putri Aelia kagum. Bagi sang Putri, Ali adalah sosok yang sangat lain dari yang lain, Putri merasakan sesuatu pecah didadanya, ada perasaan riang yang tiba-tiba menggelitik relung hatinya, akhirnya dia menyadari bahwa Ali adalah laki-laki yang ia tunggu selama ini.
“Wahai Ali, siapakah orang tuamu dan dimanakah rumahmu?”
“Ayah saya adalah Abdullah bin Mustofa, Bangsawan kerjaaan bagian selatan dan rumah kami…”tiba-tiba Putri memotong kalimat Ali.
“Ah aku tahu, ternyata kau putra dari paman Abdullah, aku mengenalnya, tapi mengapa aku tidak pernah melihatmu berkunjung ke istana?”
“Karena sejak kecil saya tidak pernah berada dikerajaan ini, saya menetap kerajaan tetangga. Saat ini saya sedang berlibur disini untuk beberapa waktu.”
“Ah baiklah kalau begitu, apakah kau bersedia untuk berburu bersama rombonganku?”
“Terima kasih banyak tuan Putri, saya merasa terhormat, tetapi saya telah berjanji pada ayah untuk pulang pada saat makan siang, dan saya rasa saya telah sedikit terlambat. Jika Putri tidak berkeberatan, saya harus memenuhi janji saya pada beliau, saya mohon pamit.”
Putri menghela nafas kesekian kalinya, jika bukan Ali, tanpa sedetikpun berpikir laki-laki manapun akan menerima tawarannya itu dengan girangnya. “Sungguh kau ini laki-laki yang berbeda wahai Ali, tak sedikitpun kau bernafsu untuk menghabiskan waktu bersamaku. Baiklah Ali, senang berkenalan denganmu, sampaikan salamku pada paman Abdullah, dan percayalah Ali, aku akan menemuimu lagi diwaktu yang dekat.”
“Insyaallah Putri dan terima kasih, wasalammualaikum.”
“Walaikum salam,” jawab putri lembut.
Ali pun melesat pergi dengan lari kudanya yang sangat kencang. Sambil melihat kepergian Ali bersama kudanya, Putri Aelia menarik nafas panjang-panjang, akhirnya dia menyandarkan kepalanya kedinding kereta dan berbisik pada pelayannya, “Ah Ali, tak sekalipun dia menoleh kebelakang… sungguh dayang, aku merasa melayang bersama larinya kuda Ali. Dayang, perintahkan rombongan untuk pulang ke istana!”
Rombongan putripun kembali keistana, tetapi hati sang putri sangat kentara telah terbawa oleh pemuda Ali dan kudanya ke arah yang berlawanan.