Pertanyaan itu susah dijawab, lantaran sangat dilematis. Di satu sisi, orang yang mengkaji tentang hidup sesudah mati, kebanyakan mereka belum mengalami kematian. Mereka hanya menmdasarkan pada kisah-kisah orang yang telah mengalami mati kemudian bangkit kembali. Itupun masih diragukan keakuratannya. Bukankah situasi hidup sesudah mati merupakan rahasia Allah, karena hal itu termasuk dalam kategori gaib. Jadi orang yang bercerita tentang hidup sesudah mati dan ia mengalami sendiri, boleh jadi itu hanya ilusi yang diciptakan iblis, untuk membangkitkan ketakutan manusia menghadapi kematian, sehingga manusia terus berupaya mempertahankan hidup dan berkubang dengan duniawi, menumpuk kekayaan dan dosa. Hanya satu manusia yang paling pantas dipercaya bercerita tentang hidup sesudah mati yakni Rasulullah SAW. Dialah prototipe manusia surga yang diciptakan dan diturunkan Allah ke dunia guna memberikan penjelasan yang seterang-terangnya kepada manusia tentang berbagai hal sampai hari kiamat kelak. Jadi kalau Muhammad SAW bercerita bahwa manusia mati sebelum mencapai akherat, ia harus melewati alam barzah (tertutup) dan alam kubur (terpisah), maka avonturisme pikiran kita juga harus dihentikan hingga disini. Kendati Muhammad ketika bercerita itu juga belum mengalami kematian, tetapi dia bukanlah manusia biasa seperti kita. Dialah manusia paling lengkap dan sempurna yang pernah diciptakan oleh-Nya. Bukankah nur Muhammad diciptakan Allah jauh sebelum adanya alam semesta? Tidak ada seorang nabi atau rasul yang bisa bertemu langsung dengan Allah ketika dia masih hidup, kecuali Muhammad (Mi'raj ke Sidratul Muntaha). Nabi Musa saja hanya dikasih unjuk dengan sebongkah api yang menempel di sebatang kurma ketika ia mohon agar Allah menunjukkan diri-Nya. Jadi, tentang hidup sesudah mati, bukankah Muhammad juga sudah memberikan batasan imajinatif pada kita dengan sabdanya, janganlah kalian membebani dengan pertanyaan yang membuat kalian pusing sendiri. Dan Allah menegaskan dalam firman-Nya, jika ada umatmu hai Muhammad yang bertanya tentang Aku (termasuk didalamnya tentang esensi ke-gaib-an), suruhlah mereka mengamati ciptaan-Ku. Artinya apa? Jika kita bisa memahami eksistensi dan esensi alam semesta sebagai ciptaan Allah SWT, maka ke-gaib-an (termasuk hidup sesudah mati) merupakan suatu esensi ciptaan Allah yang harus diyakini dan diimani sekaligus tidak perlu dipertanyakan. Kenapa? Sama halnya kita bertanya berapa batas umur kita? Jika kita tahu, justru kita akan takut, akan ngeri, akan panik tak terkendali. Jadi kalau benar kita diberi tahu Allah situasi hidup sesudah mati yang sesungguhnya, tak satupun manusia yang berani untuk dilahirkan ke dunia. Kita akan lebih baik memilih berada terus menerus di alam ruh. Di sana kekal, tak ada sakit, tak ada keluhan, tak ada kewajiban, tak ada perjuangan dan tak ada kematian.