BANJARBARU —Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, punya kegiatan selama bulan Ramadhan. Kegiatan tersebut adalah festival tanglong dan bagarakan sahur. Wali Kota Ruzaidin Noor mengatakan, festival tanglong dan ‘bagarakan’ sahur merupakan salah satu cara menyemarakkan bulan Ramadhan di daerah itu yang perlu dilestarikan.
“Festival diisi dengan kegiatan bernuansa Islami sehingga cukup tepat dilakukan sebagai salah satu cara menyemarakkan bulan Ramadhan,” ujar wali kota di Banjarbaru, seperti dikutip Antara, Kamis (18/8).
ia mengatakan, kegiatan tahunan - yang dilaksanakan Ahad (2 1/8) malam bertepatan 21 Ramadhan 1432 Hijriah itu juga diharapkan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat Banjarbaru maupun Kalimantan Selatan (Kalsel) umumnya. Menurut dia, setiap peserta tanglong (lampion) diminta menampilkan kreativitas terbaik seperti miniatur masjid, Ka’bah, bulan sabit, unta, dan kaligrafi tetapi tidak diperbolehkan menampilkan figur rasul atau nabi.
“Nuansa Islami muncul karena kreativitas yang ditampilkan menggambarkan miniatur bangunan tempat ibadah maupun benda lain ciptaan Allah yang mencirikan budaya Islam,” ungkapnya.
Sementara, “bagarakan” (membangunkan) sahur juga kental dengan suasana bulan Ramadhan dan sering dijadikan anggota masyarakat sebagai sarana membangunkan orang untuk sahur
“Ritual membangunkan sahur identik dengan masyarakat Kalsel dan dilombakan dalam festival yang diharapkan dapat lebih menggugah masyarakat untuk melestarikan salah satu budaya daerah,” ujarnya.
Festival kali mi berbeda dibanding tahun lain di mana acara diawali buka puasa bersama dengan peserta festival yang dipusatkan di gedung Bina Satria Banjarbaru. Seusai buka puasa bersama dilanjutkan shalat Maghrib, Isya, serta tarawih berjamaah diteruskan pembukaan festival yang dipusatkan di lapangan Murdjadi depan Balai Kota Banjarbaru. ed: subroto
Sumber : republika
“Festival diisi dengan kegiatan bernuansa Islami sehingga cukup tepat dilakukan sebagai salah satu cara menyemarakkan bulan Ramadhan,” ujar wali kota di Banjarbaru, seperti dikutip Antara, Kamis (18/8).
ia mengatakan, kegiatan tahunan - yang dilaksanakan Ahad (2 1/8) malam bertepatan 21 Ramadhan 1432 Hijriah itu juga diharapkan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat Banjarbaru maupun Kalimantan Selatan (Kalsel) umumnya. Menurut dia, setiap peserta tanglong (lampion) diminta menampilkan kreativitas terbaik seperti miniatur masjid, Ka’bah, bulan sabit, unta, dan kaligrafi tetapi tidak diperbolehkan menampilkan figur rasul atau nabi.
“Nuansa Islami muncul karena kreativitas yang ditampilkan menggambarkan miniatur bangunan tempat ibadah maupun benda lain ciptaan Allah yang mencirikan budaya Islam,” ungkapnya.
Sementara, “bagarakan” (membangunkan) sahur juga kental dengan suasana bulan Ramadhan dan sering dijadikan anggota masyarakat sebagai sarana membangunkan orang untuk sahur
“Ritual membangunkan sahur identik dengan masyarakat Kalsel dan dilombakan dalam festival yang diharapkan dapat lebih menggugah masyarakat untuk melestarikan salah satu budaya daerah,” ujarnya.
Festival kali mi berbeda dibanding tahun lain di mana acara diawali buka puasa bersama dengan peserta festival yang dipusatkan di gedung Bina Satria Banjarbaru. Seusai buka puasa bersama dilanjutkan shalat Maghrib, Isya, serta tarawih berjamaah diteruskan pembukaan festival yang dipusatkan di lapangan Murdjadi depan Balai Kota Banjarbaru. ed: subroto
Sumber : republika