Foto-Foto Korban Wedus Gembel Merapi, Yang Tewas dan Selamat

hktoyshop

New member
Bencana letusan gunung Merapi tidaklah datang tiba-tiba melainkan sedah bisa di prediksi beberapa waktu sebelumnya berdasarkan pengamatan aktivitas vulkanologi yang dilakukan para ahli, namun kenapa masih banyak korban yang berjatuhan? Salah siapa? Sepertinya seringnya bencana yang melanda negeri ini tidak cukum membuat kita lebih banyak mengambil pelajaran dan hikmah dari semuanya agar kita jadikan pedoman dimasa datang lebih arif dan cerdas dalam menangani serta menghadapi bencana.

54743f57.jpg


Korban yang berhasil selamat dari terjangan awan panas wedus gembel
merapivictims.jpg
Sistem manajemen penanganan bencana kita masih belum bisa diandalkan, selain hanya berkutat mengurusi teknisnya saja, antisipasi penanganan bencana mestinya juga menyentuh pola pikir dan budaya masyarakat setempat yang seringkali justru malah kontraproduktif terhadap penanganan dan penyelamatan masayarakat agar tidak menjadi korban.

e352337f.jpg
Seorang korban wanita di evakuasi oleh relawan

Sebanyak 64 warga Dusun Bronggan, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, menjadi korban tewas awan panas Gunung Merapi. Lokasi mereka berada di dalam radius bahaya 20 kilometer. Lokasi dusun ini sekitar 16 sampai 18 kilometer. Mengapa warga yang berasal dari satu kampung itu bisa tewas tersapu ‘wedhus gembel’? Adalah Sri Sucirathasari (18), salah seorang korban yang selamat, memberikan pengakuan kepada media asing Associated Press, 5 November 2010.

2154ba45.jpg
Korban yang berhasil selamat dari terjangan awan panas wedus gembel

Kejadian pada Jumat 5 November 2010 dini hari itu hampir bersamaan dengan dikeluarkannya imbauan perluasan zona bahaya Merapi dari 15 menjadi 20 kilometer. Tetapi, imbauan zona bahaya yang diperluas itu tidak sampai ke telinga keluarga Sri Sucirathasari. Sri mengaku, pada Kamis jelang tengah malam itu tidak ada imbauan apapun yang diterima keluarganya. Mereka tidak diminta untuk pergi atau mengungsi.

b6f3ccf6.jpg
Seorang pengungsi yang selamat sedang mengalami masalah pernapasan karena abu vulkanik dibantu relawan

Mereka justru terbangun dalam gelap saat mendengar kuat gemuruh Gunung Merapi. Panik. Semua berupaya menyelamatkan diri dengan menggunakan sepeda motor. Kecepatan awan panas disebut-sebut mencapai sekitar 100 kilometer perjam. Sri tidak ikut dalam pelarian diri menggunakan sepeda motor. Mereka yang berada di atas motor adalah ibu kandungnya, ayah, dan adiknya Priska (12). Ketiganya naik motor bersama dan meninggalkan Sri lebih awal.

83752472.jpg
Evakuasi para penduduk yang masih tersisa

Malangnya, lampu motor yang ditumpangi ketiganya justru tertutup abu vulkanik yang menempel. Suasana menjadi gelap. Motor yang dikendarai sang ayah justru melaju ke arah yang keliru. Bukan menjauh dari wedhus gembel tapi justru sebaliknya. Suara teriakan sang ibu masih terngiang di telinga Sri. Saat mendengar teriakan itu, Sri menuju sumber suara. Sri keluar rumah menuju ke arah teriakan suara dan meninggalkan kakaknya di dalam. Sang kakak tewas di dalam rumah yang terbakar dilalap api. Sedangkan Sri tidak disebutkan seberapa parah luka yang dideritanya.

3b6f1777.jpg
Para pengungsi dievakuasi

“Tidak ada tanda-tanda untuk mengevakuasi kami,” kata Sri yang pandangannya kosong menatap Priska yang mengalami luka bakar serius di leher dan wajah. Ibu mereka masih hilang. Sang ayah yang dirawat di bangsal lain mengalami luka bakar parah. Associated Press menyebut total korban tewas 122 orang. Media-media di Indonesia menulis 109 total korban tewas.

4309840e.jpg
Korban yang meninggal akibat wedus gembel

26299e37.jpg
Korban tewas kerkena awan panas karena tak sempat menyelamatkan diri

496530a4.jpg
Situasi desa setelah terkena awan panas

1-2.jpg
Sebuah perkuburan yang permukaannya ditutupi abu vulkanik

Korba_Merapi5112010b.jpg
Apakah ini kesalahan pejabat berwenang? “Saya tidak tahu harus berkata apa,” jawab Sri. “Saya harus marah kepada siapa? Hanya sedih dan sakit hati.”


SUMBER : KLIK
 
Last edited by a moderator:
Wuih gile keren banget ya hasil fotonya, tapi sedih banget liat mereka, mau nangis beneran aku g bisa bayangin kalo aku ada di posisi mereka
 
Menunjuk yang bersalah adalah paling mudah
masyarakat lereng merapi itu memiliki culture yang sangat UNIX....
Pemaksaan kepada masyarakat untuk mengungsi ????? salah..........
Masyarakat tidak dipaksa mengungsi ????? salah juga,,,,,
apalagi sampai bergelimang kurban.......

Pepatah berkata :
adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung.
masing-2 daerah memiliki cara tersendiri, guna menyelesaiakan masalah dengan lingkungan alamnya.

Malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih.....
Bukan merupakan pengingkaran, Teknologi, MANAJEMEN atau apapun namanya
tetapi Tuhan pencipta semesta berkehendak lain.........
HUKUM alam adalah sebaik baik hukum...............
 
Menunjuk yang bersalah adalah paling mudah
masyarakat lereng merapi itu memiliki culture yang sangat UNIX....
Pemaksaan kepada masyarakat untuk mengungsi ????? salah..........
Masyarakat tidak dipaksa mengungsi ????? salah juga,,,,,
apalagi sampai bergelimang kurban.......

Pepatah berkata :
adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung.
masing-2 daerah memiliki cara tersendiri, guna menyelesaiakan masalah dengan lingkungan alamnya.

Malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih.....
Bukan merupakan pengingkaran, Teknologi, MANAJEMEN atau apapun namanya
tetapi Tuhan pencipta semesta berkehendak lain.........
HUKUM alam adalah sebaik baik hukum...............

thanks den, komen anda sangant detail...[<:)
 
Ada yang udah meninjau atau dateng ke lokasi2 bencana? baik itu yang di sleman, klaten, boyolali atau magelang? Atau coba cari tau bagaimana sikap penduduk dalam radius bahaya ketika disuruh mengungsi.

Bukan sangsi terhadap isi berita di postingan pertama, tapi gw melihat dengan mata kepala sendiri selama 9 hari di sana, bagaimana sikap para pengungsi yang susah banget dilokalisasi. Ya walaupun nggak semerta-merta sikap mereka bisa disalahkan juga, karena bagi mereka kehilangan harta benda dan ternak terutama sapi adalah sama juga dengan mati.
 
Ada yang udah meninjau atau dateng ke lokasi2 bencana? baik itu yang di sleman, klaten, boyolali atau magelang? Atau coba cari tau bagaimana sikap penduduk dalam radius bahaya ketika disuruh mengungsi.

Bukan sangsi terhadap isi berita di postingan pertama, tapi gw melihat dengan mata kepala sendiri selama 9 hari di sana, bagaimana sikap para pengungsi yang susah banget dilokalisasi. Ya walaupun nggak semerta-merta sikap mereka bisa disalahkan juga, karena bagi mereka kehilangan harta benda dan ternak terutama sapi adalah sama juga dengan mati.

saya belom sist, emang u sudah sist...?
 
Back
Top