jainudin
New member
BANYUMAS — Harga bawang putih dan merah terus meroket di sejumlah daerah. Para pedagang di pasar-pasar tradisional Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), menjual seharga rp 70 ribu per kilogram (kg) untuk bawang putih dan rp 50 ribu per kg untuk bawang merah.
“itu untuk jenis bawang yang besar. Kalau yang kecil-kecil rp 60 ribu (per kg) untuk bawang putih dan rp 40 ribu (per kg) untuk bawang merah," jelas Yani, pedagang di Pasar Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Selasa (12/3).
Dalam sepekan terakhir, kenaikan sangat signifikan. Sebelumnya, harga bawang merah masih rp 24 ribu per kg dan bawang putih Rp 40 ribu per kg.
Kenaikan harga yang luar biasa ini, menurut dia, karena pasokan bawang merah maupun putih dan sentra penghasil bawang di Kabupaten Brebes sedang berkurang. Alasannya, hanya sedikit petani di Brebes yang pada musim penghuJan lalu membudidayakan lahannya dengan tanaman bawang. Mayoritas petani menanam padi.
Selain bawang merah dan bawang putih, harga beberapa jenis sayuran juga mengalami kenaikan. Tapi, kenaikan harga berbagai jenis sayuran ini disyukuri petani sayur di lereng utara Gunung Slamet, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jateng.
Sedangkan, harga bawang merah dan bawang putih di Kota Yogyakarta, Daerah istimewa Yogyakarta, naik namun belum tinggi.
Pantauan Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi, dan perta-. nian (Disperindagkoptan) harga bawang putih mencapai rp 38 ribu per kg dan harga bawang merah rp 28 ribu per kg.
“Kenaikan harga bawang sebenarnya sejak Februari lalu, tetapi masih meningkat hingga pekan ini,” ujar Kasie Pengawasan Perdagangan Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, Sri Harnani, Selasa (12/3).
Disperindagkoptan Kota Yogyakarta memantau rutin di lima pasar tradisional besar di Kota Yogyakarta, yaitu Pasar Beringharjo, Lempuyangan, Prawirotaman, Kotagede, dan Kranggan. Tim pemantau harga bertugas sepekan dua kali secara rutin.
Data Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga rata-rata bawang merah per 11 Maret 2013 sebesar rp 26.439 per kg. Harga pada Februari mencapai rp 22.589 per kg. Harga bawang merah tertinggi di ****** Lampung, yakni rp 50 ribu per kg dan terendah di Tanjung Pinang rp 18 ribu per kg.
Sementara, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) meminta pemerintah mengontrol masa panen bawang merah untuk mencegah gejolak harga. Ketua Umum KTNA Winarno Tohir mengatakan, selama ini panen bawang merah selalu terjadi serentak, sehingga kerap kali menurunkan harga di tingkat petani.
Turunnya harga saat panen serempak mengakibatkan petani enggan menanam bawang merah. Akibatnya, dampaknya terasa akhir-akhir ini. Harga bawang merah justru naik karena terjadi kelangkaan pasokan di pasáran.
Harga bawang merah di pasaran pada Maret ini cenderung mengalami kenaikan yang berlipat-lipat. Tapi, Winarno menyayangkan karena naiknya harga bawang merah ini tak banyak dinikmati petani.
“Dulu, kalau petani panen sering dibarengi masuknya bawang impor, harga turun. Sekarang, petani malas menanam, pasokannya jadi langka,” ujar Winarno.
Ia menuturkan, luasan lahan bawang merah di sentra-sentra produksi kini berkurang. Petani lebih memilih menanam padi karena menguntungkan.
Pemerintah disarankan memetakan daerah sentra produksi bawang merah. Harus diatur masa tanam dan masa panennya.
Untuk menjaga harga di tingkat petani dan tetap terjangkau konsumen, menurut Winarno, perlu ada pola baru untuk perdagangan bawang merah. Bawang merah dijual dalam bentuk olahan seperti pasta, agar lebih awet.
Sumber :Republika
“itu untuk jenis bawang yang besar. Kalau yang kecil-kecil rp 60 ribu (per kg) untuk bawang putih dan rp 40 ribu (per kg) untuk bawang merah," jelas Yani, pedagang di Pasar Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Selasa (12/3).
Dalam sepekan terakhir, kenaikan sangat signifikan. Sebelumnya, harga bawang merah masih rp 24 ribu per kg dan bawang putih Rp 40 ribu per kg.
Kenaikan harga yang luar biasa ini, menurut dia, karena pasokan bawang merah maupun putih dan sentra penghasil bawang di Kabupaten Brebes sedang berkurang. Alasannya, hanya sedikit petani di Brebes yang pada musim penghuJan lalu membudidayakan lahannya dengan tanaman bawang. Mayoritas petani menanam padi.
Selain bawang merah dan bawang putih, harga beberapa jenis sayuran juga mengalami kenaikan. Tapi, kenaikan harga berbagai jenis sayuran ini disyukuri petani sayur di lereng utara Gunung Slamet, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jateng.
Sedangkan, harga bawang merah dan bawang putih di Kota Yogyakarta, Daerah istimewa Yogyakarta, naik namun belum tinggi.
Pantauan Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi, dan perta-. nian (Disperindagkoptan) harga bawang putih mencapai rp 38 ribu per kg dan harga bawang merah rp 28 ribu per kg.
“Kenaikan harga bawang sebenarnya sejak Februari lalu, tetapi masih meningkat hingga pekan ini,” ujar Kasie Pengawasan Perdagangan Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, Sri Harnani, Selasa (12/3).
Disperindagkoptan Kota Yogyakarta memantau rutin di lima pasar tradisional besar di Kota Yogyakarta, yaitu Pasar Beringharjo, Lempuyangan, Prawirotaman, Kotagede, dan Kranggan. Tim pemantau harga bertugas sepekan dua kali secara rutin.
Data Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga rata-rata bawang merah per 11 Maret 2013 sebesar rp 26.439 per kg. Harga pada Februari mencapai rp 22.589 per kg. Harga bawang merah tertinggi di ****** Lampung, yakni rp 50 ribu per kg dan terendah di Tanjung Pinang rp 18 ribu per kg.
Sementara, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) meminta pemerintah mengontrol masa panen bawang merah untuk mencegah gejolak harga. Ketua Umum KTNA Winarno Tohir mengatakan, selama ini panen bawang merah selalu terjadi serentak, sehingga kerap kali menurunkan harga di tingkat petani.
Turunnya harga saat panen serempak mengakibatkan petani enggan menanam bawang merah. Akibatnya, dampaknya terasa akhir-akhir ini. Harga bawang merah justru naik karena terjadi kelangkaan pasokan di pasáran.
Harga bawang merah di pasaran pada Maret ini cenderung mengalami kenaikan yang berlipat-lipat. Tapi, Winarno menyayangkan karena naiknya harga bawang merah ini tak banyak dinikmati petani.
“Dulu, kalau petani panen sering dibarengi masuknya bawang impor, harga turun. Sekarang, petani malas menanam, pasokannya jadi langka,” ujar Winarno.
Ia menuturkan, luasan lahan bawang merah di sentra-sentra produksi kini berkurang. Petani lebih memilih menanam padi karena menguntungkan.
Pemerintah disarankan memetakan daerah sentra produksi bawang merah. Harus diatur masa tanam dan masa panennya.
Untuk menjaga harga di tingkat petani dan tetap terjangkau konsumen, menurut Winarno, perlu ada pola baru untuk perdagangan bawang merah. Bawang merah dijual dalam bentuk olahan seperti pasta, agar lebih awet.
Sumber :Republika