Hatta Pemerintah Cermati Hot Money Teguh Firmansyah M IkhsanShiddieqy

Dewa

New member
JAKARTA — Ancaman krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) bisa berdampak pada masuknya aliran panas modal asing (hot money) ke dalam negeri. Derasnya hot money itu perlu dicermati sehingga tidak terlalu berdampak pada perekonomian dalam negeri.
Menurut Menko Pereko— nomian Hatta Rajasa, meskipun AS telah mengatasi sejumlah persoalan ekonomi dalam negerinya, penyelesaian itu belum bersifat fundamental atau mendasar sehingga arus uang akan keluar ke negara-negara yang sedang tumbuh, termasuk ke Indonesia,
Pemerintah, lanjut Hatta,
sangat mencermati persoalan ini karena pihaknya tidak ingin jika uang asing masuk membeli obligasi (surat utang) dalam negeri dan bersifat sesaat. “Kita harus mencermati, jangan sampai membebani kita. Mereka bell obligasi lalu sewaktu-waktu pergi,” jelasnya, Kamis (4/8).
Sebetulnya, ungkap Hatta, pemerintah telah mempunyai protokol bersama antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) untuk menyikapi derasnya hot money yang masuk. “Tetapi, tetap kita harus cermati aliran modal masuk ini.”
Besarnya aliran modal masuk, sejatinya merupakan potensi buat pembiayaan pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Untuk itu, kata Hatta, dibutuhkan kebijakan.
yang cukup tepat, termasuk wacana penerbitan obligasi infrastruktur.
“Sehingga aliran hot money ini bisa didorong masuk ke investasi jangka menengah dan panjang,” tambah Hatta.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, terungkap bahwa porsi kepemilikan asing sampai dengan 30 Juni 2011 mencapai Ep 234,99 triliun dan total Rp 691,03 triliun. Jumlah ini merupakan terbesar jika dibandingkan dengan investor lainnya.
Sementara itu, Hatta menilai pada dasarnya perekonomian Indonesia masih dalam kondisi baik. ini terlihat dari angka inflasi terus terjaga. Momentum yang
baik ini, menurut Hatta, merupakan kesempatan buat Indonesia meningkatkan kinerja ekonominya.
Ekonomi UGM Sri Adiningsih mengatakan, pertumbuhan ekonomi menjelang berakhirnya triwulan II 2011 ini diperkirakan tidak beranjak dan tniwulan sebelumnya sebesar 6,5 persen. “Tidak ada sesuatu yang istimewa terjadi di triwulan II,” kata Sri menegaskan.
Sri mengatakan, pertumbuhan ekononii kuartal II ini bisa terdorong oleh kenaikan harga komoditas dan ekspor. Hal itu yang menjadi penyebab produk domestik bruto (PDB) masih kuat walau pertumbuhannya masih lambat. Pertumbuhan ekonomi, juga masih ditopang oleh konsumsi. led: nidia zuraya

Sumber : republic
 
Back
Top