akhta
New member
Wildan Rabani dan Dina Bakti Pertiwi adalah peraih nilai tertinggi Ujian Nasional di Jawa Timur bidang IPA dan IPS.[<
Wildan adalah siswa SMAN 1 Gresik dan Dina berasal dari SMAN 1 Jember. Keduanya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Wawancara dengan stasiun televisi TV One diacara Apa Kabar Indonesia Pagi, terungkap bahwa ayah Wildan adalah pekerja serabutan yang menafkahi 3 orang anak yang masih dalam usia sekolah. Ibu Wildan sebagai ibu rumah tangga. Ayah Dina telah almarhum sedangkan ibunya bekerja sebagai pedagang makanan dengan 5 orang anak 3 diantaranya masih dalam usia sekolah.
Biaya kuliah yang tinggi dipastikan akan memupuskan harapan mereka. >:'( Sepertinya tidak ada tempat bagi anak-anak yang secara ekonomi orang tuanya tidak mampu untuk meneruskan sekolah di perguruan tinggi. Wildan yang berprestasi tidak mungkin mampu melanjutkan sekolah kedokteran seperti yang diimpikannya. Biaya kuliah di Fakultas Kedokteran yang mencapai ratusan juta sepertinya hanya diperuntukkan bagi anak pejabat dan pengusaha. Apakah mungkin anak seorang pekerja serabutan mampu membiayayai kuliah di kedokteran?
Salah satu penelpon Apa Kabar Indonesia Pagi mengkritik pemerintah yang tidak mampu mengurus anak-anak berprestasi. Tidak berlebihan jika kritik tersebut diarahkan pada pemerintah yang telah mengalokasikan 20% dana APBN untuk pendidikan yang mencapai 200 trilyun rupiah. Sudah sepatutnya mereka mendapatkan beasiswa atau ikatan dinas karena berprestasi dan menjadi aset bangsa.
Menurut informasi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Barito Timur, tahun ini pemerintah kabupaten telah menyediakan beasiswa pendidikan berupa ikatan dinas bagi 4 orang berprestasi.=b= Mereka akan dibiayayai pemda untuk mengambil kuliah jurusan Kedokteran Umum .
Informasi ini tentunya menepis anggapan bahwa pemerintah tidak peduli pada siswa berprestasi. Jika ada pertanyaan tentang apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Barito Timur terhadap siswa berprestasi, maka laporan ini akan menjadi acungan jempol=b= yang pantas diberikan pada pemda. Namun sayang, berita tentang adanya beasiswa dan ikatan dinas seolah hanya untuk beberapa kalangan saja. Berita ini tidak disebarluaskan atau ditawarkan pada siswa yang telah menunjukkan prestasi. Mereka tidak tahu menahu tentang kabar ikatan dinas tersebut. Setelah beberapa orang tua menanyakan tentang program ini, jawaban dari beberapa pegawai di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan PPKAD (Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) yang mengurus program ini mengatakan “isyu” yang muncul bahwa telah diisi oleh 3 orang kerabat dari pejabat pemkab sehingga hanya tersisa 1 orang saja.|
Tidak ada aturan pasti bahwa program ini hanya untuk siswa berprestasi.>:## Siapapun dapat mengisi formasi sehingga program ikatan dinas ini kental dengan nuansa KKN. Bisa juga program ini ditawarkan pada orang tertentu dengan imbalan uang. Anak-anak berprestasi seperti Wildan dan Dina harus tetap gigit jari menanti nasib baik saja.
Berita tentang kepastian program ikatan dinas sebaiknya ditanyakan langsung pada dinas terkait. Kami masyarakat Barito Timur hanya memohon agar program ini diperuntukkan bagi siswa-siswi berprestasi didaerah kami. Mereka berasal dari orang tua yang kurang mampu dan tidak mungkin menyekolahkan anak-anak mereka di Fakultas Kedokteran seperti cita-cita mereka. Inilah harapan penulis artikel.
Biaya kuliah yang tinggi dipastikan akan memupuskan harapan mereka. >:'( Sepertinya tidak ada tempat bagi anak-anak yang secara ekonomi orang tuanya tidak mampu untuk meneruskan sekolah di perguruan tinggi. Wildan yang berprestasi tidak mungkin mampu melanjutkan sekolah kedokteran seperti yang diimpikannya. Biaya kuliah di Fakultas Kedokteran yang mencapai ratusan juta sepertinya hanya diperuntukkan bagi anak pejabat dan pengusaha. Apakah mungkin anak seorang pekerja serabutan mampu membiayayai kuliah di kedokteran?
Salah satu penelpon Apa Kabar Indonesia Pagi mengkritik pemerintah yang tidak mampu mengurus anak-anak berprestasi. Tidak berlebihan jika kritik tersebut diarahkan pada pemerintah yang telah mengalokasikan 20% dana APBN untuk pendidikan yang mencapai 200 trilyun rupiah. Sudah sepatutnya mereka mendapatkan beasiswa atau ikatan dinas karena berprestasi dan menjadi aset bangsa.
Menurut informasi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Barito Timur, tahun ini pemerintah kabupaten telah menyediakan beasiswa pendidikan berupa ikatan dinas bagi 4 orang berprestasi.=b= Mereka akan dibiayayai pemda untuk mengambil kuliah jurusan Kedokteran Umum .
Informasi ini tentunya menepis anggapan bahwa pemerintah tidak peduli pada siswa berprestasi. Jika ada pertanyaan tentang apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Barito Timur terhadap siswa berprestasi, maka laporan ini akan menjadi acungan jempol=b= yang pantas diberikan pada pemda. Namun sayang, berita tentang adanya beasiswa dan ikatan dinas seolah hanya untuk beberapa kalangan saja. Berita ini tidak disebarluaskan atau ditawarkan pada siswa yang telah menunjukkan prestasi. Mereka tidak tahu menahu tentang kabar ikatan dinas tersebut. Setelah beberapa orang tua menanyakan tentang program ini, jawaban dari beberapa pegawai di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan PPKAD (Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) yang mengurus program ini mengatakan “isyu” yang muncul bahwa telah diisi oleh 3 orang kerabat dari pejabat pemkab sehingga hanya tersisa 1 orang saja.|
Tidak ada aturan pasti bahwa program ini hanya untuk siswa berprestasi.>:## Siapapun dapat mengisi formasi sehingga program ikatan dinas ini kental dengan nuansa KKN. Bisa juga program ini ditawarkan pada orang tertentu dengan imbalan uang. Anak-anak berprestasi seperti Wildan dan Dina harus tetap gigit jari menanti nasib baik saja.
Berita tentang kepastian program ikatan dinas sebaiknya ditanyakan langsung pada dinas terkait. Kami masyarakat Barito Timur hanya memohon agar program ini diperuntukkan bagi siswa-siswi berprestasi didaerah kami. Mereka berasal dari orang tua yang kurang mampu dan tidak mungkin menyekolahkan anak-anak mereka di Fakultas Kedokteran seperti cita-cita mereka. Inilah harapan penulis artikel.