Info Seputar Kota dan Daerah Anda Hari Ini

Status
Not open for further replies.
Syuting Bendera Sobek di Tunjungan, Lalin Macet

suarasurabaya.net| Penutupan Jalan Tunjungan yang menjadi lokasi syuting Film Bendera Sobek, Sabtu (30/7/2011), berdampak pada kemacetan lalulintas di sekitar kawasan.

AKP Harna Kaurbin Ops Satlantas Polrestabes Surabaya pada Suara Surabaya, Sabtu (30/7/2011), mengatakan, Jalan Tunjungan yang ditutup sejak pukul 08.04 WIB, menimbulkan kepadatan di sekitar Traffic Light (TL) Jalan Ngemplak ke Ambengan.

Sementara itu, diperkirakan titik puncak kepadatan akan terjadi mulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Sedangkan untuk kepadatan di akses masuk Tol Perak dan masuk Tol Margomulyo arah Perak akan koordinasi dengan PJR supaya nanti imbasnya tidak merambah sampai keluar tol.

Satu diantara jalan yang bisa diakses apabila ingin ke Pasar Genteng dapat melewati jalan ke Pasar Genteng di dekat Hotel Weta yang biasanya satu arah, kini dapat diakses 2 arah.

Namun jalan tersebut khusus untuk yang ingin ke Pasar Genteng karena di pertigaan yang ke arah Hotel Majapahit akan didirikan tenda besar oleh panitia dan sutradara film.

Untuk saat ini anggota kepolisian telah di-setting di simpul-simpul jalan. Apabila nanti ada peningkatan volume kendaraan akan diprioritaskan volume mana yang lebih tinggi dengan pola 2 -1. Misalnya, apabila di sekitar pasar yang padat, akan ditarik dulu dari arah pasar besar. (hsn/tin)

[/quote]




 
Tangerang selatan
30 Juli 2011 13:22 WIB

Jalan dari arah perempatan gaplek menuju terminal bus Lebak bulus ramai lancar, beberapa titik penyebab macet adalah pertigaan kampung utan, pertigaan rempoa dan fly over ciputat. Tidak terlihat ada peningkatan jumlah pedagang kaki lima disepanjang ruas fly over ciputat namun hiruk pikuk pasar bisa dikatakan padat karena tingginya daya beli masyarakat untuk mempersiapkan komsumsi diawal Ramadhan.
 
Yogyakarta
10 Agustus 2011

Kompor Lilin Hemat Energi, Temuan Baru Warga Yogyakarta

kompor%20lilin.jpg

Jika lazimnya istri Anda memasak dengan kompor gas atau minyak tanah. Siswanto (43), warga Tempel, Kabupaten Sleman, DIY mungkin adalah satu-satunya pria di Yogyakarta yang setiap harinya memasak menggunakan kompor lilin anti ledakan dan hemat energi.

Ide cemerlang penemuan kompor berbahan bakar lilin cair itu berawal keprihatinan banyaknya korban jiwa akibat meledaknya kompor gas sebagai imbas program konversi minyak tanah ke gas beberapa tahun lalu.

“Saya telah berupaya mensosialisasikan hal ini kepada pemerintah provinsi DIY yang terdiri 4 kabupaten dan 1 kotamadya sejak beberapa saat lalu. Namun baru Pemkab Gunungkidul yang sudah merespon. Tujuan program ini sekedar pengenalan teknologi sederhana, ramah lingkungan, hemat energi dan tepat guna karena bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari,” kata Siswanto menjelang acara presentasi penemuan kompor lilin di ruang rapat III Setda Gunungkidul, Selasa (9/8/2011).

Siswanto mengatakan, ide tersebut menambah jumlah penemuan kompor berbahan bakar alternatif yang sebelumnya sudah ada, yakni kompor minyak Jarak, kompor buah Nyamplung, serta kompor Batubara. Kompor lilin sendiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya anti meledak, ramah lingkungan, hemat energi, warna api biru setelah dinyalakan selama lima menit.

“Penggunaaan skala rumah untuk memasak pagi dan sore kompor berkapasitas 1,5 liter lilin cair itu mampu bertahan sekitar satu minggu. Jika bahan bakar habis, kompor dapat diisi ulang dengan membeli refill lilin cair Rp 3.000/0,5 liter yang kami produk. Sehingga kesimpulannya bahan bakar senilai Rp 9.000 bisa untuk satu minggu,” kata Siswanto pria lulusan Madrasah Aliyah Negeri tahun 1990 itu sebelum melakukan demonstrasi cara penggunaan kompor.

Ir. Budi Martono, M.si dalam tanggapannya menyatakan beberapa kelemahan penemuan kompor lilin yakni tombol pengontrol api yang kurang nyaman (mudah lepas), penyalaan api kompor dibutuhkan kesabaran karena tidak secepat menggunakan kompor gas, refill bahan bakar lilin kemasan literan masih sulit ditemukan di pasaran dan produk kompor yang masih terbatas.
“Ada baiknya beberapa kelemahan itu disempurnakan terlebih dulu, sebelum nanti dihakpatenkan,” saran Budi.
 
Informasi yang perlu bagi masyarakat sehingga selalu berhati-hati dalam perjalanan pergi atau pulang ke rumah.
 
SULTAN OPEN HOUSE DENGAN MASYARAKAT DIY 5 SEPTEMBER
Rabu, 24 Agustus 2011

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada hari Raya Idul Fitri 1432 H/ 2011 tahun ini kembali menggelar open house untuk memberi kesempatan kepada masyarakat DIY yang ingin bersilahturahmi, syawalan dan halal bi halal.


Lain dari kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, open house Sultan dengan masyarakat yang akan digelar di Pagelaran Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat pada hari Senin, 5 September 2011 mendatang, terasa istimewa karena pada hari dan tanggal tersebut bertepatan dengan Peringatan 66 tahun Amanat 5 September 1945 yang dikeluarkan Dwi Tunggal Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

“Open house kali ini sangat istimewa karena bertepatan dengan Peringatan 66 tahun Amanat 5 September 1945 yang dikeluarkan Dwi Tunggal Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Makanya open house digelar di Pagelaran Keraton,” kata Sekretaris Daerah Provinsi DIY Drs. Ichsanuri, di Kepatihan Yogyakarta, Senin (22/08).

Open house akan dimulai pukul 09.00 tepat dan berakhir pukul 11.00 WIB. Untuk itu masyarakat dipersilahkan datang ke Pagelaran Keraton dengan mempertimbangkan waktu yang telah disediakan tersebut. Panitia open house juga menyediakan berbagai jenis makanan tradisional untuk masyarakat yang hadir.

Sementara menurut rencana jadwal syawalan Sultan dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY dan jajaran Kadin DIY, akan dilaksanakan pada hari Selasa, 6 September 2011 pukul 19.00 WIB di Bangsal Kepatihan.

Sedang syawalan dengan Bupati beserta jajaran Pejabat Pemkab Kulonprogo pada hari Kamis, 8 Septeber 2011, pukul 10.00 WIB, di Gedung Kesenian Wates, Kulonprogo. Syawalan dengan Bupati dan jajaran Pejabat Pemkab Sleman akan berlangsung di Rumah Dinas Bupati, pada hari Selasa 20 September 2011, pukul 11.00 WIB. Selanjutnya syawalan Sultan dengan Bupati dan jajaran Pejabat Pemkab Bantul akan diselenggarakan di Pendopo Parasamya, pada hari Rabu, 21 September 2011, pukul 10.00 WIB. Adapun syawalan dengan Bupati dan jajaran Pejabat Pemkab Gunungkidul akan diselenggarakan di Pendopo Sewokoprojo, pada hari Senin, 26 September 2011, pukul 10.00 WIB. Sementara kegiatan Sultan syawalan dengan Walikota dan jajaran Pejabat Pemkot Yogyakarta, hingga berita ini diturunkan belum ada kepastian. (rsd)

wah sayang sekali tanggal 5 harus kembali merantau ke ibukota...
 
Hari ini tanggal 29 Agustus 2011, bertepatan dengan tanggal 29 Ramadhan atau malam takbiran.. seperti biasa pada kebudayaan orang Indonesia pada umumnya adalah berbelanja makanan dan baju lebaran. Membludaknya semangat masyarakat yang ingin tampil sempurna di Hari Raya menyebabkan sesaknya (hampir) semua pusat perbelanjaan seperti Mall dan pasar tradisional..

Hari tepat ini didepan ITC Matahari Mall BSD, Plaza BSD dan juga BSD Jungtion mengalami macet total, hal ini diperparah dengan maraknya pasar dadakan yang menjamur dipinggir-pinggir jalan raya, kondisi ini membuat laju lalu lintas semakin macet..

Di kawasan Tangerang selatan, di pasar Ciputat pun mengalami hal demikian. Pasar yang dikenal dengan kawasan segitiga emas ini mengalami peningkatan aktivitas luar biasa dari hari-hari sebelumnya. Harga-harga bahan pokok pun melunjak tinggi.. Untuk satu ikat kacang panjang berisi 15 helai dihargai Rp10.000, dan harga cabai juga meningkat dari bulan sebelumnya.

Mengopy tulisan dari Info BSD dan sekitarnya (disini) https://indonesiaindonesia.com/l/thread123-410/
 
wah sayang sekali tanggal 5 harus kembali merantau ke ibukota...

berikut beritanya
Djogja, 5 September 2011

Karnaval dan Syawalan Akbar Peringatan 66 Tahun Amanat 5 September
September 5th, 2011 | 16:50

Acara Syawalan Akbar (Open House) yang biasanya dilangsungkan di Kantor Gubenur DIY (Kepatihan), kali ini berbeda. Untuk pertama kali acara Syawalan Akbar masyarakat DIY dengan Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Raja Kadipaten Pura Pakualaman Sri Paduka Pakualam IX dilaksanakan di Pagelaran kraton Yogyakarta, Senin (5/9).

Berbarengan dengan Syawalan Akbar, juga diperingati “66 Tahun Amanat 5 September 1945” dengan menyelenggarakan Karnaval Golong Gilig Keistimewaan Yogyakarta. Karnaval dimulai dari kantor gubernur DIY diawali dengan barisan pembawa Bendera Merah Putih disusul barisan pembawa bendera Kraton Ngayogyakarto (HOBO), barisan pembawa bendera Pakualaman berjumlah 66 buah, tarian barongsai, tari Likuai dari NTT, Laskar Srikandi Mataram dari Suryoputran, serta jathilan anak.

Berbagai kalangan anggota masyarakat turut mengikuti karnaval “66 Tahun Amanat 5 September 1945” seperti barisan Anak berprestasi, Barisan Sabang-Merauke, Dimas-Diajeng se-DIY, Forum Pemuda Nusantara, Taruna Siaga Bencana DIY dll.

Sebagai simbol peringatan, 66 buah gunungan dibawa masing-masing empat orang menggunakan jodang. Satu buah gunungan yang dibawa delapan orang dipersembahkan untuk Sri Sultan Hamengkubuwuno X dan Sri Paduka Pakualam IX dan selebihnya dibagikan kepada masyarakat umum.

Usai karnaval, acara dilanjutkan dengan deklarasi amanat rakyat Yogyakarta yang dibacakan oleh Ketua DPRD DIY Youke Indra Agung yang didampingi kepala daerah se-DIY sekaligus penandatanganan deklarasi.
Bunyi deklarasi tersebut adalah dengan ini kami atas nama rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan ngarsa dalem sampeyan dalem ingkang sinuwun kangjeng sultan hamengkubuwono senapati ing nalaga, ngabdurrahman sayidin panatagama khalidatullah ingkang jumeneng ing ngayogyakarta hadiningrat sebagai Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta serta Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam Ingkang Jumeneng Ing Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk itu kepada beliau berdua diberi kekuasaan sepenuhnya memimpin rakyat daerah istimewa yogyakarta sebagai bagian dari negara kesatuan republik indonesia tanpa batas waktu masa jabatan mengemban amanah mewujudkan ketentraman, kemajuan, dan kesejahteraan rakyat daerah istimewa yogyakarta setara dengan harkat dan martabat bangsa indonesia lainnya bahkan sederajat dengan bangsa-bagsa lain di dunia bertanggungjawab langsung kepada presiden republik indonesia dan rakyat daerah istimewa yogyakarta, atas nama rakyat daerah istimewa yogyakarta.


Dalam sambutannya, Sri Sultan HB X mengatakan mengemban amanat masyarakat Yogyakarta adalah sesuatu yang harus dilakukan dan harus diemban oleh dirinya. Meskipun hal ini tergolong berat, namun sesuai kapasitas dan kemampuannya akan dilakukan sepenuhnya untuk masyarakat Yogyakarta.
“Ada satu hal yang saya ingin ungkapkan kepada seluruh masyarakat Yogyakarta untuk tidak lupa bahwa sejak bergabungnya Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak hanya perjuangan masyarakat Jogja, (tapi) pondasi ini (bergabungnya DIY ke RI) yang harus dijaga,” terang Sultan. (Jogjanews.com/Anam)
 
Betul ... Jogja panas sekali kalo siang ... Tapi kalo malem jadi dingin banget ya ...




-dipi-
 
bener tu mba dipi, dan air sumur nya itu lho, siang pun masih merasa anyes dan seger...kalau malam, duinginnya rek....
 
Yogyakarta,
7 September 2011

Pernikahan Agung: Jeng Reni Sudah Mulai Nervous
September 7th, 2011

Pernikahan Agung Kraton Yogyakarta antara putri bungsu Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara atau biasa disapa akrab Jeng Reni dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara (Ahmad Ubaidillah) Oktober mendatang akan mengundang sekitar 1500 orang untuk prosesi pernikahan pagi dan 1000 undangan untuk acara malam yang terdiri dari pejabat negara, keluarga, rekanan, dan duta besar.

Resepsi pernikahan akan berlangsung di Bangsal Kepatihan dan beberapa acara lainnya di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kedatangan keluarga pengantin laki-laki ke Kraton mengawali prosesi pernikahan pada 16 Oktober dan pada hari yang sama pengantin putri akan menjalani upacara langkahan. Reni melangkahi kakaknya Nurabra Juwita dan mengaku belum ada permintaan khusus dari kakaknya.

Sedangkan 17 Oktober nanti akan dilaksanakan siraman dilanjutkan dengan acara tantingan, yaitu pernyataan kesediaan dan kesiapan calon pengantin wanita untuk dipersunting oleh calon pengantin pria. Acara ini akan dilaksanakan sendiri secara langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Pada malam harinya dilaksanakan acara midoderani yang merupakan acara malam menjelang akad nikah.

Selanjutnya acara ijab kabul dilangsungkan 18 Oktober pagi di Masjid Panepan Kraton. Pengantin pria tidak didampingi mempelai perempuan dalam prosesi ini. Setelah acara ijab kabul dilanjutkan dengan acara Panggih yang mempertemukan pengantin pria dan pengantin perempuan.

Sore harinya dilaksanakan kirab pengantin dari Kraton menuju Kepatihan. Kedua mempelai rencananya akan menggunakan Kereta Jong Wayat diiringi empat kereta kraton serta barisan kuda. Resepsi di Bangsal Kepatihan akan dimulai jam tujuh malam.

Saat ditemui Jogjanews.com di sela-sela Open House Sultan di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Senin (5/9), Jeng Reni mengaku sudah mulai nervous dan gugup sehingga mengupayakan selalu berkomunikasi dan memastikan semua acara akan berjalan dengan lancar.

Jeng Reni akan mengenakan baju tradisional Jawa sesuai pakemnya dalam pernikahannya nanti. “Pakaian pakem di sini seperti dodotan, basahan, lalu ada baju-baju tradisional, kalau untuk yang pakai kebayanya seperti kartinian,” kata Reni.
Untuk acara ijab kabul Jeng Reni akan memakai basahan yang dililit pakaian pengantin Jawa, untuk kirab akan memakai beludru marun sedangkan resepsi di kepatihan memakai beludru hitam.

Jeng Reni saat ini masih melakukan perawatan dari Kraton seperti luluran badan, rambut dan lainnya. “Sekarang udah mulai perawatan khusus dan segala macam (perawatan) lainnya,” terangnya.

Ahmad Ubaidillah dan keluarga direncanakan datang dari Jakarta menuju Yogyakarta sekitar 10 hari atau dua minggu sebelum acara.

Setelah menikah Jeng Reni mengaku akan ikut tinggal di Jakarta mengikuti jejak suami dan bakal bolak balik ke Jogja. “Tapi saya punya tanggungjawab untuk di Jogja. Kita sudah berkomitmen bahwa bagaimanapun juga setiap bulan saya harus ada waktu untuk pulang ke Jogja,” tutur Jeng Reni yang kemungkinan 3-4 hari atau seminggu berada di Jogja setelah menikah.

“Tapi saya yakin saja karena dari awal saya sudah yakin (rencana setelah menikah akan berjalan lancar),” pungkasnya. (Jogjanews.com/Anam)
 
Masih berkaitan dengan Amanat 5 September

Sultan Hamengkubuwono X: Tiga Spirit Yang Harus Dijaga Masyarakat Yogyakarta
September 8th, 2011 | 02:00

Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan tidak ingin selamanya menjadi gubernur karena Sultan adalah manusia biasa yang semakin bertambah tua, kemampuannya juga makin menurun. Kalau tetap menjadi gubernur Sultan khawatir justru akan merugikan masyarakat.

Berikut beberapa petikan pidato Sultan usai pembacaan Amanat Rakyat DIY dalam acara Open House sekaligus peringatan 66 Tahun Amanat 5 September di Pagelaran Kraton, Senin (5/9).

Bagi saya amanat warga Yogya adalah sesuatu yang harus saya emban bersama Paku Alam. Ini sesuatu amanat yang sangat berat dan luar biasa. Namun bagaimana pun saya tetap manusia biasa. Kami berdua tau diri kapan harus maju kapan harus mundur. Karena makin tua kemampuan makin turun. Kalau terus bertahan saat kemampuan menurun, saya tidak mungkin bicara perubahan dan kemajuan lagi dan itu akan merugikan masyarakat Yogya
RUUK DIY belum bisa diselesaikan dengan baik oleh pemimpin bangsa. Meski peristiwa ini menggugaah kesadaran kita bersama, saya mohon kita semua sabar, melihat keadaan.

Bergabungnya Yogyakarta menjadi bagian Republik Indonesia tidak hanya menyangkut penetapan, perjuangan masyarakat Yogya dalam mempertahankan RI dan Yogya sebagai ibu kota RI. Melalui amanat 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX dan Pakualam VIII meletakkan pondasi yang menjadi jatidiri masyarakat Yogyakarta.

Dari amanat yang diperjuangkan nenek moyang kita ada tiga spirit yang harus dijaga semua masyarakat Yogyakarta yaitu pertama jiwa masyarakat Yogyakarta yaitu Merah Putih, kedua kepribadian masyarakat Yogyakarta adalah Pancasila dan ketiga raga masyarakat Yogyakarta adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Dari tiga spirit itu ada tiga kepentingan yang harus ditegakkan rasa ketuhanan, rasa kemanusiaan, dan rasa keadilan. Ini adalah prinsip dasar kehidupan.

Dalam membentuk RUUK dibutuhkan konsistensi sikap dari masyarakat yang makan dan minum di Yogyakarta, DPRD dan pemimpin daerah Yogyakarta.
Saya hanya ingin mengingatkan kepada para pemimpin bangsa yang membawa amanat rakyat dengan segala kerendahan hati marilah kita tingkatkan.

Jika hati sejernih air jangan biarkan ia keruh, jika hati seputih awan jangan biarkan ia digeluti peluh, dan jika hati seindah bulan jagalah ia dengan iman agar mereka yang merusak memperoleh hidayah. Kami mohon kebersamaan kita bersama.
(Jogjanews.com/Anam)
 
tumben-tumbennya kemarin sisi jalan pasar ciputat bersih dari pedagang, eeeeeh buju buneng tadi pagi acak-acakan lagi, sungguh aneh
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top