Bergaul adalah hal yang sangat perlu. Bergaul tidak boleh asal bergaul. Dalam bergaul seseorang perlu menimbang dan meilih hal baik dan buruk. Bergaul tidak hanya mendatangkan banyak teman tetapi juga akan mendatangkan banyak wawasan dan pelajaran. Pergaulan sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Bergaul bukan pula berhura-hura atau kesana-kemari, ngeceng dan keluyuran… Bergaul atau tidaknya seseorang dapat dilihat dari kesehariannya. Bergaul tentunya dalam konteks yan baik dan positif. Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu bergaul dan bersosialisasi hal itu akan dapat membantunya memperoleh informasi dan akan sangat membantunya dalam bersikap. Namun bagiamana jika seseorang jarang bergaul dan menjadi kuper??? Inilah dampaknya jika seseorang kurang pergaulan…
- Tidak memiliki banyak teman
Pergaulan seseorang perlu dilihat dari kegiatan dan situasinya. Keberhasilan sesorang didalam hidupnya semata-mata tidak ditentukan oleh kepandaian otaknya saja. Masih ada faktor lain yang penting, yaitu pergaulan sosial. Terkadang ada orang yang pandai tetapi tidak bisa membaur dan bergaul dengan orang lain. Namun ada orang yang biasa-biasa saja tapi mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Sedikit atau banyak teman itu bisa saja mempengaruhi kehidupan seseorang. Orang yang memiliki banyak teman mempunyai rasa percaya diri yang lebih tinggi daripada orang yang sedikit teman.
- Seringkali ketinggalan informasi
Bukan hanya televisi dan media sosial. Teman juga adalah sumber informasi. Namun jangan asal menerima informasi tanpa mengetahui kepastiannya juga. Semakin banyak informasi yang kamu dengar, itu akan menambah wawasan dan pelajaran hidupmu. Tapi ingat, tidak semua yang kita dengar dan lihat adalah baik, maka kamu harus pandai-pandai menyaringnya.
- Suka menduga-duga dan berprasangka negatif
Kurangya pengetahuan dan minimnya informasi akan membuat seseorang mudah sekali menduga-duga pada sesuatu yang hanya dilihat atau didengar saja. Tanpa mengetahui yang sebenarnya kemudian akan membuatnya berburuk sangka atas suatu hal. Meskipun hal itu tidak baik, namun sangat mungkin hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang sangat sulit untuk dihilangkan. Sifat menduga-duga dan berburuk sangka ini identik dengan orang yang bodoh.
Semakin sering termotivasi akan semakin maksimal kehidupan seseorang. Motivasi adalah proses akan menjelaskan arah dan ketekunan seseorang untuk mencapai tujuan. Seseorang yang kurang termotivasi akan sulit mengubah hidupnya. Motivasi bukan hanya dalam hal pekerjaan atau pendidikan saja tetapi juga dalam memperbaiki kepribadiannya. Akan sangat berbahaya jika seseorang tidak termotivasi untuk berkata dan berprilaku sopan nan santun. Bahaya tersebut akan berdampak kepada dirinya sendiri maupun orang lain….
- Sulit intropeksi diri dan mudah tersinggung
Seringkali manusia tidak menyadari kekeliruannya. Peran orang lain bagi kita yang ingin memperbaiki diri sangatlah perlu, sebab tak jarang orang lain lah yang mengingatkan ketika kita salah dan keliru agar kita segera memperbaiki. Jika kita hanya berdiri didepan cermin dan bertanya apa yang salah-apa yang salah,,? itu tidaklah cukup. Orang yang sulit intropeksi diri cenderung bersifat kekanak-kanakan. Secara berkala kita perlu intropeksi diri. Perlu ‘Bercermin’ Untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang ada didalam diri agar dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. pengalaman yang serupa tidaklah memberikan hasil yang sama dan selalu ada keterbatasan perbedaan sudut pandang. Intropeksi diri mampu membuat kita mengevaluasi kata-kata, sikap dan tindakan kita untuk menjadi lebih baik lagi. Intropeksi diri dimulai dari sikap rendah hati menyadari betapa kita tidak luput dari kekeliruan dan kesalahan. Orang yang sombong tidak akan mampu melakukan evaluasi diri karena selalu merasa paling benar. Akibatnya, tidak akan mengalami pertumbuhan pribadi semakin lama akan semakin buruk karena orang seperti itu akan selalu menyalahkan orang lain dan situasi. Misalnya, orang yang terbiasa hidup berantakan, akan seperti itu seterusnya. Proses intropeksi diri ini bukanlah hal yang menghakimi dan menyalahkan diri sendiri, tetapi lebih kepada kesadaran untuk memperbaiki diri sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.