Fenomena perbedaan hasil hitung cepat hasil Pilpres 2014 membingungkan publik. Perbedaan hasil dari lembaga-lembaga survei adalah fenomena penggiringan opini masyarakat.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman, kepada wartawan, Rabu (9/7/14).
“Sekarang masyarakat Indonesia tidak mempunyai referensi yang tepat. Masyarakat yang mengikuti Cyrus, CSIS, Litbang Kompas, maupun SMRC mengetahui bahwa mereka adalah pendukung Jokowi. Bukan tidak mungkin angka hitung cepat hasil Pilpres yang dirilis oleh mereka dibuat untuk menggiring opini ke kemenangan Jokowi,” terang Jajat.
Jajat lanjut menjelaskan, hal seperti ini pernah terjadi tahun 2004, ketika Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan kemenangan berdasarkan hasil hitung cepat, namun ternyata hasil akhirnya berbeda.