T-Rex
New member
Tersebutlah seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil, bernama Barshish. Dia seorang ahli ibadah besar, tinggal di dalam sebuah sinagog untuk menyembah Allah, tetapi ibadahnya lebih mendominasi ilmunya, padahal orang yang berilmu lebih ditakuti syaithan ketimbang seribu orang ahli ibadah.
Ada sebuah kisah yang patut kita ambil pelajarannya berkaitan dengan ayat,
"(bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, 'Kafirlah kamu'. Maka tatkala manusia telah kafir, ia berkata, 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam" (QS Al-Hasyr: 16)
Tersebutlah seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil, bernama Barshish. Dia seorang ahli ibadah besar, tinggal di dalam sebuah sinagog untuk menyembah Allah, tetapi ibadahnya lebih mendominasi ilmunya, padahal orang yang berilmu lebih ditakuti syaithan ketimbang seribu orang ahli ibadah.
Setelah dia menyembah Allah, bersujud kepadanya, dan banyak berdzikir menyebut nama Allah, Allah bermaksud menguji iman dan keyakinannya.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?"
(QS Al-Ankabut: 2)
Dia duduk di sinagognya, lalu datanglah kepadanya sejumlah lelaki dari kalangan mujahidin Bani Israil. Mereka berkata, "Hai Barshish, sesungguhnya kami bermaksud pergi jihad kepada Allah, sedangkan kami mempunyai seorang saudara perempuan, yang tinggal di rumah kami di sebelah sinagogmu. Dia tidak ada temannya sesudah Allah, kecuali hanya engkau. Oleh karena itu, kamu harus menjaganya sampai kami kembali dari jihad". Barshish menjawab, "Ini merupakan suatu kehormatan bagiku. Aku terima hal ini dengan senang hati".
Mereka pun berangkat berjihad di jalan Allah, dan Barshish tinggal di dalam sinagognya menyembah Allah. Selanjutnya, datanglah setan kepadanya dan berkata, "Hai Barshish! Sesungguhnya wanita ini berada dalam jaminanmu. Dia adalah wanita muda yang berada dalam perlindunganmu. Jika engkau biarkan, barangkali dia merasa kesepian. Sebaiknya engkau julurkan kepalamu setiap pagi hari, lalu engkau ucapkan salam kepadanya. Itu sama sekali tidak akan membahayakanmu, karena dia seorang wanita yang memakai hijab."
Barshish pun menerima saran setan, lalu dia mengulurkan kepalanya dan mengucapkan salam kepada wanita itu.
Setan datang lagi untuk kedua kalinya, lalu berkata, "Sebaiknya engkau tinggal di sebelah rumahnya, agar dia tidak didatangi lelaki lain atau ditakut-takuti oleh jin yang jahat." Barshish turun di sebelah rumah wanita itu tanpa melihatnya.
Setan datang untuk ketiga kalinya, lalu berkata, "Sesungguhnya dia adalah seorang gadis yang asing lagi kesepian. Keluarganya keluar untuk jihad, maka tiada seorangpun yang menghiburnya atau mengajaknya mengobrol." Barshish pun turun dan menghiburnya dan mengajaknya mengobrol, sedangkan gadis itu memakai hijab.
Setan datang untuk keempat kalinya, lalu berkata, "Engkau adalah orang yang alim, cerdas, lagi terpelihara oleh Allah, dan setan takut kepadamu. Maka mendekatlah kamu kepadanya, dan ciumlah dia" Akhirnya, Barshish terjerumus dalam perbuatan keji (zina), dan perempuan itu pun mengandung.
Setelah melihat wanita itu mengandung, setan berkata kepada Barshish, "Apabila saudara-saudara lelakinya datang, dan mereka melihat kemunkaran ini, dia akan menceritakan kepada mereka kejadian yang dialaminya denganmu. Dan orang-orang akan menuduhmu sebagai pelakunya, maka harga dirimu jatuh di mata mereka. Sebaiknya kami bunuh saja dia, karena hal ini lebih baik bagimu."
Akhirnya, Barshish menyembelihnya dan menggali kuburan di dalam rumah wanita itu, lalu mengebumikannya dalam kuburan tersebut.
Tidak lama kemudian, datanglah saudara-saudara lelaki wanita itu dari jihad, dan mereka bertanya, "Dimanakah saudara perempuan kami?" Barshish menangis dan menyesal. Dia mengeluarkan air mata buayanya secara pura-pura demi harga dirinya, lalu menjawab, "Dia sakit keras, lalu meninggal. Dia adalah seorang wanita yang zuhud lagi ahli ibadah. Aku kebumikan dia sesudah mendoakannya."
Mendengar berita itu, mereka menangisi kematian saudara perempuan mereka, dan percaya kepada berita Barshish. Mereka pun tidur malam itu.
Setan datang kepada saudara tertuanya, dan menceritakan kepadanya bahwa sebenarnya Barshish telah berbuat mesum dengannya, lalu membunuhnya. Setan lalu datang kepada saudara yang kedua, dan yang ketiga dalam mimpinya masing-masing, lalu menceritakan kepada keduanya sebagaimana yang telah ia ceritakan kepada saudara tertua mereka.
Keesokan harinya, mereka menceritakan mimpinya masing-masing, lalu mereka sepakat untuk membalas Barshish atas perbuatannya terhadap saudara perempuan mereka. Mereka berangkat dan membongkar kuburan yang telah ditunjukkan setan kepada mereka. Ternyata, mereka menjumpainya dalam keadaan telah hamil, dan mati karena dibunuh.
Setan pun datang dan berkata, "Hai Barshish, tiada yang dapat menyelamatkanmu, kecuali jika kamu mau bersujud kepadamu sekali agar aku bisa melindungimu." Akhirnya, Barshish kafir kepada Allah dan mau sujud kepada setan dengan sekali sujud.
Selanjutnya mereka membunuh Barshish dan menyalibnya.
(Diriwayatkan oleh Imam Thobari dalam kitab tafsirnya, Abu Na'im dalam kitab Hilyah-nya, dan Al-Hakim. Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Ada sebuah kisah yang patut kita ambil pelajarannya berkaitan dengan ayat,
"(bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, 'Kafirlah kamu'. Maka tatkala manusia telah kafir, ia berkata, 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam" (QS Al-Hasyr: 16)
Tersebutlah seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil, bernama Barshish. Dia seorang ahli ibadah besar, tinggal di dalam sebuah sinagog untuk menyembah Allah, tetapi ibadahnya lebih mendominasi ilmunya, padahal orang yang berilmu lebih ditakuti syaithan ketimbang seribu orang ahli ibadah.
Setelah dia menyembah Allah, bersujud kepadanya, dan banyak berdzikir menyebut nama Allah, Allah bermaksud menguji iman dan keyakinannya.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?"
(QS Al-Ankabut: 2)
Dia duduk di sinagognya, lalu datanglah kepadanya sejumlah lelaki dari kalangan mujahidin Bani Israil. Mereka berkata, "Hai Barshish, sesungguhnya kami bermaksud pergi jihad kepada Allah, sedangkan kami mempunyai seorang saudara perempuan, yang tinggal di rumah kami di sebelah sinagogmu. Dia tidak ada temannya sesudah Allah, kecuali hanya engkau. Oleh karena itu, kamu harus menjaganya sampai kami kembali dari jihad". Barshish menjawab, "Ini merupakan suatu kehormatan bagiku. Aku terima hal ini dengan senang hati".
Mereka pun berangkat berjihad di jalan Allah, dan Barshish tinggal di dalam sinagognya menyembah Allah. Selanjutnya, datanglah setan kepadanya dan berkata, "Hai Barshish! Sesungguhnya wanita ini berada dalam jaminanmu. Dia adalah wanita muda yang berada dalam perlindunganmu. Jika engkau biarkan, barangkali dia merasa kesepian. Sebaiknya engkau julurkan kepalamu setiap pagi hari, lalu engkau ucapkan salam kepadanya. Itu sama sekali tidak akan membahayakanmu, karena dia seorang wanita yang memakai hijab."
Barshish pun menerima saran setan, lalu dia mengulurkan kepalanya dan mengucapkan salam kepada wanita itu.
Setan datang lagi untuk kedua kalinya, lalu berkata, "Sebaiknya engkau tinggal di sebelah rumahnya, agar dia tidak didatangi lelaki lain atau ditakut-takuti oleh jin yang jahat." Barshish turun di sebelah rumah wanita itu tanpa melihatnya.
Setan datang untuk ketiga kalinya, lalu berkata, "Sesungguhnya dia adalah seorang gadis yang asing lagi kesepian. Keluarganya keluar untuk jihad, maka tiada seorangpun yang menghiburnya atau mengajaknya mengobrol." Barshish pun turun dan menghiburnya dan mengajaknya mengobrol, sedangkan gadis itu memakai hijab.
Setan datang untuk keempat kalinya, lalu berkata, "Engkau adalah orang yang alim, cerdas, lagi terpelihara oleh Allah, dan setan takut kepadamu. Maka mendekatlah kamu kepadanya, dan ciumlah dia" Akhirnya, Barshish terjerumus dalam perbuatan keji (zina), dan perempuan itu pun mengandung.
Setelah melihat wanita itu mengandung, setan berkata kepada Barshish, "Apabila saudara-saudara lelakinya datang, dan mereka melihat kemunkaran ini, dia akan menceritakan kepada mereka kejadian yang dialaminya denganmu. Dan orang-orang akan menuduhmu sebagai pelakunya, maka harga dirimu jatuh di mata mereka. Sebaiknya kami bunuh saja dia, karena hal ini lebih baik bagimu."
Akhirnya, Barshish menyembelihnya dan menggali kuburan di dalam rumah wanita itu, lalu mengebumikannya dalam kuburan tersebut.
Tidak lama kemudian, datanglah saudara-saudara lelaki wanita itu dari jihad, dan mereka bertanya, "Dimanakah saudara perempuan kami?" Barshish menangis dan menyesal. Dia mengeluarkan air mata buayanya secara pura-pura demi harga dirinya, lalu menjawab, "Dia sakit keras, lalu meninggal. Dia adalah seorang wanita yang zuhud lagi ahli ibadah. Aku kebumikan dia sesudah mendoakannya."
Mendengar berita itu, mereka menangisi kematian saudara perempuan mereka, dan percaya kepada berita Barshish. Mereka pun tidur malam itu.
Setan datang kepada saudara tertuanya, dan menceritakan kepadanya bahwa sebenarnya Barshish telah berbuat mesum dengannya, lalu membunuhnya. Setan lalu datang kepada saudara yang kedua, dan yang ketiga dalam mimpinya masing-masing, lalu menceritakan kepada keduanya sebagaimana yang telah ia ceritakan kepada saudara tertua mereka.
Keesokan harinya, mereka menceritakan mimpinya masing-masing, lalu mereka sepakat untuk membalas Barshish atas perbuatannya terhadap saudara perempuan mereka. Mereka berangkat dan membongkar kuburan yang telah ditunjukkan setan kepada mereka. Ternyata, mereka menjumpainya dalam keadaan telah hamil, dan mati karena dibunuh.
Setan pun datang dan berkata, "Hai Barshish, tiada yang dapat menyelamatkanmu, kecuali jika kamu mau bersujud kepadamu sekali agar aku bisa melindungimu." Akhirnya, Barshish kafir kepada Allah dan mau sujud kepada setan dengan sekali sujud.
Selanjutnya mereka membunuh Barshish dan menyalibnya.
(Diriwayatkan oleh Imam Thobari dalam kitab tafsirnya, Abu Na'im dalam kitab Hilyah-nya, dan Al-Hakim. Lihat Tafsir Ibnu Katsir).