Bls: Kasih Sayang Ikang Fawzi pada Isabella Fawzi via Musik
Hidup Tentram Bersama Allah
Lama tidak muncul, dan telah lama pula artis nan cantik ini dirindukan masyarakat Indonesia. Maklum, ia adalah publik figur yang nama dan wajahnya sudah akrab bagi masyarakat di era 80-90an sebagai bintang film. Dan, setelah mundur dari dunia perfilman namanya seolah tenggelam seiring dengan “hilang”-nya keindahan rambut Marissa Haque yang panjang terurai itu, karena ia kemudian istiqomah memakai jilbab. Seolah ia memang benar-benar hijrah dari gemerlapnya dunia artis pada kehidupan yang sangat religius, yaitu lebih banyak bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt bahkan mengikuti tarekat Naqsabandiyah-Saziliyah.
Icha panggilan akrab Marissa Haque mengaku semua itu sebagai proses kehidupan, di mana dalam proses tersebut ia merasa mendapat petunjuk dari Allah swt untuk meniti di jalanNya. Sebuah titian yang memang dijalaninya sampai sekarang. Sehingga namanya memang tidak muncul dalam dunia perfilman. Tapi, yang pasti ia masih menjadi orang film, karena sejak 17 Mei 2001 silam ia terbang ke negeri Paman Sam Amerika Serikat untuk kuliah seni film di Ohio University AS. Sejak November 2003 sampai akhir 2004 ia berada di Indonesia. Katanya pada Sufi, awal Desember 2003 lalu, pada akhir 2004 mendatang kuliah masternya di Ohio University itu akan diselesaikan.
Marissa Haque lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962. Nama lengkapnya adalah Marissa Grace Haque, ayahnya Allen Haque berdarah Belanda-Perancis dan beragama Katolik, sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Sumenep Madura Jawa Timur dan beragama Islam. Sementara kakeknya berasal dari India dan beragama Islam, dan neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Menikah dengan Rocker Ikang Fawzi pada 12 April 1987.
Jubah putih
Puncak kehidupan spiritual Marissa terjadi pada tahun 1993 dan saat itu ia bersama Ikang Fawzi berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebagaimana pengalaman ajaib dan misterius dalam berhaji, Marissa juga membuktikan hal itu. Sepanjang proses ibadah haji tersebut ia merasa ada keagungan Allah swt yang membimbing dirinya dan seluruh jamaah haji yang berjubah serba putih untuk berlomba-lomba menuju pada keagunganNya.
Satu Keagungan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan keberkahan hidup yang damai, sejahtera lahir dan batin bagi seluruh umat manusia. Bahwa tiada kehidupan yang damai dan tentram di dunia ini kecuali harus mengikuti jalan kehidupan yang diberikan oleh Rasulullah Muhammad Saw dan para ulama sebagai pewaris risalah para nabi (warosatul anbiya’). Sejak peringatan Allah swt dan RasulNya tersebut sepulang dari haji Marissa terus berusaha dan mencoba istiqomah beribadah dengan berjilbab dan belajar agama. Dan kerinduannya terhadap keagungan Allah swt dan Rasulullah Saw itu kembali diwujudkan melalui ibadah haji pada tahun 1994.
Ia yakin akan pertolongan Allah swt dan syafaat Rasulullah saw, bahwa dengan mengikuti ajaran agama seseorang akan dijamin kehidupannya lebih baik, aman dan tentram. Seperti dijanjikan Allah swt dalam Al-Quran, al-An’am:153:”Wa-anna hazaa shirothi mustaqiman fattabi’u-hu walaa tattabi’ussubula fatafarraqa bikum ‘an sabiilihi zaalikum wasshookum bihi la’allakum tattaquun----Dan bahwa yang (kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
Dengan begitu menurut Marissa kehidupannya akan lebih aman, tentram, damai dan jauh dari godaan syetan. “Dengan berjilbab dan mentaati ajaran agama saya selalu merasa lebih dekat kepada Allah swt, lebih aman dan terhindar dari pelecehan seksual maupun diskriminasi gender (perbedaan jenis kelamin). Untuk itu, saya ingin mengabdi kepada agama melalui pendidikan, ilmu seni dan budaya yang saya miliki. Tidak lebih dari itu. Dan di mana pun pengabdian itu ingin saya wujudkan,”tuturnya penuh harapan.
Sedangkan dalam kehidupan keluarganya Marissa berharap menjadi keluarga yang sakinah, penuh ramat, setia kepada suami, seperti indahnya keluarga Nabi Muhammad Saw. Termasuk dalam hal berjilbab. Karena Allah swt sudah menganjurkan dalam Al-Quran al-Ahdzab, 59:”Ya-ayyuhannabiyyu qul liadzwajika wabanatika wanisaa-il mukminina yudniina ‘alaihinna min jalaa biibihinna, dzalika adnaa an-yu’rofna falaa yu’zaina wakaanalloohu ghofuuron rohiima---Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal karena itu tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
Menangis melihat muallaf
Hidup di negeri orang memang tidak senyaman di negeri sendiri. Tapi, kalau ternyata orang asing dalam beragama lebih baik dibanding di negeri sendiri yang mayoritas beragama Islam ini tentu akan memberikan gambaran lain tentang kehidupan beragama, apalagi di negeri liberal-bebas semacam Amerika Serikat. Marissa Haque sudah tiga tahun (2001-2003) tinggal di negeria bule itu. Dan selama itu pula ia menyaksikan langsung bagaimana kehidupan beragama di sana.
Suatu waktu ketika melihat demikian besarnya komitmen orang-orang Bosnia, Afrika, Amerika Latin dan lain-lain dalam menjalankan ajaran agama Muhammad Saw, mereka sebagai muallaf (baru memeluk agama Islam) kata Marissa, tampak lebih sabar, bergairah, tekun, dan tenang.
Mereka tidak lagi melihat Gorge Walker Bush sebagai syetan Amerika. “Saya menangis menyaksikan para muallaf yang sebagian besar adalah mahasiswa dan mahasiswi tersebut ikhlas dan tekun beragamanya lebih baik dibanding kaum muslim Indonesia,”katanya dengan haru.
Karena itu ia merasa lebih aman, nyaman dan bangga dengan jilbab yang terus dipakai di Amerika. Walau sejak 9 September 2001 itu Amerika terus mendorong kebijakan barunya untuk memerasi terorisme internasional. Kata Marissa,”Sejak itu saya sebagai muslimah tentu khawatir akan kebijakan Gorge Walker Bush yang secara terus-menerus melihat Islam sebagai teroris. Tapi karena saya lebih mencintai Allah Swt dan Rasulullah Saw, maka kekhawatiran saya itu berlalu begitu saja.”
Hanya saja, karena peraturan kuliah yang tidak mengharuskan berjilbab, Marissa Haque terpaksa selama kuliah di The Ohio University tersebut tidak memakai jilbab. Namun, di luar kampus itu Marissa bersama teman-teman lainnya yang seagama tetap dengan tenang berjilbab berikut menjalankan perintah agama sebagaimana di Indonesia. Teman-teman lain yang non muslim pun katanya,”Tidak peduli dengan kita yang taat beragama, karena mereka menganggap bahwa beragama itu sebagai hak asasi manusia yang tidak boleh diganggu oleh siapapun. Sebagaimana juga Islam, yang menegaskan bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku—lakum diinukum waliyadiin.”