Kini Toko Bahan Makanan Tanpa Layanan Manusia Diuji Coba di Shanghai

spirit

Mod
d87a47fa-3da5-482e-9619-b6a3253f47b8.jpg

Interior Moby Mart yang Baru Diuji Coba di Shanghai (Foto: Wheelys)​

Datang ke mini market biasanya sudah ada staf yang melayani. Namun sebuah toko di China mengubah cara berbelanja orang. Semua harus dilakukan sendiri oleh konsumen.

Konsep self-driving grocery store diuji coba (beta testing) kepada pengguna di Shanghai. Mengusung nama Moby Mart, toko ini akan buka 24 jam 7 hari tanpa ada staf manuasia yang menungguinya, lapor Shanghaiist (15/6).

Moby Mart dibuat oleh startup Swedia, Wheelys, bersama perusahaan ritel Himalafy dan Hefei University. Toko bisa bergerak dan berjalan sendiri dengan memanfaatkan tenaga surya. Tujuannya membuat belanja kebutuhan sehari-hari jadi lebih ramah lingkungan, mudah diakses dan lebih murah untuk dioperasikan.

66790529-b9f4-4c29-a8c2-ce233dceb526.png

Moby Mart Dilengkapi Teknologi Tenaga Surya sehingga Bisa Bergerak Sendiri (Foto: Wheelys)​

Konsumen yang ingin belanja di sana perlu mengunduh sebuah app. Nantinya toko bisa dibuka dengan telepon genggam berisi app itu. Barang yang ingin dibeli bisa dipindai sendiri memakai app. Ketika selesai, nantinya akun di app Anda akan dikenai biaya sesuai total belanja. Sehingga tidak perlu membawa uang ke sini.

App tersebut juga memudahkan konsumen mencari Moby terdekat di suatu area. Sementara itu, teknologi AI (Artificial Intelligence) canggih membuat tiap toko tahu kapan harus menyetok ulang barang yang habis.

Teknologi Moby mengeliminasi beberapa biaya dan masalah yang muncul dari toko bahan makanan biasa. Contohnya saja konsumen tidak perlu mengantre dan toko tidak perlu mempekerjakan kasir atau manajer. Jika konsumen punya pertanyaan, sebuah "hologram penyambut" AI ada untuk membantu.

82725ce9-bdf9-4c8a-8fc1-0687856e45ad.jpg

Hologram Penyambut di Moby Mart yang Siap Membantu Konsumen (Foto: Wheelys)​

Meniadakan pekerja mungkin buruk bagi tingkat pengangguran. Tapi pencipta Moby menekankan bahwa teknologi seperti ini membantu semua orang.

"Biaya terbesar memiliki toko ada tempat untuk menyewanya di tengah kota – ini sangatlah mahal – dan kemudian (mempekerjakan) staf sangatlah mahal, dan kami meniadakan keduanya pada waktu bersamaan," ujar salah satu pendiri Wheelys, Tomas Mazetti.

Mazetti mengatakan pada Fast Company kalau ia berharap Moby bisa membantu daerah pedesaan menghadapi masa sulit dan akses buruk terhadap bahan makanan.

"Saya tumbuh di pedesaan Swedia Utara. Toko terakhir tutup di sana pada suatu waktu di 1980an dan setelahnya, semua orang pergi ke kota, tapi butuh waktu satu jam. Sedikit bagian dari desapun mati. Sekarang, tiba-tiba, di tempat seperti itu, penduduk desa bisa bergabung dan membeli salah satu toko ini. Jika desanya terlalu kecil, (toko) bisa digerakkan ke desa berbeda," jelas Mazetti.

7d01503e-2528-498a-be51-0618e5e394d9.jpg

Konsumen Sedang Mencoba Belanja di Moby Mart (Foto: Wheelys)​

Meski Shanghai benar-benar kebalikan dari desa, tapi begitu mahal menyewa gedung dan membuka toko bahan makanan di sini. Toko Moby yang terjangkau dan portable dapat mempermudah orang biasa memulai bisnis.

Moby yang sudah berjalan di Shanghai masih perlu melewati jalan panjang sebelum akhirnya benar-benar berkembang dan siap dijual. Karena aturan kendaraan yang berjalan sendiri (tanpa kemudi) dilarang di China, Moby hanya bisa dioperasikan oleh supir manusia atau remote control.

5eb7d9fe-dccf-4bc1-8ccf-d3befc4a9ccb.jpg

Moby Mart dibuat oleh Startup Swedia, Wheelys (Foto: Wheelys)​

Ini bukan kreasi inovatif pertama oleh Wheelys. Pada tahun 2015, mereka sempat meluncurkan portable coffee stand di sepeda yang mana orang bisa belu dan mengoperasikannya seharga $2.999 (Rp 39, 8 juta).

"Kami memikirkan bagaimana membuat belanja lebih inovatif, efektif dan murah bagi orang untuk memulai sebuah kafe atau ritel secara umum," ujar pendiri sekaligus CEO Wheelys, Maria De La Croix, kepada Techcrunch.



sumber
 
Last edited:
Back
Top