Konflik Lawan Van Basten, Van Gaal Out

Adamsuhada

New member
Awalnya Louis Van Gaal mengkritik Marco van Basten. Lalu Van Basten membalas. Frank Rijkaard dan Ronald Koeman ikut turun gelanggang membantu Van Basten. Van Gaal terpental.

Pelatih yang pernah disembah sebagai Don Louis saat menguasai Barcelona itu kalah dalam perangnya melawan Van Basten, satria legenda yang tiada pernah mati seperti rakyat Italia menjunjungnya tinggi-tinggi sewaktu berjaya bersama AC Milan.

Drama dunia pelatih sepakbola Belanda ini dimulai dengan kritik Don Louis terhadap 'San' Marco. "Dia bukan pelatih yang baik. Sebab dia tidak membiarkan pemain-pemainnya bersepakbola sebagaimana yang dia inginkan." Begitulah pedang pertama yang dihunuskan Don Louis ke arah San Marco, menjelang Natal tahun lalu.

Menurut Don Louis, di tangan San Marco singa-singa Oranje kurang ganas menyerang. Materi yang dipilih juga tidak mendukung konsep bertarung seperti diinginkan. "Aplikasi di lapangan di bawah dia selama ini belum pernah ada yang baik, kecuali pada satu pertandingan," serang Don Louis, yang kini bermarkas di AZ Alkmaar.

Mendapat serangan seperti itu, San Marco yang biasanya tampil kalem kini jadi meradang. Ia balik meloncat mencabut pedang, membalas serangan Don Louis.

"Kami setidaknya berhasil mencapai Piala Dunia (2006 di Jerman). Dia tidak bisa berkoar tentang itu. Satu, dua, tiga kali kritiknya saya dengarkan saja. Namun saya pikir kini saatnya untuk membalas. Saya ingin tunjukkan bahwa dia mungkin pelatih terburuk dalam 20 tahun terakhir. Adalah sangat brutal bahwa dia terlalu banyak mengkritik. Menurut saya, seharusnya dia sedikit berkaca," balas San Marco di sela rapat akhir tahun.

Seperti diketahui, Don Louis van Gaal memang gagal mengantarkan Oranje ke putaran akhir Piala Dunia di Korea Selatan dan Jepang. Dan ini menjadi lubang menganga di mata San Marco untuk mengarahkan pedang kalimatnya ke sana.

Satu hal yang mungkin kurang disadari Don Louis adalah bantuan untuk San Marco dari Frank Rijkaard (pelatih Barcelona saat ini) dan Ronald Koeman yang menjadi baron di Eindhoven. Seolah terikat sumpah ala Musketier, "Satu untuk semua, semua untuk satu," Rijkaard dan Koeman ikut menyerang Don Louis.

"Tidak sopan. Setiap orang boleh punya pendapat. Namun ada banyak hal yang bisa dibicarakan dengan duduk semeja sebagaimana layaknya teman, bukan di ranah publik," demikian Rijkaard.

"Mengapa ia lakukan ini? Apakah dia ingin menjadi pelatih di banyak tim sekaligus? Nggak ngerti saya. Van Gaal sendiri pernah mendapat kesempatan untuk kualifikasi bersama tim nasional, namun dia gagal," tandas Rijkaard.

Sementara Koeman, yang pernah konflik dengan Van Gaal saat menjadi pelatih di Ajax dan Van Gaal sebagai direktur teknik, ikut menikam, "Dia seharusnya tetap di latar belakang, tidak ikut campur urusan pelatih. Sayangnya hal itu tidak terjadi," demikian libero digdaya di zamannya itu.

Pertarungan ini mengundang Asosiasi Pelatih Belanda (CVB) turun tangan dengan melayangkan surat teguran ke arah Van Gaal. Kritiknya yang terbuka terhadap sesama pelatih dinilai telah melanggar kode etik organisasi. Menurut salah satu kode etik, sesama pelatih dilarang mendiskreditkan satu sama lain dan harus saling menghormati.

Namun Van Gaal menolak menarik kembali pernyataannya, terlebih lagi meminta maaf kepada San Marco alias Van Basten. Sikap ini berbuntut dengan mengeluarkan dia dari asosiasi.

"Saya tidak mau dibungkam. Sakit dan sangat mengecewakan," reaksi Don Louis mengenai terpentalnya dia dari CBV. Dia berjanji, pada duel internasional Belanda mendatang tetap akan mengkritisi Van Basten dengan tampil sebagai komentator di televisi SBS6.

Satu hal yang pasti, akhir dan keputusan masing-masing dari drama ini tetap membuka penyesalan di kelak kemudian hari. Meminjam adagium populer Don Louis, "Apakah saya sangat pintar atau kalian terlalu bodoh?"
 
Back
Top