Korban Berjatuhan di Afghanistan

imnanay

New member
Korban Berjatuhan di Afghanistan




Kehadiran tentara AS dikhawatirkan bakal melebarkan konflik

KABUL — Korban sipil di Afghanistan terus berjatuhan meski pimpinan Alqaidah, Usamah bin Ladin, yang menjadi buruan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah tewas. Terakhir, Selasa (3/5), ksi iniliter yang diatasnamakan untuk memerangi aksi terorisme ini justru menewaskan 25 warga yang tak herdosadi wilayah perbatasan Afghanistan dengan Pakistan.

Gubernur Provinsi Nooristan, Jamaluddin Badr, rnemastikan kabar tewasnya warga yang Sebagian merupakan pendatang. “Sebagian besar merupakan warga asing yang tinggal di perbatasan Pakistan,” kata Badr seperti dikutip South Asia News.

Sebelumnya, aksi bombardemen yang dilancarkan mesin perang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan udara menghantam iring-iringan polisi. Akibatnya, 10 petugas keamanan Afghanistan tewas. Mereka menambah panjang daftar korban keganasan serangan sekutu Barat di Afghanistan.
Sebuah situs bernama unk.net melansir data korban jiwa maupun terluka di Afghanistan sejak AS mengobarkan perang melawan Usamah, Taliban, dan jaringan Alqaidah yang dianggapnya sebagai teroris sejak 10 tahun lalu. Terungkap sebanyak 8.813 warga sipil Afghanitan tewas dan 15.863 lainnyaterluka.

ini masih ditambah 8.587 tentara Afghanistan yang meregang nyawa dan 25.761 lainnya terluka akibat perang melawan terorisme yang diusung AS. Sementara di pihak AS, sebanyak 1.140 prajurit tewas dan 3.42 0 terluka. Usaha membekuk Usamah juga telah menggerus isi kantong AS. Tercatat sekitar 401 iniliar dolar AS harus dikeluarkan AS dalam 10 tahun aksi iniliternya di Afghanistan.

Politikus Partai Republik, Cliff Stearns, menilai sudah saatnya pasukan AS ditarik dari Afghanistan. Dia menyoroti besarnya anggaran yang telah dihabiskan prajurit negaranya selama aksi iniliter di Afghanistan. Anggaran propaganda melawan terorisme global kerap menjadi perdebatan di AS. “Sekarang Usamah sudah tewas, saatnya kita pulang,” ujarnya seperti ditulis ABC News.

Cliff khawatir, terus bertahannya pasukan AS hanya akan melebarkan konflik dan menimbulkan bibit kebencian baru. Kematian Usamah dianggapnya sebagai babak baru dalam usaha memberantas teroris. “Harus ada usaha baru,” ujarnya. “Sementara 100 ribu pasukan kini dipikirkan masa depannya.”

Peter King, yang juga berasal dari Partai Republik, mengkritik penyergapan pasukan komando negaranya di Abbottabad, Pakistan, Ahad (1/5) dini hari

lalu, yang membuat Usamah menemui ajalnya. Kebijakan tembak mati dianggap tidak memberikan banyak keuntungan. “Kita tak dapat apa-apa dari seorang yang telah mati,” ujar dia.

Namun, Kepala Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menilai pemberantasan terorisme yang digaungkan AS memang menjadi koinitmen mereka.

Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel, menilai dunia akan lebih aman tanpa Usamah meski masih banyak teroris yang berkeliaran. Menurut dia, pihak yang mendukung teronis hanya segelintir. Timur Tengah pun kini sedang menuju demokrasi seperti yang pernah terjadi di Indonesia.

Symber : eh, Republika, 7 mai 2011 ismail/bilal ramadhan/teguh firmansyah/Abdullah Sammy ed: bilal raharjo
 
Back
Top