Bls: Kumpulan Cerita Misteri ( Ada Disini )
MISTERI DIBALIK LOLONGAN ANJING DITENGAH MALAM
Pernahkah kalian berpikir kenapa anjing selalu melolong di tengah malam ketika menatap bulan? Begini kira-kira ceritanya. Pada jaman dahulu kala, nenek dari nenek buyutnya (alias nenek moyang) anjing tinggallah ia ditengah hutan. Sama seperti hewan-hewan jaman dahulu kala, mereka mencari makan di dalam hutan dan tinggal didalam gua yang gelap. Pada jaman itu, semua hewan dapat berbicara layaknya kita sekarang. Namun mereka hanya dapat berkomunikasi tapi tetap dengan pikiran hewani mereka. Pada jaman itu juga, nenek moyang kucing juga ada. Mereka juga dapat berkomunikasi namun tetap pada cara piker ke-kucing-an mereka. Mereka tidur di siang hari dan berkegiatan di malam hari, maka hal inilah yang selalu di perolok oleh nenek moyang anjing dengan perkataan seperti, “hewan termalas di seluruh hutan,” atau, “aku yakin kamu tidak pernah melihat matahari dan merasakan sejuknya udara hangat.” Namun si anjing sendiri, bukanlah termasuk hewan yang lebih cerdas daripada nenek moyang kucing, sehingga hampir setiap hari nenek moyang anjing termakan omongan si kucing seperti, “angkatlah ekormu setinggi mungkin, atau kamu akan jadi gila!” (hal ini tentu dipercaya oleh para anjing hingga sekarang. Jadi ketika kita melihat ada anjing yang berjalan tanpa mengangkat ekornya tinggi-tinggi atau mengibas-ibaskannya, yakinlah bahwa anjing tersebut berpikir dirinya gila dan memang itu yang terjadi) atau gerakan-gerakan anjing yang diajarkan beberapa oleh kucing juga ada banyak lainnya dan tentu tidak akan dibahas disini.
Okay, lanjut ke cerita, pada suatu malam di hutan tempat mereka hidup, sang nenek moyang kucing datang mendekati tempat tinggal si nenek moyang anjing. Hari ini, ia ingin membalas segala ucapan yang diucapkan sang anjing untuknya. Tentu saja, si kucing berpikir dirinyalah yang paling anggun dan tidak pantas di lecehkan oleh hewan yang lebih bodoh darinya dan hinaan ini harus dibalas dengan balasan yang terlicik dan terkejam yang bisa ia pikirkan saat itu. Sesampainya si kucing didepan gua si anjing ia berteriak dengan keras, “wahai binatang siang sahabatku, keluarlah! Ada hal yang penting yang perlu kubicarakan!”
Dengan setengah mengantuk, si anjing keluar dengan terhuyung-huyung mendekati si kucing sambil berkata, “ada apa sahabatku yang anggun. Ada keperluan apa kamu kemari?”
“Aku mendengar dari desa tempat manusia, setelah malam hari ini, matahari akan menjadi sangat jahat kepada seluruh penghuni hutan. Ia akan membakar kita semua dengan panas yang luar biasa! Tidak hanya itu saja, dia juga telah bersengkongkol dengan bulan purnama. Jadi barang siapa yang tidak pernah menunggu kedatangan matahari terbit, maka ia yang akan kena buruknya panas siang hari setelah matahari terbit,” kata sang kucing licik. Ia sempat menyembunyikan kekehannya agar tidak terdengar sama sekali.
“Oh—Oh! Celakalah aku! Apa yang harus kulakukan? Beritahu kepadaku kucing yang paling bijak. Aku biasa tidur dimalam hari,” kata si anjing panik.
Si kucing langsung mengitarinya perlahan-lahan seperti yang dilakukan kucing-kucing besar ketika mengerumuni mangsanya. Lalu berhenti tepat didepan mata si anjing lalu berkata, “tidak perlu khawatir sahabatku, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kamu bisa terus terjaga sepanjang hari, tidak tidur selamanya. Aku yakin, kamu tidak biasa tidur siang seperti diriku. Jadi, tidak ada cara lain selain selalu terjaga,”
Si anjing menggonggong. Ia menyukai ide itu. Namun, tiba-tiba mukanya murung kembali dan berkata, “apa yang akan terjadi jika aku tidak selalu terjaga? Kenapa aku harus terjaga? Bukankah aku bisa menjadi sepertimu. Tidur siang dan berkegiatan di malam hari?”
“Kamu tidak akan mengerti sahabatku,” kata si kucing, “kamu tidak bisa menjadi sepertiku dan jika kamu tertidur dimalam hari, kamu akan merasakan panas luar biasa dari matahari esok hari. Kalau kamu bersikeras untuk tidur siang sepertiku, maka setelah kamu bangun kamu akan menemukan dirimu memiliki ekor yang sama denganku. Dengarkan baik-baik, bulanlah yang akan mengganti ekormu karena ia telah bersengkokol dengan matahari. Kamu ingin memiliki ekor yang lemah gemulai sepertiku ini? Apa kata para anjing betina nanti kalau kamu memiliki ekor yang lemah gemulai seperti milikku?”
“Tidak, tidak. Aku tidak ingin memilikinya. Kami para anjing adalah hewan yang tegas dan garang. Tidak akan bisa dapat jodoh kalau punya ekor lemah gemulai sepertimu,” sahut si anjing sedih.
“Benar. Maka dari itu, solusi satu-satunya kamu harus selalu terjaga siang dan malam. Menanti matahari dan menunggunya hingga benar-benar diatas. Tentu itu akan meredam sifat marah matahari mulai besok ini,” kata si kucing.
“Oh, terima kasih – terima kasih! Aku sangat bersyukur karena pemberitahuanmu ini wahai kucing,” lalu pergilah si kucing kembali kedalam hutan dengan tawa yang disembunyikan. Sepanjang malam si anjing meringkuk sambil menatap bulan diatas hutan. Ia selalu berpikir betapa menyedihkan hidup dijaman seperti ini. Didalam benaknya ia mulai berpikir apa yang akan terjadi jika ia tidur siang dan mendapati ekor yang meliuk-liuk seperti punya kucing. Ia hanya dapat mengibaskan ekornya dengan lemah ke kiri dan ke kanan tidak seperti yang seharusnya mengibas dengan penuh semangat dan kaku seperti wiper mobil.
Malam telah berlalu, dan fajar mulai menyingsing. Warna ungu kebiruan menyibak dari ujung cakrawala, matahari telah muncul. Si anjing bersyukur ia telah terjaga selama ini. Udara pagi yang segar langsung menghampirinya. Dan anjing mempercayai bahwa matahari tidak marah kepadanya. Namun kini ia sudah terlalu terjaga untuk tidur sebentar, ia juga ingat apabila sudah siang ia tidak boleh tidur sama sekali atau bulan akan iseng menukarkan ekornya.
“Benar kata si kucing, aku harus terjaga! Aku pasti bisa, karena aku adalah seekor anjing terhormat!” ucap si anjing dalam hati. Maka mulailah kegiatannya yang biasa ia lakukan. Berjalan di dalam hutan kesana kemari dengan girang ekornya dikibas-kibaskan. Bermain dengan kupu-kupu yang ada dihutan atau menggonggong kepada burung yang ada diatas pohon. Hari itu terlalu bahagia untuk si anjing karena hari itu begitu sejuk dan tidak terasa panas. Dia berpikir bahwa yang dilakukannya berhasil dan matahari tidak berbuat jahat kepadanya. (walau sebenarnya hari itu arak-arakan awan begitu tebal namun tidak cukup tebal untuk bisa dikatakan mendung)
Dan sorepun tiba. Dengan bangga sang anjing menatap matahari yang mulai tenggelam di sebelah barat. “Hari ini sukses besar,” kata si anjing. Setelah berganti malam hari, si anjing kini mengawasi bulan yang bulat penuh di langit. Dengan sombong ia melolong, “Hah! Lihatlah sekarang! Aku tidak akan kehilangan ekorku yang berharga dan aku masih tetap bisa mengibaskan ekorku dengan hebat! – dengan cara anjing!”
Dari semak-semak muncullah kembali kucing yang sama yang menceritakan kebohongan besar ini kepada anjing. Ia berkata dengan lembut, “bagaimana harimu wahai sahabatku?”
“Hariku indah, lihatlah! Ekorku masih utuh dan aku tetap terjaga,” gonggong si anjing dengan semangat.
Lalu kucing mulai mengeluarkan ekspresi sedihnya (tentu saja hanya sandiwara). Ia lalu berkata, “Akan tetapi teman, aku punya berita lebih buruk daripada yang sebelumnya.”
“Apa itu?” tanya si anjing sambil menelengkan kepalanya.
“Tampaknya matahari akan terus begitu sepanjang hidupnya. Oh, aku tahu kau akan sedih! Aku tidak sanggup melihatmu tidak bisa tidur selamanya. Aku takut sekali mengabarkanmu berita ini, namun kau harus tahu demi ekormu,” ngeong si kucing dengan perlahan.
Si anjing sempat berhenti menggerakkan ekornya, ia juga ikut sedih. Namun tiba-tiba kembali bersemangat dan berkata, “jangan kau khawatirkan aku. Aku bisa melewatinya hari ini. Aku bisa tidak tidur selamanya!”
Si kucing pura-pura ikut bersemangat walau masih menyisakan kesedihan pura-pura. “Kamu yakin?” tanya si kucing.
“Tentu saja! Lihatlah besok!”
Lalu keesokan harinya kembali terulang seperti hari yang pertama. Si anjing tidak tidur sepanjang hari dan sepanjang malam. Berkegiatan yang sama dan merasa bahagia ketika menatap matahari tenggelam di barat (akan terlalu panjang kalau aku ceritakan yang ditemui si anjing. Dan beruntunglah selama si anjing terjaga, awan tebal berarakan dari arah timur sehingga tidak terlalu panas saat siang hari dan kucing senang akan berita ini). Hingga akhirnya di hari yang keempat, sang anjing tidak kuat lagi. Matanya terlalu berat dan tiba-tiba terjatuh dan tertidur dengan lelap. (Tentu saja kamu tidak bisa tidak tidur lebih dari 5 hari. Karena, kalau itu terjadi, maka kamu tidak bisa bangun lagi kalau kamu tertidur)
Tepat tengah malam di hari yang keempat menuju hari yang kelima, tiba-tiba sang anjing terbangun. Seketika itu ia panik dan mengejar-ejar ekornya sendiri sambil berkata, “oh celaka – celaka!”
Ia terus berputar ditempat ingin melihat ekornya. Tapi ketakutannya terlalu menutupi kenyataan yang ada. Ia benar-benar yakin kalau ekornya telah diubah menjadi ekor kucing karena tertidur disiang hari. Sekencang-kencangnya ia menangisi keadaan yang sebenarnya tidak terjadi, didepan rumahnya. Hingga akhirnya datanglah seekor burung hantu yang bijaksana.
“Ada apa temanku?” kukuk si burung hantu.
“Ekorku. Tidakkah kamu melihat yang aneh diekorku?” sedih si anjing. Sang burung hantu (tentu saja nenek moyang burung hantu yang ada di jaman sekarang) terheran melihat ekor si anjing yang masih sama seperti yang sebelumnya.
“Ada apa dengan ekormu?” tanya si burung hantu. Lalu si anjing menceritakan semua kejadiannya, semua cerita bohong dari si kucing. Sang burung hantu hanya mengangguk-angguk layaknya burung hantu mengangguk di atas pohon dan mengerti bahwa si anjing telah di permainkan. Dengan bijaksana burung hantu berkata, “tidak ekormu tidak kenapa-kenapa. Lihatlah baik-baik.”
Karena saking termakan omongan si kucing, si anjing benar-benar menyangkal kenyataan yang ada. Dan mereka berdebat lama sekali hingga akhirnya si burung hantu bersiap terbang dan dengan kesal menjawab, “baiklah! Ekormu memang telah berubah menjadi ekor kucing! Aku hanya bisa menyarankan ketika siang hari, carilah kucing tersebut dan minta saran darinya karena kamu tidak bisa mendengarkan ucapanku! Dan mengeluhlah didepan rembulan ketika malam hari, karena ia yang bertanggung jawab!”
Si anjing tertinggal sendirian didepan rumahnya. Ia sedih sekali dengan keadaan ekornya yang sekarang. Maka sepanjang malam dari hari itu, ia melolong kepada bulan yang ada dilangit meminta kembali ekornya. Pada siang hari ia mengejar kucing dan bertanya terus hingga akhirnya kucing tersebut benar-benar muak mendengar pertanyaan yang sama. Sudah berbagai cara ia lakukan namun pikiran si anjing masih tetap sama, bahwa ekornya tidak bisa kembali. Hingga akhirnya, ketika si anjing mencarinya di siang hari, kucing akan berlari dan berusaha tidak tertangkap oleh si anjing yang hendak bertanya kembali padanya bagaimana cara mengembalikan ekornya. Sepanjang hidup si kucing, ia menyesal telah mempermainkan si anjing dan merasa sok pintar. Sedangkan si anjing tersiksa dengan penampilan yang sama sekali tidak berubah sebenarnya. Hal ini terus berlanjut hingga ke keturunan mereka. Jadi, ketika kamu melihat anjing dan kucing berkejar-kejaran itu bukan karena mereka bermusuhan. Hanya karena betapa bodohnya si anjing dan betapa sok pintarnya si kucing. Bahkan ada beberapa dari kucing juga ikut mengeong di tengah malam benar-benar meminta kepada rembulan untuk mengembalikan ekor si anjing, agar si anjing puas. Namun, seekor anjing manapun tidak akan puas dan akan terus mengejar si kucing untuk menanyakan cara mengembalikan ekornya.
------------------------------------------------------------TAMAT---------------------------------------------------------------------
maafkan imajinasi saia [<. Apabila ada kesamaan tokoh dan nama tempat atau kejadian ini semua hanya rekayasa belaka. Pure imajinasi saia (yang gw rasa gag terlalu misteri amat)