jainudin
New member
Polisi kesulitan menentukan
jenis peledak Lantaran tidak ada bukti di lokasi Ledakan.
JAKARTA Ledakan kecil yang terjadi di Jalan Abdul Majid, Cipete Utara, Jakarta Selatan, d.inilai sebagai aksi sakit hati pelaku terhadap kinerja aparat penegak hukum.
Ketua PP Muhammadiyah Yunahar ilyas meyakini, ledakan yang terjadi pada Senin (11/3) menjelang tengah malam tersebut berkaitan dengan respons terhadap aksi Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Mabes Polri.
Apalagi, kata Yunahar, belum lama masyarakat mengetahui ada video yang beredar tentang penyiksaan yang dilakukan Densus 88 terhadap tersangka terorisme. Tindakan penyiksaan Densus 88 tersebut dipandang perilaku yang melampaui batas kewajaran.
“Ledakan (di Cipete) bisa saja sasarannya penegak hukum (untuk mengingatkan) agar menegakkan hukum tidak melampaui batas,” kata yunahar kepada Republika, Selasa (12/3).
Dia melanjutkan, pasti ada pihak yang merasa sakit hati dengan aksi Densus 88. Bahkan, sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam pun sepakat agar Polri mengevaluasi prosedur dan teknis penanganan terorisme yang dilakukan Densus 88. Kendati demikian, kata Yunahar, bisa saja pelaku ledakan kecil di Cipete tidak ada hubungannya dengan para pelaku teror sebelumnya.
“Jadi, kemungkinan ledakan itu tidak ditujukan untuk teror, hanya mengganggu. Kalau teror kemungkinan lebih mematikan,” ujarnya.
Menurut yunahar, masyarakak. kini sudah terlalu menganggap biasa kejadian teror. Hal tersebut tidak terlepas dan tindakan Densus 88 yang terlalu mudah menangkap terduga teroris. Padahal, tidak semua pelaku kriminal bisa disebut sebagai teroris.
Apalagi, mereka yang masih terduga. Yunahar berpandangan, aparat terlalu gegabah menganggap semua pihak yang berhubungan dengan aksi teror sebagai teroris. “Sekarang ini menangkap teroris sudah seperti menangkap copet. Jadi, sudah seperti hal yang biasa.
Seharusnya, Densus 88 dan aparat lebih selektif dalam memvonis pelaku kriminal sebagai terduga teroris. Seluruh masyarakat setuju untuk membasmi terorismie. Akan tetapi, jangan sampai tindakan memberantas terorime dilakukan secara berlebihan dan menimbulkan antipati masyarakat pada aparat penegak hukum.
Mengenai ledakan di Cipete, penyidik Kepolisian Resor Metropolitan (Polrestro) Jakarta Selatan menduga, ledakan kecil terjadi setelah seseorang yang mengendarai sepeda motor melemparkan sebuah benda. Benda yang dilempar pelaku mengenai pohon di pinggir jalan dan kemudian meledak di jalanan beraspaL
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto menjelaskan, pengendara sepeda motor yang tidak diketahui identitasnya itu melemparkan benda mengenai pohon di pinggir jalan pada Senin (11/3) sekitar pukul 23.30 WIb.
Benda tersebut memantul hingga terjadi dentuman kecil di aspal badan jalan dan meninggalkan bekas ledakan berukuran diameter sekitar lima sentimeter dan kedalaman satu sentimeter. “Sampai sekararang belum diketahui secara pasti jenis peledak tersebut,” ujar Rikwanto.
Dia melanjutkan, ledakan di wilayah Kebayoran Baru tersebut mengenai seorang pengendara motor Iainnya. Agung Sunardi (39 tahun) yang kebetulan berada di belakang motor pelaku. Istri Agung, Lusiana, dan anak mereka ikut membonccng. Agung dan Lusiana mengalami luka ringan akibat ledakan tersebut.
Rikwanto menambahkan, penyidik kepolisian telah mengamankan tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui peristiwa tersebut. Tim Pusat Laboratonium Forensik (Labfor) Mabes Poiri juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara guna menyelidiki jenis bahan peledak.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polrestro Jakarta Selatan AKBP Hermawan menambahkan, polisi juga sudah memeriksa Agung danistrinya selaku saksi mata. Proses pemeriksaannya masih berlangsung,” kata Hermawan.
Dia melanjutkan, ada enam orang anggota Labfor yang diturunkan untuk menyelidiki ledakan di Cipete. Sampai saat ini, belum diketahui penyebab ledakan.
Sumber : Republika• c60/c61/antara’ ed: eh ismail
jenis peledak Lantaran tidak ada bukti di lokasi Ledakan.
JAKARTA Ledakan kecil yang terjadi di Jalan Abdul Majid, Cipete Utara, Jakarta Selatan, d.inilai sebagai aksi sakit hati pelaku terhadap kinerja aparat penegak hukum.
Ketua PP Muhammadiyah Yunahar ilyas meyakini, ledakan yang terjadi pada Senin (11/3) menjelang tengah malam tersebut berkaitan dengan respons terhadap aksi Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Mabes Polri.
Apalagi, kata Yunahar, belum lama masyarakat mengetahui ada video yang beredar tentang penyiksaan yang dilakukan Densus 88 terhadap tersangka terorisme. Tindakan penyiksaan Densus 88 tersebut dipandang perilaku yang melampaui batas kewajaran.
“Ledakan (di Cipete) bisa saja sasarannya penegak hukum (untuk mengingatkan) agar menegakkan hukum tidak melampaui batas,” kata yunahar kepada Republika, Selasa (12/3).
Dia melanjutkan, pasti ada pihak yang merasa sakit hati dengan aksi Densus 88. Bahkan, sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam pun sepakat agar Polri mengevaluasi prosedur dan teknis penanganan terorisme yang dilakukan Densus 88. Kendati demikian, kata Yunahar, bisa saja pelaku ledakan kecil di Cipete tidak ada hubungannya dengan para pelaku teror sebelumnya.
“Jadi, kemungkinan ledakan itu tidak ditujukan untuk teror, hanya mengganggu. Kalau teror kemungkinan lebih mematikan,” ujarnya.
Menurut yunahar, masyarakak. kini sudah terlalu menganggap biasa kejadian teror. Hal tersebut tidak terlepas dan tindakan Densus 88 yang terlalu mudah menangkap terduga teroris. Padahal, tidak semua pelaku kriminal bisa disebut sebagai teroris.
Apalagi, mereka yang masih terduga. Yunahar berpandangan, aparat terlalu gegabah menganggap semua pihak yang berhubungan dengan aksi teror sebagai teroris. “Sekarang ini menangkap teroris sudah seperti menangkap copet. Jadi, sudah seperti hal yang biasa.
Seharusnya, Densus 88 dan aparat lebih selektif dalam memvonis pelaku kriminal sebagai terduga teroris. Seluruh masyarakat setuju untuk membasmi terorismie. Akan tetapi, jangan sampai tindakan memberantas terorime dilakukan secara berlebihan dan menimbulkan antipati masyarakat pada aparat penegak hukum.
Mengenai ledakan di Cipete, penyidik Kepolisian Resor Metropolitan (Polrestro) Jakarta Selatan menduga, ledakan kecil terjadi setelah seseorang yang mengendarai sepeda motor melemparkan sebuah benda. Benda yang dilempar pelaku mengenai pohon di pinggir jalan dan kemudian meledak di jalanan beraspaL
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto menjelaskan, pengendara sepeda motor yang tidak diketahui identitasnya itu melemparkan benda mengenai pohon di pinggir jalan pada Senin (11/3) sekitar pukul 23.30 WIb.
Benda tersebut memantul hingga terjadi dentuman kecil di aspal badan jalan dan meninggalkan bekas ledakan berukuran diameter sekitar lima sentimeter dan kedalaman satu sentimeter. “Sampai sekararang belum diketahui secara pasti jenis peledak tersebut,” ujar Rikwanto.
Dia melanjutkan, ledakan di wilayah Kebayoran Baru tersebut mengenai seorang pengendara motor Iainnya. Agung Sunardi (39 tahun) yang kebetulan berada di belakang motor pelaku. Istri Agung, Lusiana, dan anak mereka ikut membonccng. Agung dan Lusiana mengalami luka ringan akibat ledakan tersebut.
Rikwanto menambahkan, penyidik kepolisian telah mengamankan tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui peristiwa tersebut. Tim Pusat Laboratonium Forensik (Labfor) Mabes Poiri juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara guna menyelidiki jenis bahan peledak.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polrestro Jakarta Selatan AKBP Hermawan menambahkan, polisi juga sudah memeriksa Agung danistrinya selaku saksi mata. Proses pemeriksaannya masih berlangsung,” kata Hermawan.
Dia melanjutkan, ada enam orang anggota Labfor yang diturunkan untuk menyelidiki ledakan di Cipete. Sampai saat ini, belum diketahui penyebab ledakan.
Sumber : Republika• c60/c61/antara’ ed: eh ismail