Benernya gak usah emosi. Ini malah harus bisa jadi bahan refleksi buat kita. Kita sendiri sudah melakukan penghargaan apa kepada aset budaya kita yang satu persatu dicuri itu? Kalau kita mau berkaca ke diri sendiri, generasi muda (termasuk kita kali...
) ) sekarang lebih memilih pakai baju u can c (almost everything), dengerin britney spears/beyonce/niji/ungu/agnes monica etc daripada dengerin keroncong/lagu-lagu klenengan budaya kita, nonton film-film barat/sinetron ajaib daripada nonton acara kebudayaan, pergi ke luar negeri daripada mengunjungi situs-situs budaya domestik (terutama kaum berduit), bahkan kalau sudah berkeluarga & punya anak beranak lebih bangga langganan TV kabel & nonton stasiun-stasiun tv import daripada nonton stasiun tv lokal.... dll dll
Kita selama ini take it for granted (baru mau menghargai yang kita punya saat kita hampir/sudah kehilangan). Orang asing lebih menghargai kebudayaan & kekayaan alam kita. Kita baru kebakaran jenggot saat terjadi pencurian seperti ini. Kalau dipikir-pikir, kasian juga Malingsia itu sampe-sampe harus nyolong kebudayaan kita supaya program pariwisatanya jalan. Toh kita harus liat juga, bagaimana mungkin negara yang jauh lebih kaya seperti kita ini kalah jauh dalam hal promosi pariwisatanya!! Departemen pariwisata kita terlalu pongah (malah males ya?) untuk bekerja seperti departemen pariwisata malingsia yang boleh juga inisiatifnya, sampai-sampai gak malu nyolong dari kita seperti itu. Malingsia gak punya debus, gak punya ketoprak, gak punya lompat batu (di Nias), kuburan di atas gunung (toraja), Lembah Baliem di Papua, dll dll. Kalau gak berani nuntut, bikin aja promosi tandingan. Originalitas kita bakal jauh lebih menarik daripada budaya colongan yang gak punya akar budaya seperti yang kita punya. So, siapa takut!!!
Kalau dipikir-pikir juga, kejadian ini malah mempersatukan bangsa kita yang hobi berantem soal perbedaan agama/idealisme/prinsip/suku/berebut posisi di pemerintahan dll dll... Ada bagusnya juga kan?!?