Ketika menulis buku The Richest Man in Babylon ––terbit pertama kali tahun 1926, dan edisi tahun 1959 baru diterjemahkan oleh Gramedia tahun 2000–– George S. Clason mengawalinya dengan mengatakan: pertama, uang adalah takaran untuk mengukur kesuksesan duniawi; kedua, uang memungkinkan orang menikmati segala yang terbaik, yang dapat diberikan dunia; ketiga, tersedia banyak uang bagi mereka yang memahami hukum-hukum sederhana yang mengatur cara mendapatkan uang; keempat, sekarang pun uang tunduk pada hukum-hukum yang sama seperti ketika orang-orang kaya memenuhi jalan-jalan raya di Babylon, enam ribu tahun lalu.
Clason berbicara soal cara memperoleh kekayaan dan mengelola kekayaan itu dengan bijaksana. Kekayaan itu sendiri disimbolkan dengan emas. Dan bila kata emas ini kita ganti dengan uang, maka ia mengajarkan lima hukum tentang uang.
Pertama, dengan senang hati dan dalam jumlah yang semakin besar, uang akan mendatangi siapa pun yang mau menyisihkan tidak kurang dari sepersepuluh penghasilannya untuk menciptakan harta benda bagi masa depannya maupun keluarganya.
Kedua, dengan rajin dan riang gembira, uang bekerja bagi pemiliknya yang bijaksana, yang menemukan bagi uang itu pekerjaan yang menguntungkan, sehingga ia beranak pinak seperti kawanan ternak di padang.
Ketiga, uang aman dalam lindungan pemiliknya yang bijak, yang menginvestasikannya berdasarkan nasihat orang-orang yang terbukti ahli dalam pengelolaannya.
Keempat, uang akan lari dari orang yang menginvestasikannya dalam usaha atau tujuan yang tidak diketahui dengan baik, atau tidak dianjurkan oleh orang-orang yang ahli dalam pengelolaannya.
Kelima, uang akan lari dari orang yang memaksanya untuk memberi penghasilan yang mustahil, atau yang mengikuti bujukan mulut manis para penipu maupun pemimpi di siang bolong, atau yang tidak berpengalaman dan muluk-muluk dalam berinvestasi.
Konon, hukum-hukum yang diajarkan Clason di atas telah mengilhami banyak orang yang bekerja di bidang perbankan, asuransi, dan investasi keuangan. Dan amat boleh jadi bahwa hukum-hukum itu dapat menjadi acuan dasar untuk menjelaskan mengapa orang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Intinya mungkin ini: untuk menjadi kaya atau memiliki banyak uang, maka orang harus belajar hukum-hukum tentang bagaimana uang ‘bekerja’ untuk manusia, sehingga manusia dapat ‘mempekerjakan’ uang dan bukannya bekerja untuk uang (budak uang).
Bagi saya, ajaran Clason berarti: pertama, agar uang bertambah banyak, maka orang perlu belajar mulai mengendalikan keinginannya dan pengeluarannya –– tidak boleh lebih besar dari penghasilan rutinnya; kedua, agar uang bertambah banyak, orang perlu belajar untuk tidak hanya menyimpannya, tetapi menginvestasikannya kembali dengan bijak; ketiga, agar uang bertambah banyak, ia tidak boleh dipergunakan secara sembrono tanpa kearifan; dan keempat, agar uang bertambah banyak, orang perlu belajar membedakan antara berinvestasi secara rasional dengan berjudi atau mengharapkan kekayaan berlipatganda dalam sekejap mata tanpa usaha yang nyata (bekerja).
cara2 lainnya
Clason berbicara soal cara memperoleh kekayaan dan mengelola kekayaan itu dengan bijaksana. Kekayaan itu sendiri disimbolkan dengan emas. Dan bila kata emas ini kita ganti dengan uang, maka ia mengajarkan lima hukum tentang uang.
Pertama, dengan senang hati dan dalam jumlah yang semakin besar, uang akan mendatangi siapa pun yang mau menyisihkan tidak kurang dari sepersepuluh penghasilannya untuk menciptakan harta benda bagi masa depannya maupun keluarganya.
Kedua, dengan rajin dan riang gembira, uang bekerja bagi pemiliknya yang bijaksana, yang menemukan bagi uang itu pekerjaan yang menguntungkan, sehingga ia beranak pinak seperti kawanan ternak di padang.
Ketiga, uang aman dalam lindungan pemiliknya yang bijak, yang menginvestasikannya berdasarkan nasihat orang-orang yang terbukti ahli dalam pengelolaannya.
Keempat, uang akan lari dari orang yang menginvestasikannya dalam usaha atau tujuan yang tidak diketahui dengan baik, atau tidak dianjurkan oleh orang-orang yang ahli dalam pengelolaannya.
Kelima, uang akan lari dari orang yang memaksanya untuk memberi penghasilan yang mustahil, atau yang mengikuti bujukan mulut manis para penipu maupun pemimpi di siang bolong, atau yang tidak berpengalaman dan muluk-muluk dalam berinvestasi.
Konon, hukum-hukum yang diajarkan Clason di atas telah mengilhami banyak orang yang bekerja di bidang perbankan, asuransi, dan investasi keuangan. Dan amat boleh jadi bahwa hukum-hukum itu dapat menjadi acuan dasar untuk menjelaskan mengapa orang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Intinya mungkin ini: untuk menjadi kaya atau memiliki banyak uang, maka orang harus belajar hukum-hukum tentang bagaimana uang ‘bekerja’ untuk manusia, sehingga manusia dapat ‘mempekerjakan’ uang dan bukannya bekerja untuk uang (budak uang).
Bagi saya, ajaran Clason berarti: pertama, agar uang bertambah banyak, maka orang perlu belajar mulai mengendalikan keinginannya dan pengeluarannya –– tidak boleh lebih besar dari penghasilan rutinnya; kedua, agar uang bertambah banyak, orang perlu belajar untuk tidak hanya menyimpannya, tetapi menginvestasikannya kembali dengan bijak; ketiga, agar uang bertambah banyak, ia tidak boleh dipergunakan secara sembrono tanpa kearifan; dan keempat, agar uang bertambah banyak, orang perlu belajar membedakan antara berinvestasi secara rasional dengan berjudi atau mengharapkan kekayaan berlipatganda dalam sekejap mata tanpa usaha yang nyata (bekerja).
cara2 lainnya