Menghargai Hidup Sebagai Manusia

singthung

New member
MENGHARGAI HIDUP SEBAGAI MANUSIA




Jika seorang pengemis tidak menyadari kalau ia memiliki permata di kantongnya, maka ia tidak akan memanfaatkannya dan akan tetap miskin. Sama halnya dengan kita, jika tidak mengerti bahwa kita memiliki kesempatan yang luar biasa pada kehidupan ini, kita tidak akan memanfaatkan waktu dengan bijaksana

Apa sebenarnya "permata" yang kita miliki? Mungkin kita semua mempunyai kegiatan sehari-hari yang hampir sama, setiap hari kita mengawali hari baru dengan bangun tidur, makan, bekerja, setelah pulang kerja kemudian istirahat sambil menikmati makan malam, nonton televisi atau VCD terbaru, bertelepon bersuka ria dengan teman-teman dan setelah lelah tidur. Dan pada akhir pekan hari-hari kita penuh janjian dengan teman, seperti nonton, shopping setelah pulang dari kebaktian. Atau mungkin ada beberapa dari kita yang kesiangan bangun di hari minggu karena malam minggu keasyikan main internet, jadi hanya cukup dengan bernamaskara ketika ke vihara, kemudian langsung ngobrol dan diakhiri dengan jalan-jalan bersama teman-teman. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan tahun berganti tahun.

Apakah hanya seperti itu yang dapat kita kerjakan pada kehidupan yang sangat berharga ini? Setiap hari berlalu, setiap hari umur kita bertambah. Saat ini kita yang memiliki badan yang sehat dan berpikir bahwa hidup kita masih panjang, masih 40 atau 50 tahun lagi. Kita telah disibukkan untuk pengejaran materi, membicarakan sesuatu yang hanya membuang energi atau menimbulkan emosi dan kesenangan duniawi lainnya yang telah menyita waktu dan menghabiskan energi yang kita miliki .

Kita tidak pernah berpikir bahwa setiap saatpun kematian akan datang, mungkin esok hari kita tidak dapat melihat mentari bersinar lagi. Seperti tragedi WTC di Amerika, apakah mereka yang saat itu berada di gedung WTC maupun di pesawat, sebelum kejadian akan tahu bahwa mereka akan mati pada hari itu? Tentu tidak, sebab pada dasarnya mereka sama seperti kita juga mempunyai banyak rencana untuk hari itu, hari esok, akhir pekan maupun masa depan.

Dan kita yang saat ini masih bernafas, dapat berpikir dengan kecerdasan yang kita miliki, tentu kita tidak akan melewatkan hari-hari kita dengan begitu-begitu saja, karena pada kehidupan ini di mana kita memiliki kesempatan terlahir sebagai manusia, mempunyai kesempatan yang besar, terutama karena kita terlahir sebagai manusia dapat mengenal, mempelajari dan mempraktekkan Dhamma. Suatu kesempatan yang sangat langka dan tidak dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi. Kita memiliki "Kehidupan sebagai manusia yang sangat berharga, melebihi semua permata termahal di dunia ini."

Kehidupan kita yang penuh kebebasan dan berkah. Jika kita sedang sedih karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kita sering menganggap bahwa kita orang yang paling menderita di dunia dan hidup kita selalu tidak menyenangkan, padahal kita masih mempunyai tempat tinggal yang nyaman, pekerjaan yang cocok, makanan dan pakaian yang lebih dari cukup dan teman-teman yang baik. Dan semua hal yang terpenting dari semua yang ada di alam semesta ini, kita memiliki kehidupan yang berharga, karena penuh dengan berkah dan kebebasan.

Kemerosotan yang bisa kita alami, antara lain: Kemerosotan untuk terlahir di alam neraka. Bayangkan jika saat ini kita terlahir di alam neraka bersama dengan makhluk-makhluk lainnya, kita sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk mengenal, mempelajari dan mempraktikkan Dhamma. Tidak mungkin untuk bisa bersantai walaupun hanya sejenak. Pada kehidupan ini kita mempunyai waktu yang sangat banyak untuk belajar dan mempraktikkan Dhamma, tapi sering kita lewati dengan bersantai dulu, misalnya kita ingin bermeditasi setelah makan malam, tanpa sengaja kita menonton sinetron di televisi yang pemainnya cantik dan tampan, lalu rencana kita untuk bermeditasi diundur satu jam kemudian.

Setelah berlalu, kemudian kita teringat ada VCD baru yang belum sempat ditonton atau mungkin ada tabloid gosip terbaru yang belum sempat dibaca, rencana untuk bermeditasipun akhirnya tertunda lagi dan setelah selesai menonton atau membaca cerita gosip, kita sudah lupa untuk bermeditasi yang telah direncanakan sebelumnya, karena kita sudah ingin tidur. Setiap hari berlalu dengan begitu saja. Kita tidak sadar seandainya saat ini terlahir di alam neraka, tidak ada kesempatan untuk bersantai, bermeditasi, mendengarkan Dhamma atau mempraktikkannya. Hanya penderitaan alam neraka atau siksaan panasnya api neraka atau siksaan lainnya yang ada. Jika saat ini kita sakit kepala sedikit saja, kita malas sekali untuk mempraktekkan Dhamma, kita selalu mencari alasan-alasan, apalagi kalau kita di alam neraka, tidak mungkin untuk berpikir sedikit saja tentang Dhamma apalagi praktek.

Kemerosotan terlahir di alam peta. Peta atau setan kelaparan selalu haus dan lapar, makhluk-makhluk peta sulit sekali dapat menemukan makanan meskipun hanya sebutir nasi, karena kamma mereka mengakibatkan segala sesuatu itu menjijikkan bagi mereka. Untuk mendapatkan makan dan minum saja sulit sekali bagi mereka, apalagi untuk memikirkan dan mempraktekkan Dhamma. Jika mereka menemukan makanan yang telah dicari bertahun-tahun atau berkalpa-kalpa itupun tidak akan membuat mereka kenyang tetapi malah membuat mereka semakin lapar. Misalnya, saat ini kita sedang lapar, padahal tadi kita ditraktir makan oleh teman di restoran ''All you can eat,' porsi makanan tersebut melebihi batas maksimal, tetapi saat ini perut kita lapar lagi.

Dengan begitu tentu kita akan mencari makanan lagi di sana-sini. Apakah dalam kondisi seperti ini kita dapat membaca dan memahami buku Dhamma? Atau mungkin pada waktu kita melakukan kebaktian, kalau perut kita saja belum diisi segelas air, apakah mungkin kita dapat membaca paritta dan mendengarkan Dhamma dengan pikiran penuh konsentrasi? Tentu tidak mungkin. Begitu juga dengan para setan kelaparan di alam peta, tidak mungkin dapat mempelajari dan mempraktikkan Dhamma meskipun hanya sedikit. Tetapi lucunya, setiap kali kita bangun tidur di pagi hari, pertama yang kita cari adalah sarapan dan kopi atau susu hangat dan tidak pernah merenungkan hal yang paling membahagiakan di saat kita terbangun adalah kita masih dapat bernafas. Kita tidak sadar bahwa masih bisa bernafas berarti kita masih mempunyai kesempatan yang besar untuk menanam kamma baik sebagai bekal kehidupan yang akan datang.

Kemerosotan terlahir di alam binatang. Karena kebodohan yang dimiliki binatang, mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbuat baik, apalagi untuk mempelajari dan mempraktekkan Dhamma. Jika kita mencoba mengajarkan anjing kesayangan kita untuk bernamaskara, adalah suatu hal yang tidak mungkin. Pada umumnya binatang hanya mempertahankan hidupnya untuk mencari makan dan nafsu semata. Misalnya, ada binatang pemangsa yang hanya hidup untuk mencari mangsa, mungkin binatang lain yang menjadi sasaran atau binatang itu sendiri justru dimangsa oleh makhluk hidup lainnya. Binatang-binatang yang terlahir untuk memakan binatang lainnya, seperti ular, singa, macan dan lainnya, itu hanya menambah karma buruk mereka untuk kehidupan yang akan datang, sedangkan binatang seperti ayam, ikan, dan sapi diberi makan oleh manusia sehingga cepat besar dan gemuk hanya untuk dipotong-potong dan dijual dagingnya maupun dikonsumsi sendiri oleh manusia. Binatang hidup selalu dalam cengkeraman ketakutan dan kebodohan.

Berkah yang kita miliki, antara lain: Terlahir sebagai manusia. Salah satu berkah terbesar bagi manusia adalah memiliki akal atau kecerdasan. Dengan kemampuan akalnya, manusia dapat memenuhi semua kebutuhannya dan menciptakan teknologi-teknologi yang canggih untuk mempermudah hidupnya. Dan dengan terlahir sebagai manusia kita juga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Sehingga mempunyai kesempatan yang besar untuk berbuat kebaikan. Dan hal yang paling terpenting dari semua itu, yaitu setiap manusia dapat mencapai Nibbana.

Terlahir di negara yang terdapat ajaran Buddha. Kita terlahir sebagai manusia di negara Indonesia. Negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, bangsa yang beragama, mengijinkan rakyatnya untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing serta pemerintah mendukung berkembangnya agama Buddha dan rakyatnya hidup bertoleransi. Dan yang terpenting dari semua itu kita masih dapat mengenal dan mempelajari ajaran Sang Buddha di Indonesia. Agama Buddha di Indonesia cukup berkembang terbukti dengan banyak sekali vihara yang nyaman dengan fasilitas yang lengkap, dibangun sebagai tempat menanam kamma baik dan mempraktekkan Dhamma. Kita dapat mendengarkan Dhamma yang sangat indah dari para anggota Sangha. Kita dapat menunjukkan rasa bakti kita kepada para anggota Sangha. Kita juga dapat membaca buku Dhamma dan lainnya untuk dipraktikkan. Hal ini berarti kita memiliki berkah yang sangat luar biasa terlahir di negara ini.

Dapat kita bayangkan, misalnya kita terlahir di negara yang selalu terjadi peperangan, sering terjadi bencana alam, kelaparan dan tidak mengenal agama Buddha. Mana mungkin kita dapat belajar dan mempraktikkan Dhamma, kalau pikiran kita hanya terfokus pada perang, membunuh untuk mempertahankan hidup atau mati dibunuh; jika terlahir di negara yang sering terjadi bencana alam, maka kita selalu hidup penuh rasa ketakutan. Kita mungkin ngeri mendengarnya tetapi itu kenyataan, seperti kita lihat ada negara yang tidak mengenal ajaran Buddha, tidak sedikit negara-negara yang selalu berperang, sering mengalami bencana alam dan kelaparan di mana rakyatnya hidup dengan penuh kebencian, ketakutan dan kelaparan. Dan satu lagi yang paling penting, yakni kita hidup pada kehidupan di mana ajaran Buddha telah muncul dan masih ada. Ini merupakan kehidupan yang sangat jarang dan susah untuk didapatkan lagi.

Terlahir dengan anggota tubuh yang lengkap. Kita terlahir sebagai manusia dengan organ tubuh yang lengkap, kita memiliki mata untuk melihat rupang Buddha yang sangat indah, melihat para anggota Sangha dan indahnya vihara, dan membaca buku paritta dan buku Dhamma; kita memiliki telinga untuk mendengarkan Dhamma, paritta dan lagu-lagu Buddhis yang indah; kita memiliki mulut sehingga kita mempunyai kemampuan untuk memberikan dana tertinggi, yaitu membabarkan Dhamma; dan lainnya. Kita memiliki semua berkah itu melalui anggota tubuh kita yang lengkap. Coba bayangkan, jika kita tidak memiliki salah satu saja, misalnya mata, maka kita tidak dapat melihat indahnya rupang Buddha yang penuh metta dan karuna, kita tidak dapat membaca paritta apalagi buku Dhamma lainnya.

Terlahir sebagai umat Buddha.

Seperti analogi, seekor kura-kura buta berada di samudera yang luas dan ada sebuah gelang mengapung berpindah-pindah di permukaan. Kura-kura buta tersebut muncul ke permukaan setiap seratus tahun sekali, berapa kali kemungkinan kura-kura buta tersebut dapat meraih gelang itu? Seperti itulah kita untuk terlahir sebagai manusia yang dapat mengenal, mempelajari dan mempraktikkan Dhamma. Kesempatan ini sangat susah untuk didapatkan.


Setelah hal itu kita dapatkan sekarang ini, hidup ini juga tidak kekal, akan cepat berakhir seperti kilat di malam hari yang gelap. Jadi saat ini kita memiliki kehidupan yang sangat jarang dapat melihat sesuatu secara benar, banyak manusia yang tidak mengenal ajaran Guru Buddha karena ketidaktahuan dan kamma mereka. Mereka memiliki pandangan salah dalam menjalani kehidupan, yang tentu hanya membawa mereka ke penderitaan yang lebih dalam. Jadi kita memiliki karma baik yang sangat luar biasa, dapat terlahir sebagai manusia yang mengenal ajaran Guru Buddha. Kita telah memiliki harta karun yang terbesar, melebihi harta karun apapun yang ada di dunia ini, yakni kelahiran sebagai manusia yang dapat mengenal, mempelajari dan mempraktekkan Dhamma, dengan semua kebebasan dari kelahiran di alam-alam rendah yang sangat menderita dan menyedihkan, dan dengan berkah-berkah yang kita miliki pada kehidupan ini.

Semua penderitaan yang kita alami pada kehidupan sehari-hari, itu sangat jauh dan tidak seberapa jika dibandingkan kehidupan kita yang sangat berharga ini. Dan kalau kita mau merenungkan, kita bisa melihat betapa sangat banyaknya orang yang tidak beruntung, yang hidupnya kaya raya, memiliki kekayaan duniawi apapun, tenar dan memiliki jabatan tinggi, hidup mereka selalu berfoya-foya tetapi sebenarnya hambar, berlalu begitu saja, bila mereka tidak dapat mengenal, mempelajari, dan mempraktikkan Dhamma. Kita dapat melihat berapa banyak orang kaya dan sukses yang stress, sakit jiwa bahkan bunuh diri. Jika kita melihat di sisi lain, berapa banyak orang yang kelaparan, kepanasan, kehujanan di jalanan; hidup mereka hanya digunakan untuk memikirkan bagaimana caranya mencari sesuap nasi setiap hari, mana mungkin mereka dapat memikirkan hal demikian, meskipun sedikit saja tentang tujuan hidup mereka apalagi tentang Dhamma.

Jadi kita telah mempunyai "kunci" untuk keluar dari semua penderitaan di alam samsara, kita mempunyai kesempatan yang luar biasa, yang sangat langka ini, kita harus berusaha untuk memanfaatkan kehidupan ini, detik demi detik dengan sebaik-baiknya, mencapai tujuan hidup kita sebagai umat Buddha, yaitu Nibbana. Mempelajari dan mempraktekkan Dhamma bukanlah menjadi seorang petapa di gunung selama berpuluh-puluh tahun, tetapi kita dapat mempelajari dan mempraktekkan Dhamma pada setiap detik dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak menunggu hari-hari berlalu begitu saja, dan ketika tua di mana pengelihatan, pendengaran, ketajaman pikiran merosot, kita baru menyadari kalau kehidupan ini sangat berharga dan penuh makna. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, karena pada saat kematian tiba nanti kita akan kehilangan semuanya, harta kekayaan, jabatan, orang-orang yang kita sayangi bahkan tubuh kita sendiripun tidak dapat kita bawa.

Hanya satu yang dapat kita bawa yaitu perbuatan yang menunjukkan praktik Dhamma pada kehidupan ini, yang merupakan perbuatan (kamma) baik yang kita pupuk pada kehidupan ini sebagai bekal kehidupan yang akan datang.


--------------------------------------------------------------
Referensi:
1. Geshe Acharya Thubten Loden, Path To Enlightenment in Tibetan Buddhism.
2. Venerable Thubten Chodron, Taming The Monkey Mind.
 
Back
Top