Mesir Bergolak, 6.000 WNI Dipantau

setelah Tunisia dan Mesir kini berimbas pada negara tetangganya Yaman, juga terjadi demonstrasi besar2an menuntut Presidennya Ali Abdullah Saleh turun jabatan
 
Mesir Bebaskan Pejabat Eksekutif Google
Editor: Egidius Patnistik
Selasa, 8 Februari 2011 | 08:13 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Pemerintah Mesir, Senin, membebaskan seorang pejabat eksekutif raksasa internet Google yang ditangkap pekan lalu dalam aksi protes terhadap Presiden Hosni Mubarak. "Kebebasan merupakan anugrah yang layak diperjuangkan," kata Kepala Marketing Google untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Wael Ghonim, dalam pesan yang ditulisnya di Twitter, segera setelah pembebasannya.

"Lega sekali, Wael Ghonim telah dibebaskan. Cinta kami untuknya dan keluarga," tulis Mountain View, laman Twitter Google yang berasal dari California. Ghonim yang merupakan warga Mesir, ditahan pada 28 Januari di Bundaran Tahrir Kairo setelah ia bergabung dengan ribuan warga yang menuntut pengunduran diri Mubarak.

Google pekan lalu meminta bantuan untuk mencari Ghonim, yang berada di Mesir untuk sebuah acara konferensi ketika aksi protes dimulai. Di Twitter, Ghonim meminta semua orang mendoakan Mesir dan menyampaikan ketakutan bilamana pemerintah Mesir merencanakan sebuah kejahatan perang terhadap rakyatnya. "Kami semua siap mati," tulisnya dalam sebuah pesan.

Amnesti Internasional telah mengingatkan bahwa Ghonim akan mendapat siksaan di penjara Mesir, setelah keluarganya melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi penangkapan Ghonim ataupun mengetahui keberadaannya selama beberapa hari.

====================

Hillary: Mubarak Bertahan Lebih Lama
Penulis: Egidius Patnistik | Editor: Egidius Patnistik
Senin, 7 Februari 2011 | 09:43 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, Minggu (6/2/2011), memperkirakan bahwa Presiden Mesir Hosni Mubarak mungkin harus bertahan lebih lama daripada yang banyak lawannya inginkan untuk memastikan pemilihan umum berhasil.

Di bawah tekanan protes massa, Mubarak telah berjanji untuk tidak maju lagi dalam pemilihan umum (pemilu) presiden September mendatang. Namun, banyak demonstran menuntut pengunduran diri segera. Laporan media Amerika Serikat menyatakan, Washington juga mendesak Mubarak untuk turun sekarang.

Namun Clinton, yang berbicara kepada wartawan dalam perjalanan pulang dari pembicaraan internasional mengenai Mesir di Jerman, menduga bahwa tekanan terhadap Mubarak untuk turun sekarang ketimbang nanti mungkin akan berkurang.

"Sejauh yang saya paham tentang konstitusi (Mesir), jika presiden mengundurkan diri, ia akan digantikan oleh ketua parlemen dan pemilihan presiden harus diselenggarakan dalam 60 hari," katanya. "Sekarang orang Mesir harus bergulat dengan kenyataan tentang apa yang harus mereka lakukan," ujarnya.


Sumber: Kompas


-dipi-
 
Aksi demonstran Mesir melebar

110209161216alexandria3.jpg

Sebagian demonstran anti-pemerintah Mubarak beraksi di luar ibukota Mesir, Kairo

Demonstran anti-pemerintah di Mesir melanjutkan protes dengan melebarkan aksi di luar Lapangan Tahrir di Kairo.

Lebih dari 100 ribu demonstran berkumpul di jantung ibukota Mesir, Kairo, mengulangi tuntutan mereka agar Presiden Husni Mubarak segera turun.

Di Lapangan Tahrir, banyak demonstran marah atas pernyataan wakil presiden Mesir, Omar Suleiman, yang memperingatkan kudeta mungkin terjadi jika dialog kubu oposisi dengan pemerintah gagal.

Kelompok-kelompok oposisi khawatir bahwa pemerintah mengulur-ngulur waktu dan akan lalai menggulirkan perubahan yang bermakna.

Wartawan harian Kompas di Kairo mengatakan kepada BBC bahwa pernyataan Suleiman itu bisa dilihat sebagai bagian dari upaya pemerintah Presiden Mubarak untuk mendapat konsesi dari oposisi dan massa demonstran anti-pemerintah.

Kubu oposisi dan demonstran anti-pemerintah tetap menuntut Presiden Mubarak segera lengser.

Sementara itu, ratusan demonstran memblokadir ke kompleks Majelis Rayat dengan berkemah di luar gedung yang menjadi kantor parlemen Mesir.

Gedung, yang berlokasi beberapa ratus meter di selatan Lapangan Tahrir, kini dijaga oleh tentara bersenjata.

Wartawan BBC Jim Muir di Kairo melaporkan bahwa massa demonstran memandang parlemen saat ini ilegal, sebab hasil pemilihan tahun lalu, yang dianggap banyak kalangan dicurangi.

PELURU TAJAM

Meski unjuk rasa anti-pemerintah berlangsung di beberapa tempat, lapangan Tahrir tetap menjadi titik pusat demonstrasi tempat ribuan orang berkumpul dan sebagian massa menginap di sana.

Kantor berita Associated Press (AP) melaporkan pekerja perusahaan listrik negara dan petugas museum unjuk rasa hari Rabu.

Namun, tujuan wisata ternama Mesir, Piramid di Giza kembali dibuka untuk wisatawan.

Di bagian barat daya Mesir, aparat keamanan mengatakan pecah bentrokan antara massa demonstran dan polisi.

Sedikitnya dua orang teewas dalam kerusuhan di oasis Kharga di belahan selatan Mesir. Polisi dilaporkan melepaskan tembakan peluru tajam ke arah massa demonstran.

Kantor berita AP mengatakan sekitar 8.000 demonstran di Provinsi Assiut di selatan memblokir jalan bebas hambatan utama dan jalur KA ke Kairo dengan batang pohon kurma yang terbakar.

Di Port Said, ratusan demonstran menyulut kebakaran di kantor gubernur.



sumber: BBCIndonesia.com - detikNews
 
cuma satu kata: LANJUTKAN

BTW bisa nggak yah mesir bener-bener bisa menjatuhkan rezim mubarak? kayak indonesia menjadtuhkan suharto?

kalopun mubarak bener-bener mundur, nggak tau ya gue kok pesimis mesir bisa melakukan reformasi dalam pemerintahannya. Soalnya kalo mubarak mundur, masih ada satu tokoh dalam rezim mubarak yang bakal ngelanjutin pemerintahannya, melanjutkan "ketiktatoran" pendahulunya, melanjutkan penculikan, penyekapan dan penyiksaan anggota ikhwanul muslimin, dan ironisnya gue yakin orang ini yang bakal mendapat limpahan kekuasaan dari mubarak kalo mubarak mundur.

Orang ini nggak lain dan nggak bukan adalah si omar suleiman, si wakil presiden dan mantan kepala intelejen. Mubarak bukan tanpa alasan nunjuk si omar jadi wapres. Orang yang punya kuasa atas intelejen bakal punya senjata super dahsyat buat memenangkan perang apapun, baik perang secara militer maupun politik, apalagi cuma buat ngontrol suatu negri. Meskipun udah nggak jadi kepala intelejen, gue yakin dia masih berkuasa penuh atas lalu lintas intelejen dalam negrinya. Karena itu gue pikir posisinya bener-bener kuat saat ini, melebihi kuasa atas mubarak sendiri. Ditambah amerika ama israel yang pasti mendukung si omar sulaiman ini kalo mubarak lengser, secara dia emang bener-bener kepanjangan tangan (baca: antek) dua negara yang punya kepentingan terhadap mesir ini.

Tapi itu semua bisa berubah dengan satu syarat: militer menempatkan dirinya sebagai pendukung oposisi, menempatkan posisinya untuk lebih berpihak pada rakyat alih-alih pemerintahan diktator yang berkuasa, dan bener-bener mendukung untuk adanya suatu reformasi yang menyeluruh pada pemerintahan, nggak kayak sekarang yang keliatannya hanya "wait and see" aja, nggak milih ini, nggak milih itu. Liat aja di tunisia, coba militer tetep dukung incumbent apa bisa berhasil? Yeah, makannya (seperti yang telah disinggung sebelumnya) gue pikir masa depan mesir bener-bener berada di tangan militer. Dan jika militer masih "wait and see" juga, semakin cepat mubarak turun semakin baik, nggak berlarut-larut seperti ini. Soalnya semakin lama itu terjadi, semakin susahlah mereformasi dan menyingkirkan orang orang rezim lama dari pemerintahan. Susah untuk membentuk momentum nya lagi....

Yeah, kita doain aja semoga sodara-sodara kita di mesir bisa hidup dalam demokrasi yang adil, tidak kembali tercebur dalam kubangan kediktatoran kembali. Bukan adil dengan mata yang tertutup (seperti patung keadilan yg ngegambarin wanita yg megang timbangan yg seimbang), tapi adil dengan mata yang terbuka dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebijaksanaan...

Peace and love for egypt
 
Last edited:
Mesir banyak menelurkan pakar agama Islam di Indonesia. Mengetahui latar belakang negaranya seperti itu, apakah tidak mustahil kurikulum pendidikan Islam disana didoktrin ajaran yang salah?
 
Krisis Mesir dan Indonesia

Krisis Mesir dan Indonesia​






oleh : Azyumardi Azra
terpost juga di koran republika


Sejak mulai bergejolak pada 25 Januari 2011, masa depan politik Mesir masih tetap belum menentu. Meski jutaan massa demonstran memadati Maydan Tahrir Kairo dan juga demo besar-besaran di lskandariah dan beberapa kota Mesir lainnya, Presiden Mubarak tetap bertahan. Presiden yang berkuasa sejak November 1981 itu mampu tetap bertengger di tampuk kekuasaan dengan memberikan konsesi-konsesi politik secara terbatas sebagai bentuk buying time.

Meski demikian, Presiden Mubarak telah sampai pada titik yang tidak pernah bisa dimundurkan. Mesir juga tidak bakal pernah lagi sama dengan Mesir di bawah kekuasaan otoriter, represif tapi efektif sampai gelombang kekuatan rakyat juga melanda Mesir setelah sebelumnya berhasil menumbangkan rezim Zine at Abidine Ben Au di Tunisia. Sangat boleh jadi gelombang kekuatan rakyat terus melanda negara-negara otoriter lain di dunia Arab sejak dart Mauritania, Aijazair, Maroko, Libya, Yaman, Yordania. Negaranegara monarki seperti Arab Saudi dan negara-negara Teluk Persia, pastilah juga ketar-ketir.

Mungkinkah kekuatan rakyat yang tengah bangkit itu juga menular ke Indonesia? Sebagian pengamat dengan simplistis menyatakan, kekuatan rakyat yang pernah berhasil menumbangkan rezim Soeharto pada Mei 1998 dapat segera mengiIhami bangkitnya kembali kekuatan rakyat.

Alasannya, antara lain, kekuatan rakyat di Mesir (dan juga di Tunisia dan Yaman, misalnya) bangkit karena kemiskinan dan pengangguran yang kian merajalela di negara-negara tersebut. Gejala yang sama juga terjadi di Indonesia, di mana jumlah penduduk miskin dan penganggur cenderung bertahan—jika tidak meningkat, meski pemerintah mengklaim terjadinya penurunan kemiskinan dan pengangguran.

Pada saat yang sama, harga barang-barang kebutuhan pokok juga terus meningkat. Tidak hanya di Mesir, Tunisia, atau Yaman; tetapi juga di Indonesia. Pemerintah SBY seolah tidak berdaya apa-apa mengendalikan harga. Kenaikan harga minyak akibat krisis politik di Mesir, Tunisia, Yaman juga tengah terjadi di negara-negara Arab lain, yang segera memicu kenaikan harga minyak dan gas. Tak urung lagi, harga barang-barang lain, khususnya pangan, juga melejit, kian jauh dan jangkauan kaum miskin dan penganggur.

Dari sudut itu, kelihatan semacam paralelisme antara situasi dan kondisi tertentu yang memicu kebangkitan kekuatan rakyat di Mesir, khususnya, di mana kaum miskin lebih 40 persen dan sekitar 80 juta penduduk dengan kemiskinan di Indonesia yang diperkirakan antara 30 sampai 60 juta orang— tergantung ukuran yang dipakal. Jelas, kemiskinan dan pengangguran yang akut menyimpan keresahan sosial, yang sewaktu-waktu bisa meledak menjadi revolusi sosial, khususnya jika dipicu faktor-faktor tertentu.

Meski ada ‘kesejajaran’ seperti itu, adalah terlalu berlebihan dan simplistis persepsi yang membayangkan Indonesia juga segera dapat terlanda kekuatan rakyat yang tengah berlaku sekarang ini di Mesir dan beberapa negara Arab lainnya. Terdapat sejumlah faktor yang membuat kemungkinan seperti itu lebih kecil di Tanah Air.

Pertama, Indonesia berbeda banyak dengan Mesir, yang selama lebih dari tiga dasawarsa terakhir berada dalam genggaman kekuasaan otoriter dan represit yang hampir tidak menyisakan ruang aman bagi ekspresi politik melawan Presiden Mubarak. Sebaliknya, demokrasi Indonesia yang mulai menemukan momentum sejak 1999 dan terus berkonsolidasi memberikan ruang sangat luas bagi warga untuk mengejawantahkan aspirasi sosial politik mereka, bahkan secara tidak berkeadaban sekalipun. Ekspresi itu sering kontraproduktif bagi upaya dan program pembangunan, ketika warga, misalnya, menouak pembebasan lahan untuk proyek infrastruktur yang dapat mempercepat perkembangan ekonomi.

Kedua, memang gejala ketidakpuasan terhadap pemerintahan Presiden Yudhoyono juga tengah meningkat, terutama terkait kasus dan skandal megakorupsi dan mafia-hukum atau gap di antara janji pemerintah dan realitas di lapangan. Namun, ketidakpuasan yang diekspresikan berbagai kelompok elite sosial-keagamaan dan politik, tidak bakal berujung pada perlawanan kekuatan rakyat terhadap rezim Yudhoyono—seperti perlawanan kekuatan rakyat pada Mei 1998.

Meski demikian, segera juga jelas, keresahan sosial bakal terus meningkat jika pemenintah tetap tidak serius atau belum mampu juga menyelesaikan berbagai masalah pokok yang menjadi sumber keresahan, baik di tingkat rakyat jelata maupun elite sosial pouitik dan agama. Jika rezim Yudhoyono masih berbasa-basi memberantas korupsi dan mafia hukum, tekanan-tekanan politik, khususnya dan elite sosial-politik bakal terus meningkat. Begitu juga, jika pemerintah tetap tidak mampu mengendalikan harga barang-barang kebutuhan pokok.

Sebab itu, pencitraan politik harus ditinggalkan. Kini saatnya bertungkus-lumus merespons berbagai tantangan. Ini tidak bisa dengan memperbanyak rapat dan menekankan pendekatan normatif. Yang diperlukan adalah keberanian melakukan berbagal terobosan.
 
[langtitle=en]Re: Mesir Bergolak, 6.000 WNI Dipantau[/langtitle]

[lang=en]It's time for exit from nation problem. We have to be aware that out there is another people happy seeing the collapse of Islam.[/lang]
 
Rakyat Mesir Rayakan Mundurnya Mubarak

Hosni-Mubarak-2a.jpg


akhirny mubarak mengundurkan diri, Lapangan Tahrir dipenuhi masyarakat mesir, sambil mengibarkan bendera, mereka berbahagia karena mubarak akhirnya mengundurkan diri dari jabatanya sebagai presiden mesir.
 
Re: Rakyat Mesir Rayakan Mundurnya Mubarak

wah mundur juga

ayorakyat indonesia bersatu jangan terpecah pecah dan teradu domba

kalau rakyat sudah bersatu tak ada yang bisa melawan nya lagi

kalau rakyat sudah bersatu gunung yang paling tinggi pun bisa di runtuhkan
 
Revolusi Mesir
Mubarak Mundur, Tunjuk Militer Berkuasa
Penulis: Yuli AH | Editor: yuli
Jumat, 11 Februari 2011 | 23:10 WIB

0213028620X310.jpg


KAIRO, KOMPAS.com — Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman mengatakan, Presiden Hosni Mubarak sudah menyatakan mundur dan menyerahkan kekuasaannya kepada pihak militer.

Pengumuman itu disambut gegap gempita oleh massa di Alun-alun Pembebasan, Kairo. Klakson-klakson mobil dibunyikan dan bendera Mesir dikibarkan di mana-mana, segera setelah Omar Suleiman mengumumkan hal itu melalui televisi nasional, Jumat (11/2/2011).

"Dalam keadaan sulit yang dialami negeri ini, Presiden Hosni Mubarak sudah memutuskan untuk meninggalkan jabatan presiden," ujar Suleiman. Mubarak memerintahkan dewan tentara untuk memegang tampuk kekuasaan.

=================

Sharm el-Sheikh, Tempat Pelarian Mubarak
Editor: Egidius Patnistik
Sabtu, 12 Februari 2011 | 10:04 WIB

1003392620X310.jpg



KAIRO, KOMPAS.com - Resor Sharm el-Sheikh di dekat Laut Merah, tempat pelarian bagi Presiden Hosni Mubarak yang mundur dari jabatannya Jumat, merupakan tujuan wisata terkenal dan tempat kesayangan untuk memamerkan peran Mesir sebagai perantara perdamaian Timur Tengah.

Mubarak dikenal suka memamerkan pembangunan di Sharm el-Sheikh, tempat ia memiliki sebuah rumah untuk liburan, pada tamu-tamu asing yang ia undang ke sana untuk pertemuan politik dan konferensi. Terselip di antara gunung-gunung di padang pasir Sinai dan perairan Laut Merah, jalur itu merupakan pantai emas, di sana terdapat hotel dan kasino, tempat penyelaman dan lapangan golf yang menarik sekitar seperempat dari 12,5 juta wisatawan ke Mesir pada tahun 2009.

Sharm el-Sheikh, yang diiklankan dengan berlebihan sebagai bagian dari pusat wisata Laut Merah di ujung selatan Sinai, tempat Suez dan teluk Aqaba bertemu, juga penting bagi Mesir sebagai simbol kedaulatan yang diperoleh kembali di Sinai. Direbut oleh Israel dalam perang tahun 1967 bersama dengan Sinai, Sharm el-Sheikh dikembalikan ke Mesir berdasarkan perjanjian perdamaian tahun 1979 yang ditandatangani oleh, ketika itu, Presiden Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menahem Begin.

Mesir mulai mengembangkan Sharm el-Sheikh sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata, dengan membangun beberapa hotel di wilayah itu pada akhir 1980-an. Sejak itu, tempat tersebut tumbuh menjadi kawasan wisata besar yang menarik investor Barat dan Arab serta ribuan wisatawan, sebagian besar para penyelam yang tertarik dengan perairan hangat yang jernih dan kawanan ikan eksotis.

Pada tahun-tahun itu, Desa Sharm el-Sheikh yang kering telah berkembang menjadi sebuah kota, warganya merupakan campuran dari wisatawan, staf hotel, pekerja bangunan, pemandu wisata dan supir taksi dan juga banyak instruktur selam dan olahraga air.

Sharm el-Sheikh, dijuluki sebagai Las Vegas Mesir, berada di antara desa-desa Badui di Sinai, juga menjadi pilihan Mubarak untuk pertemuan puncak Timur Tengah. Pada tahun 2002, UNESCO -Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB- memberikan penghormatan pada Sharm el-Sheikh sebagai "Kota Perdamaian".


sumber : Kompas


-dipi-
 
Back
Top