Mu'jizat-Mu'jizat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

DD202KZ

New member
1. Kelahiran

Diriwayatkan dari Ibnu Sa’ad, dari ibunda Rasulullah, Aminah, berkata bahwa, “Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam.”


2. Saat Masih dalam Buaian

Halimah binti Abu Dzu’aib adalah ibu yang menyusui Rasulullah. Diriwayatkan dari Ibnu Ishaq, bahwa Halimah pernah bercerita, bahwa suatu hari ia pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih bayi dan beberapa wanita dari sukunya. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui.

Halimah mulai berkisah, “Itu terjadi pada masa panceklik, tak banyak kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor onta yang sudah tua dan tidak bisa lagi diperah walau setetespun. Sepanjang malam kami tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi kami yang terus menerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tak bisa diharapkan. Sekalipun kami masih tetap mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar. Aku pergi sambil menunggangi keledai betina milik kami dan hampir tak pernah turun dari punggungnya hingga kondisi keledai itupun semakin lemah.

Akhirnya kami serombongan tiba di Mekkah dan kami langsung mencari bayi yang bisa kami susui. etiap wanita dari kami ditawari untuk menyusui Muhammad, pasti menolaknya setelah kami tahu bahwa dia adalah anak yatim. Tak mengherankan, sebab yang kami harapkan dengan menyusui bayi mereka adalah imbalan yang cukup memadai dari ayah si bayi. Kami semua berkata, “Dia anak yatim”. Tak ada pilihan lain bagi ibu dan kakek Muhammad karena kami tidak menyukai keadaannya.

Hingga pada saat rombongan kami ingin pulang, akulah satu-satunya wanita yang belum berhasil menemukan bayi yang ingin disusui. Aku berkata kepada suamiku, “Demi Allah, aku tak akan kembali dengan kalian tanpa membawa seorang bayi yang kususui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya pulang.”

Maka aku pun menemui bayi itu (Rasulullah) dan aku siap membawanya pulang. Sesaat setelah menggendongnya, seakan-akan aku tidak kewalahan karena mendapat beban yang lain. Aku segera kembali menghampiri hewan tungganganku. Dan pada saat puting susuku kusodorkan kepadanya, bayi itu dengan lahapnya menyedot air susuku hingga kenyang. Anak kandungku sendiri juga bisa menyedot air susunya sepuasnya hingga kenyang. Setelah itu, keduanya tertidur pulas.

Suamiku kemudian menghampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh. Maka kamipun memerahnya. Suamiku bisa meminum air susu onta kami, begitupun denganku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah bagi kami.

Keesokan harinya, suamiku berkata kepadaku, “Demi Allah, tahukah kau, Halimah, kau telah mengambil satu jiwa yang penuh berkah.”

“Demi Allah, akupun berharap demikian.”

Kemudian kamipun siap-siap pergi dan akupun menunggangi keledaiku. Semua bawaan kami juga kunaikkan bersamaku di atas punggungnya. Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai-keledai rombongan lainnya tidak akan mampu membawa beban seperti keledaiku. Sehingga mereka berkata kepadaku, “Wahai putri Abu Dzu’aib, celaka kau. Tunggulah kami! Bukankah ini keledaimu yang kau bawa dulu bersama kami?”

Aku jawab, “Ya, demi Allah. Ini adalah keledaiku yang dulu.”

Kata mereka, “Demi Allah, keledaimu kini bertambah perkasa.”

Kami pun tiba di kampung halaman kami. Aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur saat itu. Domba-domba kami datang menyambut kedatangan kami dengan keadaan kenyang dan air susu yang penuh, sehingga kami bisa memerahnya dan meminum susunya. Sementara orang lain yang berusaha memerah susu hewan ternaknya sama sekali tidak mendapatkan susu walau setetespun. Sehingga mereka berkata garang kepada para penggembalanya, “Celaka kalian! Lepaskanlah hewan gembalaan kalian seperti apa yang dilakukan terhadap gembalaannya putri Abu Dzu’aib.” Namun domba-domba mereka pulang ke rumah tetap dalam keadaan lapar dan dengan kelenjar susu yang kosong. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar susunya penuh berisi. Kami senantiasa mendapatkan tambahan berkah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui Muhammad. Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh sehat, tidak seperti bayi-bayi yang lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia sudah tumbuh besar.

Kemudian kami membawanya kepada ibunya, meskipun kami masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah-tengah kami, karena kami dapat merasakan berkah yang dibawanya. Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya.

Aku berkata kepadanya, “Andai saja kau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga besar. Sebab aku aku khawatir dia akan terserang penyakit yang biasa menjalar di Mekkah.” Kami terus merayu ibunya agar dia berkenan membiarkan anak itu tinggal bersama kami lagi.”


3. Pembelahan Dada Rasulullah

Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam didatangi Jibril, yang saat itu Muhammad kecil sedang asik bermain-main dengan anak kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan menelentangkannya. Lalu dia membelah dada dan mengeluarkan hati beliau.

Kemudian Jibril mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata, “Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril mencucinya dengan air zam-zam di dalam sebuah bejana dari emas. Setelah itu, Jibril menata dan memasukkannya kembali ke tempatnya semula.

Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susuannya sambil berkata, “Muhammad dibunuh!” Mereka pun datang menghampiri beliau dan mendapatinya dengan wajah yang semakin berseri-seri.


4. Meminta Hujan dengan Wajah Rasulullah

Ibnu Asakir mentakhrij dari Julhumah bin Arfathah, dia berkata, “Tatkala aku tiba di Mekkah, orang-orang sedang dilanda musim panceklik. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita berdoa meminta hujan.”

Maka Abu Thalib keluar bersama seorang anak kecil (Muhammad). Wajah anak kecil ituseolah-olah matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan perlahan. Di sekitar Abu Thalib juga terdapat beberapa anak kecil lainnya. Dia membawa anak kecil (Muhammad) itu dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah. Jemarinya memegangi anak itu. Langit yang tadinya cerah, biru bersih warnanya, tiba-tiba saja dipenuhi awan gelap yang datang dari segala penjuru. Lalu turunlah hujan yang sangat deras. Lembah-lembah terairi dan ladang-ladang menjadi subur.

Abu Thalib mengisyaratkan hal ini ke dalam syair yang dibacakannya:
“Putih berseri meminta hujan dengan wajahnya
Penolong anak yatim dan pelindung wanita janda.”


5. Tanda-tanda Nubuwah

Pada saat Rasulullah berusia mencapai dua belas tahun, Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang ke Syam. Hingga tiba di Bushra, suatu daerah bagian Syam, ibukota Hauran, yang merupakan ibukota orang-orang Arab, sekalipun di bawah kekuasaan Romawi.

Di negeri ini terdapat seorang pendeta dengan sebutan Bahira, nama aslinya adalah Jurjis (Georges). Tatkala rombongan Abu Thalib singgah di daerah ini, maka sang Bahira menghampiri mereka dan mempersilakan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan.

Bahira telah mengetahui Muhammad kecil kelak akan menjadi utusan Allah padahal sebelumnya dia tidak pernah keluar. Tapi dia dapat mengenalnya dari tanda-tanda dan sifat-sifat yang ada pada Muhammad kecil. Dia kemudian memegang tangan anak kecil itu sambil berkata, “Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).”

Abu Thalib bertanya, “Dari mana kau tahu hal itu?”

Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bebatuan atau pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah tilang rawan bahunya. Cincin nubuwah itu berbentuk seperti buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam kitab kami.”

Bahira kemudian meminta Abu Thalib mengirim kembali Muhammad kecil ke Mekkah dan tidak membawanya ke Syam untuk menghindar dari orang-orang Yahudi. Maka Abu Thalib menyetujuinya dan mengirim Muhammad kecil kembali ke Mekkah bersama beberapa pemuda.


6. Rasulullah Terlindungi dari Maksiat Baik Sebelum Pengangkatannya Menjadi Rasul Maupun Setelahnya

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan beliau. Dengan fitrahnya yang suci, beliau mengamati lembaran-lembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan. Sifat kefitrahan inilah yang membawa dirinya menjadi seseorang yang memiliki sifat Al Furqan (pembeda yang baik dan buruk). Beliau merasa risih terhadap khufarat dan menghindarinya. Beliau berhubungan dengan manusia dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan keadaan mereka. Jika tujuannya adalah kebaikan, maka beliau mau bekerja sama. Jika tidak, maka beliau lebih senang dengan kesendiriannya.

Beliau tidak mau minum khamr (minuman keras) dan tidak mau makan daging hewan yang disembelih untuk berhala. Beliau juga tidak mau menghadiri upacara atau pertemuan untuk menyembah patung-patung dan berhala lainnya. Bahkan sejak kecil, beliau senantiasa menghindari jenis penyembahan yang bathil seperti ini, sehingga tidak ada sesuatu yang lebih beliau benci selain daripada penyembahan terhadap berhala. Dan hampir-hampir beliau tidak sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang diatasnamakan untuk Lata dan Uzza (nama berhala pada zaman beliau).

Ibnu Atsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Tidak pernah terlintas dalam benakku suatu keinginan untuk mengikuti kebiasaan orang-orang Jahiliyah kecuali hanya dua kali. Namun kemudian Allah menjadi penghalang antara diriku dengan keinginan itu. Setelah itu aku tidak lagi berkeinginan sedikitpun sehingga Allah memuliakan aku dengan risalah-Nya.

Suatu malam aku pernah berkata kepada seorang pemuda yang sedang menggembala kambing bersamaku di sebuah bukit di Mekkah. Aku berkata kepadanya, “Tolong awasilah kambing-kambing gembalaanku, karena aku hendak masuk Mekkah dan hendak mengobrol di sana seperti yang dilakukan para pemuda yang lain.”

“Aku akan melaksanakannya,” kata pemuda rekanku.

Maka aku beranjak pergi. Di samping rumah pertama yang kulewati di Mekkah, aku mendengar suara tabuhan rebana. “Ada apa ini?” Aku bertanya.

Orang-orang menjawab, “Perhelatan pernikahan Fulan dan Fulanah.”

Aku ikut duduk-duduk dan mendengarkan. Namun Allah menutup telingaku dan aku langsung tertidur, hingga aku terbangun karena sengatan matahari esok harinya. Aku kembali menemui rekanku dan dia langsung menanyakan keadaanku. Maka aku mengabarkan apa yang terjadi. Pada malam lainnya aku berkata seperti itu pula dan aku melakukan hal yang sama. Namun lagi-lagi aku mengalami kejadian yang sama seperti malam sebelumnya. Maka setelah itu aku tidak lagi ingin berbuat hal yang buruk.”


7. Al Qur’anul Karim

Mu’jizat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang paling utama dan hingga hari ini masih bisa disaksikan manusia sepanjang zaman adalah Al-Quranul Karim dan keberadaan syariat Islam itu sendiri. Sebab sampai hari ini tak seorang pun yang mampu menjawab tantangan Al-Quranul Karim untuk membuat sebuah buku yang setara dengannya.

Dan jika kamu dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami , buatlah satu surat yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(QS.Al-Baqarah : 23)

Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu”, Katakanlah: “Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”(QS.Huud : 13)

Tak terhitung orang yang ingin menjawab tantangan Al-Quranul Karim sepanjang zaman, tapi semua mundur teratur dengan penuh malu. Sebab setiap kali ada yang maju menjawab tantangan, yang mentertawakan bukan hanya muslimin, melainkan sesama kafirin pun ikut mentertawakannya. Padahal mereka sama-sama memusuhi Al-Quranul Kariem.


8. Tongkat yang Dapat Mengeluarkan Cahaya

Imam Ahmad bin Hambal menceritakan dari Abu Sa'id al-Khudri dan membenarkan bahwa Rasulullah telah memberi Qatada bin Nu'man suatu tongkat disuatu malam diwaktu hujan dan gelap, sambil berkata: "Tongkat ini akan menerangi sekitarmu sejauh tujuh meter. Saat kamu sampai di rumah,kamu akan melihat bayang-bayang hitam yang sebenarnya adalah syetan. Usir dia agar meninggalkan rumahmu. "Qatada pergi dengan tongkat yangmemancarkan cahaya seperti tangan tangan Musa bersinar. Saat Qatada sampai di rumah, ia melihat orang yang diuraikan Nabi dan ia mengusirnya pergi.


9. Tongkat yang Berubah Jadi Pedang

Pada perang Badar, yang menjadi sumber kekaguman, pedang Ukkasha bin Mihsan al-Asad rusak saat sedang memerangi para penyembah berhala. Rasulullah memberi dia sebuah tongkat sebagai pengganti pedangnya yang patah dan berkata padanya untuk berperang dengan tongkat itu. Tiba-tiba dengan kuasa Allah tongkat itu berubah menjadi pedang putih panjang. ia berkelahi dengan pedang itu dan tetap memakainya sampai dia mati syahid dalam pertempuran Yamama. Peristiwa ini tidak terbantah sebab Ukkasha menjadi sangat bangga akan pedangnya sehingga sepanjang hidupnya pedang itu dikenal luas dengan ‘Sang Pembantu’.

Ibn Abd Albarr, salah satu ulama brilian pada waktunya, meriwayatkan dan membenarkan bahwa Abdullah bin Jahsh, seorang keponakan Rasulullah yang pedangnya patah pada perang Uhud. Rasulullah memberi dia sebuah tongkat yang menjadi pedang saat digenggamnya. Ibn Jahsh berperang dengan pedang itu dan hasil mu'jizat itu tetap menjadi pedang setelah perang usai. Bertahun-tahun kemudia, seperti yang diriwiyatkan oleh Ibn Sayyid al Nas dalam riwayat hidup Nabi yang ditulisnya, pedang itu dijual pada seorang laki-laki yang bernama Buqhai Turki dengan harga dua ratus dirham.

Dua pedang itu adalah mu'jizat seperti tongkat Musa. Bedanya mu'jizat tongkat Musa hilang setelah Musa wafat, sedang kedua pedang itu tetap menjadi pedang setelah Rasulullah wafat.
 
Bls: Mu'jizat-Mu'jizat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

10. Isra’ Mi’raj


Ibnul Qoyyim berkata:

Menurut riwayat yang shahih, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di-isra'kan dengan jasadnya, dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis, dengan menaiki Buraq, yang disertai Jibril, lalu turun di sana dan shalat mengimami para nabi yang lain. Sementara Buraq diikat pada tali pintu masjid.

Pada malam itu pula, dari Baitul Maqdis Rasulullah naik ke langit dunia (Mi'raj) bersama Jibril. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit. Maka pintu langit dibukakan baginya. Di sana Rasulullah melihat Nabi Adam, bapak seluruh manusia. Beliau mengucapkan salam, dan Nabi Adam menyambut kedatangan beliau, menjawab salam, dan menetapkan nubuwah beliau. Allah memperlihatkan roh orang-orang yang mati syahid ada di sebelah kanan dan roh orang-orang yang sengsara ada di sebelah kiri.

Kemudian naik lagi ke langit kedua. Jibril meminta ijin untuk Rasulullah. Setelah dibukakan, beliau melihat Nabi Yahya dan Nabi Isa di sana. Setelah bertemu beliau mengucapkan salam, dan mereka berdua menjawabnya, menyambut kedatangan beliau, dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit ketiga. Di sana Rasulullah melihat Nabi Yusuf. Beliau mengucapkan salam. Nabi Yusuf menjawabnya, menyambut kedatangan beliau, dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit keempat. Di sana Rasulullah melihat Nabi Idris. Beliau mengucapkan salam. Nabi Idris menjawabnya, menyambut kedatangan beliau, dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit kelima. Di sana Rasulullah melihat Nabi Harun. Beliau mengucapkan salam. Nabi Idris menjawabnya, menyambut kedatangan beliau, dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit keenam. Di sana Rasulullah melihat Nabi Musa. Beliau mengucapkan salam. Nabi Idris menjawabnya, menyambut kedatangan beliau, dan menetapkan nubuwah beliau.

Ketika Rasulullah akan berlalu darinya, Musa menangis.

"Mengapa kau menangis?" ditanyakan kepadanya.

Musa menjawab, "Aku menangis karena ada seorang pemuda yang diutus sesudahku yang masuk surga bersama umatnya dan lebih banyak daripada umatku yang masuk ke sana."

Kemudian Rasulullah naik lagi ke langit ketujuh. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim. Beliau mengucapkan salam. Nabi Ibrahim menjawabnya, menyambut kedatangan beliau, dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian Rasulullah naik lagi ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa naik lagi ke Al Baitul Ma’mur. Kemudian beliau dibawa naik lagi untuk menghadap Allah Yang Maha Perkasa dan mendekat kepada-Nya, hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Lalu Allah mewahyukan apa yang diwahyukan kepada hamba-Nya. Allah mewajibkan kepada beliau shalat lima puluh kali sehari. Kemudian beliau kembali hingga bertemu Nabi Musa.

“Apa yang diperintahkan kepadamu?” tanya Nabi Musa.

“Shalat lima puluh kali sehari,” jawab Rasulullah.

“Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Kembalilah menemui Rabb-mu dan mintalah kepada-Nya keringanan bagi umatmu,” kata Nabi Musa.

Rasulullah memandang ke arah Jibril dan meminta pendapatnya. Maka Jibril mengisyaratkan, dengan berkata, “Itu benar, jika kau menghendaki.”

Bersama Jibril, Rasulullah naik lagi hingga menghadap Allah Yang Maha Perkasa, Yang tetap berada di tempat-Nya. Begitulah yang disebutkan dalam riwayat Al Bukhary dalam beberapa jalan. Jumlah shalat itu dikurangi sepuluh. Kemudian beliau turun lagi hingga bertemu kembali dengan Nabi Musa dan menyampaikan kabar kepadanya.

“Kembalilah lagi menemui Rabb-mu dan mintalah keringanan kepada-Nya,” kata Nabi Musa.

Kemudian Rasulullah kembali naik lagi atas saran Nabi Musa untuk meminta keringanan kepada Allah. Begitulah beliau mondar-mandir menemui Allah ‘Azza wa Jalla dan Nabi Musa, hingga shalat fardhu itu ditetapkan lima kali sehari.

Setelah itu, sebenarnya Nabi Musa masih meminta Rasulullah untuk kembali naik menemui Allah untuk meminta keringanan. Namun beliau bersabda, “Aku sudah malu kepada Rabb-ku. Aku sudah ridha dan bisa menerimanya.”

Setelah beberapa saat, terdengar sebuah seruan, “Kewajiban dari-Ku telah Ku-tetapkan dan telah Ku-ringankan bagi hamba-Ku.”

Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj ini banyak peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah. Beliau pernah ditawari susu atau khamr, lalu beliau memilih susu. Lalu dikatakan kepada beliau, “Kau telah dianugrahi fitrah atau kau telah mendapat fitrah. Jika kau memilih khamr berarti kau menyesatkan umatmu.”

Rasulullah juga melihat empat sungai di surga. Dua buah sungai yang tampak dan dua buah yang lainnya tak tampak. Dua sungai yang tampak itu adalah sungai Nil dan sungai Eufrat. Dengan kata lain risalah beliau akan menempati daerah yang subur antara keduanya, yang penduduknya akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bukan berarti sungai tersebut bersumber dari mata air di surga.

Rasulullah juga melihat malaikat penjaga neraka, yang tak pernah tersenyum dan di wajahnya tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat surga dan neraka.

Rasulullah melihat di dalam neraka orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti bibir onta. Mereka mengambil sebongkah api neraka langsung dengan bibirnya, lalu api itu keluar lagi dari duburnya.

Beliau juga melihat orang-orang pemakan riba. Perut mereka sangat buncit, sehingga mereka tak dapat beranjak dari tempat mereka karena beban perut yang begitu berat. Para pengikut Fir’aun melewati mereka tatkala digiring ke neraka, lalu mereka melemparkan orang-orang pemakan riba itu ke neraka juga.

Beliau melihat para pezina yang membawa daging berminyak yang baik di tangannya dan di sebelahnya ada daging yang jelek dan busuk. Mereka mengambil daging yang busuk dan membiarkan daging yang baik.

Beliau melihat para wanita yang suka memasuki rumah lelaki yang bukan anak-anaknya. Beliau melihat mereka bergelayutan pada payudara mereka.

Pada saat perjalanan pulangnya, Rasulullah melihat kafilah dari penduduk Mekkah, yang juga pernah dilihatnya saat keberangkatannya pada malam itu. Beliau menunjukkan seekor unta milik mereka yang terlepas. Beliau juga meminum air mereka di dalam bejana yang tertutup sementara mereka sedang tidur, lalu meninggalkan bejana itu dalam keadaan tertutup. Ini merupakan bukti kebenaran pernyataan beliau yang disampaikan esok harinya setelah malam Isra’ Mi’raj.
 
Bls: Mu'jizat-Mu'jizat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

11. Terbelahnya Bulan

Orang-orang musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau kau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok) ?”

Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian inginkan ?”

Mereka menjawab, “Coba belahlah bulan!”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menolongnya. Maka Allah memberitahu beliau agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya.

Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, “Muhammad, kau benar-benar telah menyihir kami!”

Akan tetapi para ahli sihir mengatakan bahwa memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan.

Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?”

Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali.” Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar).


12. Keluarnya Air di Sela-sela Jari Rasulullah

Diriwayatkan oleh 'Abdullah:

"Dalam pandangan kami mu'jizat adalah anugerah Allah, tetapi dalam pandangan kalian mu'jizat adalah peringatan. Suatu ketika kami menyertai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam sebuah perjalanan dan kami nyaris kehabisan air. Beliau bersabda: "Bawalah kemari air yang tersisa!" orang-orang membawa kantung yang berisi sedikit air. Nabi memasukkan telapak tangannya kedalam kantung itu dan berkata, "Mendekatlah pada air yang diberkahi dan ini berkah dari Allah." Aku melihat air memancar dari sela-sela jemari tangan Rasulullah." (Sahih Bukhari, juz 5 no 779).

Diriwayatkan oleh Anas:

"Semangkuk air dibawa kehadapan Nabi di Al Zawra. Nabi memasukkan kedua telapak tangannya kedalam mangkok itu dan air memancar dari jari-jemarinya. Semua orang berwudhu dengan air itu. Qatadah berkata kepada Anas, "Berapa orang yang hadir pada waktu itu?" Anas menjawab, "Tiga ratus orang atau mendekati tiga ratus orang."
(Sahih Bukhari, juz 4 no 772).


13. Mimbar Menangis

Diriwayatkan oleh Ibn Umar:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik keatas mimbar dan berkotbah. Sementara beliau berkotbah, beliau mendengar mimbar itu menangis seperti tangisan anak kecil, sehingga seakan-akan mimbar itu mau pecah. Lalu beliau turun dari mimbar dan merangkul mimbar itu sehingga tangisnya berkurang sampai mimbar itu diam sama sekali. Rasulullah berkata: "Mimbar itu menangis mendengar ayat-ayat Allah dibacakan diatasnya."
(Sahih Bukhari juz 4 no 783).


14. Pohon Kurma Berbuah Seketika

Diriwayatkan oleh Jabir:

Sewaktu Bapakku meninggal, ia masih mempunyai utang yang banyak. Kemudian, aku mendatangi Rasulullah saw untuk melaporkan kepada Beliau mengenai utang bapakku. Aku berkata kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, bapakku telah meninggalkan banyak hutang. Aku sendiri sudah tidak mempunyai apa-apa lagi kecuali yang keluar dari pohon kurma. Akan tetapi pohon kurma itu sudah dua tahun tidak berbuah. Hal ini sengaja aku sampaikan kepada Rasulullah agar orang yang memiliki piutang tersebut tidak berbuat buruk kepadaku. Kemudian Rasulullah mengajakku pergi ke kebun kurma. Sesampainya disana beliau mengitari pohon kurmaku yang dilanjutkan dengan berdo'a. Setelah itu beliau duduk seraya berkata kepadaku, "Ambillah buahnya." Mendengar perintah Rasulullah saw tersebut, aku langsung memanjat pohon kurma untuk memetik buahnya yang tiba-tiba berbuah. Buah kurma itu kupetik sampai cukup jumlahnya untuk menutupi utang bapakku, bahkan sampai lebih. (Sahih Bukhari Juz 4 no 780)


15. Berhala-Berhala Runtuh hanya Dengan Tunjukan Rasulullah


Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas'ud r.a katanya:

Ketika Rasulullah memasuki Mekkah terdapat sebanyak tiga ratus enam puluh buah berhala di persekitaran Kaabah. Lalu Rasulullah meruntuhkannya dengan menggunakan tongkat yang berada di tangannya seraya bersabda: Bermaksud: Telah datang kebenaran dan musnahlah kebatilan karena sesungguhnya kebatilan itu, adalah sesuatu yang pasti musnah. Bermaksud: Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan bermula dan tidak akan berulang. Ibnu Abu Umar menambah: Peristiwa itu terjadi pada masa pembukaan Kota Mekah.
(Sahih Bukhari, kitab Jihad)
 
Bls: Mu'jizat-Mu'jizat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

16. Roti sedikit cukup untuk orang banyak

Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya:

Abu Talhah telah berkata kepada Ummu Sulaim, “Aku mendengar suara Rasulullah begitu lemah. Aku tahu beliau dalam keadaan lapar. Apakah kau mempunyai sesuatu?”

Ummu Sulaim menjawab, “Ya!” Kemudiannya dia menghasilkan beberapa buah roti dari gandum. Dan setelah itu mengambil kerudungnya dan membungkus roti itu dengan separuh kerudungnya, lalu disisipkan di bawah bajuku, sedangkan yang separuh lagi diselendangkan kepadaku. Setelah itu dia menyuruhku pergi ke tempat Rasulullah. Akupun berangkat membawa roti yang dibungkus kain kerudung itu. Aku mendapatkan Rasulullah yang sedang duduk di dalam masjid bersama orang-orang dan berada di sisi mereka.

Rasulullah bertanya, “Abu Talhah yang mengutusmu?”

Aku menjawab, “Ya, benar!”

Rasulullah bertanya lagi, “Untuk makanan?”

Aku menjawab, “Ya!”

Rasulullah bersabda kepada orang-ramai yang bersama beliau, “Bangunlah kamu sekalian!” Rasulullah lalu berangkat diiringi para sahabat dan aku berjalan di antara mereka untuk segera memberitahu Abu Talhah.

Maka Abu Talhah berkata, “Wahai Ummu Sulaim! Rasulullah telah datang bersama para sahabatnya, padahal kita tidak mempunyai makanan yang mencukupi untuk mereka.”

Dia menjawab, “Allah dan RasulNya lebih tahu.”

Lalu Abu Talhah menjemput Rasulullah dan Rasulullah pun masuk bersamanya.

Rasulullah bersabda, “Bawakan ke sini apa yang ada di sisimu wahai Ummu Sulaim!”

Ummu Sulaim terus membawa roti tersebut kepada Rasulullah kemudian memerah bekas lemaknya untuk dijadikan lauk dimakan dengan roti.

Kemudian Rasulullah mendoakan makanan itu. Setelah itu beliau bersabda, “Izinkan sepuluh orang masuk!”

Abu Talhah memanggil sepuluh orang Sahabat. Mereka makan sehingga kenyang kemudian keluar.

Rasulullah menyambung, “Biarkan sepuluh orang lagi masuk.” Sepuluh orang berikutnya pun masuk dan makan sehingga kenyang lalu keluar.

Rasulullah kemudian bersabda lagi, “Suruhlah sepuluh orang lagi masuk.” Demikian berlaku terus-menerus sehingga semua orang dapat makan hingga kenyang, padahal jumlah mereka adalah lebih kurang tujuh puluh atau delapan puluh orang.

(Sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).
 
Back
Top