lala_lulu
New member
Sejak lama musik dijadikan terapi kecerdasan anak. Musik diperdengarkan sejak anak masih dalam bentuk janin di dalam kandungan ibunya. Kini, musik juga wajib didengar oleh manusia dewasa, khususnya penderita parkinson. Tujuannya untuk mengembalikan “kecerdasannya”.
Penyakit parkinson adalah penyakit neurologik kronis progesif, yang menyebabkan ketidakmampuan yang semakin memburuk dan semakin mengganggu untuk jangka panjang.
Kondisi ini terutama ditandai oleh gangguan gejala motorik seperti tremor istirahat, kekakuan otot, perubahan pastur tubuh, dan kesulitan atau melambatnya gerakan. Penyakit parkinson juga bisa dibilang penyakit tua.
Penderita parkinson di seluruh dunia mencapai 6,3 juta. Sebanyak 1,6 per 100 orang berusia di atas 65 tahun dan 1 per 50 orang berusia di atas 80 tahun. Rata-rata penyakit parkinson dimulai usia 60 tahun. Walaupun ada juga kasus mengenai mereka yang berusia 40 tahun. Petinju legendaris Muhamad All salah satu pesohor yang menderita parkinson di usia itu.
Dr Rocksy Fransisca VS, SpS mengatakan, bagi orang yang bukan penderita parkinson, menggerakkan tubuh bukanlah hal yang sulit. Gerakan tubuh begitu mudah, karena terjadi begitu saja dan refleks.
Bagi penderita parkinson, refleks itu sudah hilang. Musik yang memiliki ritme bisa menjadi stimulus pusat motorik di otak si penderita, sehingga membantunya untuk lebih mudah mengawali suatu gerakan, seperti ketika penderita melangkah sambil mengikuti ritmik pada musik.
Musik yang didengarkan bisa beragam, misalnya musik gamelan, perkusi, angklung, musik China, atau alunan nada dant alat musik lain. Semua tergantung dari individu yang bersangkutan.
Perbaiki mood
Dengan mendengarkan musik, otak menjadi aktif mendengar dan menstimulasi untuk aktif bergerak lagi. Selain itu juga menciptakan suasana rileks, serta memperbaiki mood.
Ritme ini membantu penderita untuk bangun dan bergerak. Setiap pasien beda dan merespon musik yang didengarkannya. Ada yang setelah mendengar gamelan menjadi bergerak. Semua itu dipengaruhi emosi atau masa lalu dan budaya yang melatarbelakangi pasien tersebut.” kata Rocksy dalam talkshow bertema “Peranan Musik Dalam Penanganan Penyakit Parkinson” di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan stimulasi ini dilakukan cukup 30 menit, setiap hari atau sedikitnya dua kali dalam seminggu. Selain membantu penderita parkinson bergerak, mendengarkan musik yang disenanginya juga membantu pasien yang sulit tidur menjadi gampang tidur.
Tadinya ja1an kecil-kecil lalu menjadi langkah yang lebar dengan mengikuti ritmik musiknya. Pasien dilatih mendengarkan musik, dan selanjutnya metode pasif dengan mengajarkan bermain musik atau bernyanyi,” tambah dokter yang kini praktik di RS Siloam Gleneagles, Karawaci, Kota Tangerang.
Selain sulit untuk bergerak, penderita juga sulit untuk bersuara dan berbicara. Suara yang keluar semakin kecil lalu tidak jelas. Untuk itu, sambil mendengarkan musik penderita akan ikut bernyanyi, memperbaiki sistem pernafasan, melatih otot-otot bicara sehingga suara tidak kecil lagi. Agar semangat, menyanyi sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan keluarga pasien.
Sesuaikan keinginan
Rocksy menambahkan yang terpenting bagi dokter dan anggota keluarga untuk melakukan terapi itu adalah mencari musik dan lagu-lagu yang disukai oleh penderita parkinson sehingga memberikan efek stimulasi.
“Yang penting punya ritme. Kalau ada yang bilang tidak suka musik, musik yang mana yang tidak disukai. Musik bisa mempengaruhi semua orang. Eksplorasi musik rege, chacha, gamelan, dansa, dangdut, disko, semua harus dieksplorasi mana yang disukai,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr Dewi Gentari, SpS menambahkan, jika salah mencari musik yang tepat untuk pasien, biasanya pasiennya akan menjadi stres sehingga terapi musik ini kuncinya adalah mencari musik yang benar-benar disukai oleh penderita.
Selain terapi musik, penanganan penyakit parkinson dilakukan dengan obat-obatan sampai operasi. Pemberian obat, kata Rocksy untuk mengatasi tanda dan gejala penyakit parkinson serta memperlambat gejalanya. Sementara itu, selain terapi musik. ada juga terapi yang dilakukan dengan cara senam, dansa, meditasi, nutrisi, dan terapi kelompok.
“Penanganan penyakit parkinson sifatnya rekreasi tapi kontinyu untuk mendapatkan hasil,” katanya lagi. Kemudian, biarkan orang berusia lanjut untuk tetap aktif melakukan apa yang disukainya tapi tidak membebani.
Sumber : Republika
Penyakit parkinson adalah penyakit neurologik kronis progesif, yang menyebabkan ketidakmampuan yang semakin memburuk dan semakin mengganggu untuk jangka panjang.
Kondisi ini terutama ditandai oleh gangguan gejala motorik seperti tremor istirahat, kekakuan otot, perubahan pastur tubuh, dan kesulitan atau melambatnya gerakan. Penyakit parkinson juga bisa dibilang penyakit tua.
Penderita parkinson di seluruh dunia mencapai 6,3 juta. Sebanyak 1,6 per 100 orang berusia di atas 65 tahun dan 1 per 50 orang berusia di atas 80 tahun. Rata-rata penyakit parkinson dimulai usia 60 tahun. Walaupun ada juga kasus mengenai mereka yang berusia 40 tahun. Petinju legendaris Muhamad All salah satu pesohor yang menderita parkinson di usia itu.
Dr Rocksy Fransisca VS, SpS mengatakan, bagi orang yang bukan penderita parkinson, menggerakkan tubuh bukanlah hal yang sulit. Gerakan tubuh begitu mudah, karena terjadi begitu saja dan refleks.
Bagi penderita parkinson, refleks itu sudah hilang. Musik yang memiliki ritme bisa menjadi stimulus pusat motorik di otak si penderita, sehingga membantunya untuk lebih mudah mengawali suatu gerakan, seperti ketika penderita melangkah sambil mengikuti ritmik pada musik.
Musik yang didengarkan bisa beragam, misalnya musik gamelan, perkusi, angklung, musik China, atau alunan nada dant alat musik lain. Semua tergantung dari individu yang bersangkutan.
Perbaiki mood
Dengan mendengarkan musik, otak menjadi aktif mendengar dan menstimulasi untuk aktif bergerak lagi. Selain itu juga menciptakan suasana rileks, serta memperbaiki mood.
Ritme ini membantu penderita untuk bangun dan bergerak. Setiap pasien beda dan merespon musik yang didengarkannya. Ada yang setelah mendengar gamelan menjadi bergerak. Semua itu dipengaruhi emosi atau masa lalu dan budaya yang melatarbelakangi pasien tersebut.” kata Rocksy dalam talkshow bertema “Peranan Musik Dalam Penanganan Penyakit Parkinson” di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan stimulasi ini dilakukan cukup 30 menit, setiap hari atau sedikitnya dua kali dalam seminggu. Selain membantu penderita parkinson bergerak, mendengarkan musik yang disenanginya juga membantu pasien yang sulit tidur menjadi gampang tidur.
Tadinya ja1an kecil-kecil lalu menjadi langkah yang lebar dengan mengikuti ritmik musiknya. Pasien dilatih mendengarkan musik, dan selanjutnya metode pasif dengan mengajarkan bermain musik atau bernyanyi,” tambah dokter yang kini praktik di RS Siloam Gleneagles, Karawaci, Kota Tangerang.
Selain sulit untuk bergerak, penderita juga sulit untuk bersuara dan berbicara. Suara yang keluar semakin kecil lalu tidak jelas. Untuk itu, sambil mendengarkan musik penderita akan ikut bernyanyi, memperbaiki sistem pernafasan, melatih otot-otot bicara sehingga suara tidak kecil lagi. Agar semangat, menyanyi sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan keluarga pasien.
Sesuaikan keinginan
Rocksy menambahkan yang terpenting bagi dokter dan anggota keluarga untuk melakukan terapi itu adalah mencari musik dan lagu-lagu yang disukai oleh penderita parkinson sehingga memberikan efek stimulasi.
“Yang penting punya ritme. Kalau ada yang bilang tidak suka musik, musik yang mana yang tidak disukai. Musik bisa mempengaruhi semua orang. Eksplorasi musik rege, chacha, gamelan, dansa, dangdut, disko, semua harus dieksplorasi mana yang disukai,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr Dewi Gentari, SpS menambahkan, jika salah mencari musik yang tepat untuk pasien, biasanya pasiennya akan menjadi stres sehingga terapi musik ini kuncinya adalah mencari musik yang benar-benar disukai oleh penderita.
Selain terapi musik, penanganan penyakit parkinson dilakukan dengan obat-obatan sampai operasi. Pemberian obat, kata Rocksy untuk mengatasi tanda dan gejala penyakit parkinson serta memperlambat gejalanya. Sementara itu, selain terapi musik. ada juga terapi yang dilakukan dengan cara senam, dansa, meditasi, nutrisi, dan terapi kelompok.
“Penanganan penyakit parkinson sifatnya rekreasi tapi kontinyu untuk mendapatkan hasil,” katanya lagi. Kemudian, biarkan orang berusia lanjut untuk tetap aktif melakukan apa yang disukainya tapi tidak membebani.
Sumber : Republika