gustianalamsyah
New member
Mi ramen menjadi salah satu komoditas paling berharga bagi orang-orang dalam penjara di Amerika Serikat (AS), baik tahanan maupun petugas. Dalam sebuah studi terbaru, terlihat bahwa banyak dari mereka yang lebih memilih makanan itu dibandingkan rokok.
Kepopuleran ramen yang mengalahkan rokok ini disebut karena kualitas dan kuantitas makanan tersebut. Selama ini, makanan dalam penjara dinilai cukup buruk, dan khususnya terasa bagi para narapidana yang tidak bisa memilih makanan apapun.
"Karena ramen murah, namun lezat dan kaya akan kalori, makanan ini menjadi begitu berharga dibandingkan dengan barang lainnya di dalam penjara," ujar penulis studi Michael Gibson Light, dilansir BBC.
Dalam sebuah data penjara AS, terlihat jumlah kebutuhan belanja yang diberikan tidak sesuai dengan banyaknya narapidana yang ada. Jumlah makanan yang tersedia selama beberapa dekade terakhir terus menurun dan dapat memiliki implikasi serius.
"Tahanan begitu senang dengan kualitas dan kuantitas makanan penjara yang mereka terima yaitu ramen," kata Michael.
Ia menjelaskan, dari segi ekonomi petugas penjara sangat beruntung dapat mengandalkan ramen yang harganya terjangkau. Belum lagi, produk makanan tersebut cukup tahan lama, sehingga dapat disimpan dalam jangka panjang.
Ramen juga berfungsi sebagai alat tukar bagi para tahanan penjara. Karena banyak dari mereka yang menyukai makanan itu, tak jarang beberapa permainan dalam penjara diimingi dengan hadiah mi tersebut.
Tidak seperti sebelumnya, rokok menjadi andalan pertukaran antara para tahanan. Namun, kini mereka jauh lebih memilih ramen, termasuk menggunakannya sebagai pengganti mata uang dalam tar#han permainan kartu.
SUMBER
Kepopuleran ramen yang mengalahkan rokok ini disebut karena kualitas dan kuantitas makanan tersebut. Selama ini, makanan dalam penjara dinilai cukup buruk, dan khususnya terasa bagi para narapidana yang tidak bisa memilih makanan apapun.
"Karena ramen murah, namun lezat dan kaya akan kalori, makanan ini menjadi begitu berharga dibandingkan dengan barang lainnya di dalam penjara," ujar penulis studi Michael Gibson Light, dilansir BBC.
Dalam sebuah data penjara AS, terlihat jumlah kebutuhan belanja yang diberikan tidak sesuai dengan banyaknya narapidana yang ada. Jumlah makanan yang tersedia selama beberapa dekade terakhir terus menurun dan dapat memiliki implikasi serius.
"Tahanan begitu senang dengan kualitas dan kuantitas makanan penjara yang mereka terima yaitu ramen," kata Michael.
Ia menjelaskan, dari segi ekonomi petugas penjara sangat beruntung dapat mengandalkan ramen yang harganya terjangkau. Belum lagi, produk makanan tersebut cukup tahan lama, sehingga dapat disimpan dalam jangka panjang.
Ramen juga berfungsi sebagai alat tukar bagi para tahanan penjara. Karena banyak dari mereka yang menyukai makanan itu, tak jarang beberapa permainan dalam penjara diimingi dengan hadiah mi tersebut.
Tidak seperti sebelumnya, rokok menjadi andalan pertukaran antara para tahanan. Namun, kini mereka jauh lebih memilih ramen, termasuk menggunakannya sebagai pengganti mata uang dalam tar#han permainan kartu.
SUMBER