alanlejac
New member
Hari ini di pabrik kami terjadi obrolan “warung kopi” , diantara kami bertiga dengan Pak “Aduh” [ sebut saja demikian ]. Pak Aduh adalah tangan kanan dari pemilik perusahaan ekpedisi yang sering mengirimkan barang-barang kami ke pelanggan yang berada di Pulau Jawa. Pak Aduh datang, seperti biasa untuk mengurus tagihan, dan karena pertemuan terakhir adalah bulan lalu sebelum pemilu, maka pada pertemuan kali ini karena setelah pemilu, perbincangan kami agak melenceng dari yang biasanya berupa masalah kondisi bisnis menjadi masalah politik dan caleg.
Adik saya bertanya, “ Pemilu kemarin nyontreng apa nih Pak Aduh ? “
“Hmm…saya mancing sama istri, anak dan cucu, nggak nyontreng ? “ Jawab Pak Aduh.
Terus adik sepupu saya bertanya, “ Emang bapak nggak masuk DPT ? “
“ Masuk sih, saya dapet tuh surat undangannya ! “ Kata Pak Aduh lagi, “ Tetapi saya nggak nyontreng dan lebih milih jadi golput. “
“ Kenapa bapak jadi golput ? “ Tanya saya dan melanjutkan lagi, “ Sama dong seperti kita-kita yang golput juga ! “
“ Ada dua hal yang membuat saya golput ! “ Kata Pak Aduh, “ Yang pertama…di daerah saya…kelihatan banget kalau banyak caleg yang membagi-bagikan duit kepada pemilih, sehingga hasilnya kita dah tahu. Tetangga saya yang punya empat anggota keluarga, pemilu kemaren dia bilang lumayan lah bisa dapat dua ratus ribu, belum lagi ditambah dengan BLT yang dibagikan sebelumnya…jadi tetangga saya tersebut sudah pasti memilih partai ??? … ah kalian tahu kan tanpa saya sebut nama partainya..”
“Kalau gitu sama dong pak dengan karyawan kami, sebelum pemilu kemarin ibunya datang kepadanya setelah menerima BLT dan meminta kepada anaknya yang menjadi karyawan kami untuk milih partai ini..???, ketika ditanya sama karyawan saya kenapa, ibunya bilang karena partai ini dan pimpinannya bisa kasih duit ke dia dan orang-orang seperti dia, sementara dari jaman dulu nggak pernah ! “ kata Adik saya.
“ Yah begitulah.. pemilu sekarang ..kalau partai nggak punya duit nggak bakal bisa dapat suara banyak. ! Orang-orang kebanyakan yang nggak ngerti seperti di kampung saya di Banten.. nggak peduli itu partai apa..mau partai Islam, mau demokrat, golkar atau pdi..yang penting yang bisa kasih duit ..akan mereka pilih. “ Pak Aduh berkata dan melanjutkan lagi, “ Masa kampanye kemarin saja bikin saya stress karena banyak truk yang ngandang, makanya ada banyak kiriman dari kalian yang ketunda karena.. sopir saya lebih suka ikut kampanye dari pada nyopirin truk . “
“ Kok Bisa gitu Pak ? “ Tanya saya .
“ Jadi gini, ada dua sopir saya yang memang orangnya lugu dan polos bilang, mending ikut kampanye dapet duitnya lebih banyak daripada narik. Ketika saya tanya kenapa, sopir saya menjelaskan, kalau dia bawa mobil yang bisa habis waktu 3 sampe 4 hari, setelah dipotong biaya-biaya, paling bisa bawa pulang hanya 300 sampai 500 ribu, tapi kalau dia ikut kampanye selama 3 hari dari partai yang berbeda, dengan total anggota keluarganya yang 5 orang, dan masing-masing dapat 50 ribu, maka sehari dapet 250 ribu, dan selama tiga hari bisa dapat 750 ribu, jadi lebih banyak dari pada natik truk, belum lagi dihitung capeknya kalau bawa truk ! Makanya sopir saya itu nggak masuk sampe 1 minggu waktu kampanye kemarin. “ Jawab pak Aduh.
“Terus alasan yang kedua apa Pak Aduh ? “ Tanya adik saya lagi.
“ kalau ini sih masalah iman, saya nggak mau bikin dosa. “ kata Pak Aduh lagi.
“ Kok Bikin dosa ? kan bapak Cuma nyontreng ! “ Tanya adik saya lagi.
“ Kalian tahu nggak , temen saya dulu yang satu pesantren sekarang sudah jadi anggota DPR, dan kalian tahu kalau kerjanya lebih banyak bikin dosa dari pada perbuatan yang memberikan pahala ! “ Jawab Pak Aduh.
“ Maksudnya ? “ tanya saya
“ Temen saya itu sejak jadi anggota DPR sekarang ini ngaku ama saya kalau dia sering berbuat mesum dan berzinah dengan banyak wanita. “ Kata Pak Aduh dan melanjutkan, “ ketika saya tanya dengan siapa, temen saya itu bilang yach dengan para wanita yang masih muda, sexy dan selalu pakai rok mini dimana mereka bisa adalah kiriman dari orang-orang tertentu yang butuh jasa temen saya itu atau bisa juga mereka adalah sales mobil, rumah atau asuransi yang menjual produk mereka kepada anggota DPR termasuk temen saya itu, yang juga ngaku bahwa dengan ruangan pribadinya sebagai anggota dewan, yang tertutup, dengan mudah mereka melakukan perbuatan tersebut. Dan kebetulan lagi… salah satu sopir di perusahaan saya bilang kalau adiknya yang jadi cleaning service di gedung DPR / MPR sering bingung, kalau dia membuang tempat sampah dari anggota dewan yang terhormat sering ditemukan banyak “alat pengaman”..???, …jadi apa yang dikatakan temen pesantren saya dulu.. klop bener sama apa yang dikatakan adik sopir saya yg jadi cleaning service di gedung dewan yang terhormat tersebut “
“ Terus apa hubungannya dengan dosa pak, kah itu sih wajar aja selama hubungan sex atau perzinahan tersebut saling menguntungkan dan tanpa ada paksaan ? “ Tanya sepupu saya seperti nggak ngerti.
“ Sebagai lulusan pesantren dan seorang Muslim, buat saya kalau saya memilih mereka, berarti saya mendukung perbuatan dosa, dan dengan demikian maka saya juga berdosa, makanya mendingan jadi golput saja deh ! “ Jawab pak Aduh dengan tenang dan disambut kami bertiga dengan senyum….
“ Terus, temen bapak yang dari satu pesantren, pemilu kemarin gimana, terpilih lagi nggak ? “ tanya adik saya lagi.
“ Untung dia kepilih, kalau nggak bisa gila dia. Tetangga rumah saya ada yang anggota DPRD di Banten, pemilu kemarin dia jadi anggota dari PPP terus sekarang pindah ke partai baru, entah gerindra atau hanura saya lupa…untuk pemilu kemarin dia sbagai caleg dah habis hampir 700 juta, dan hasilnya dia nggak kepilih. Kalian tahu jadi gimana dia ? Kerjanya bengong aja.. bahkan pernah ketika dia keluar rumah dengan pakai jas dan dasi rapi.. tetapi lupa pakai celana panjang hanya celana dalam saja, dan sekarang kalau nggak salah tetangga saya itu sudah di bawa ke rumah sakit jiwa. Tapi yang lucunya.. ketua tim suksesnya malah sekarang beli mobil baru walaupun bekas sih. “ Kata Pak Aduh lagi sambil tersenyum.
Obrolan kami terputus, sehubungan Pak Aduh dapat telpon yang mengharuskan dia untuk segera pamit dari pabrik kami.
Dari obrolan diatas, entah benar atau tidak apa yang diceritakan oleh Pak Aduh yang mengaku hanya lulusan pesantren yang setingkat SD saja, dan sekarang sudah berusia kira-kira 50 tahun, membuat kami bertiga, terutama saya, berpikir, “ Apakah demikian parahnya dunia perpolitikan di Negara yang kita cintai ini, dimana para politisi memakai segala cara terutama uang untuk mencapai kemenangan atas kekuasaan ? Dan apakah sedemikian rendah atau kurangnya pendidikan politik di masyarakat akar rumput, sehingga mereka menjadi sangat pragmatis, dengan menjatuhkan pilihan atau mencontreng partai yang paling menguntungkan saat itu ? Dan apakah semua anggota legislatif kita, entah di DPR, DPRD I dan DPRD II sedemikian bobrok moralnya ? walaupun saya yakin nggak semua mental mereka seperti itu, walaupun ada sebagian kecil dari mereka yang seperti itu.
Setiap orang yang memilih golput dengan sadar, ternyata punya pertimbangan masing-masing…terus…kapan yach, para politikus di Indonesia bisa lebih bener dan dewasa ???
Jakarta, 24 April 2009
Adik saya bertanya, “ Pemilu kemarin nyontreng apa nih Pak Aduh ? “
“Hmm…saya mancing sama istri, anak dan cucu, nggak nyontreng ? “ Jawab Pak Aduh.
Terus adik sepupu saya bertanya, “ Emang bapak nggak masuk DPT ? “
“ Masuk sih, saya dapet tuh surat undangannya ! “ Kata Pak Aduh lagi, “ Tetapi saya nggak nyontreng dan lebih milih jadi golput. “
“ Kenapa bapak jadi golput ? “ Tanya saya dan melanjutkan lagi, “ Sama dong seperti kita-kita yang golput juga ! “
“ Ada dua hal yang membuat saya golput ! “ Kata Pak Aduh, “ Yang pertama…di daerah saya…kelihatan banget kalau banyak caleg yang membagi-bagikan duit kepada pemilih, sehingga hasilnya kita dah tahu. Tetangga saya yang punya empat anggota keluarga, pemilu kemaren dia bilang lumayan lah bisa dapat dua ratus ribu, belum lagi ditambah dengan BLT yang dibagikan sebelumnya…jadi tetangga saya tersebut sudah pasti memilih partai ??? … ah kalian tahu kan tanpa saya sebut nama partainya..”
“Kalau gitu sama dong pak dengan karyawan kami, sebelum pemilu kemarin ibunya datang kepadanya setelah menerima BLT dan meminta kepada anaknya yang menjadi karyawan kami untuk milih partai ini..???, ketika ditanya sama karyawan saya kenapa, ibunya bilang karena partai ini dan pimpinannya bisa kasih duit ke dia dan orang-orang seperti dia, sementara dari jaman dulu nggak pernah ! “ kata Adik saya.
“ Yah begitulah.. pemilu sekarang ..kalau partai nggak punya duit nggak bakal bisa dapat suara banyak. ! Orang-orang kebanyakan yang nggak ngerti seperti di kampung saya di Banten.. nggak peduli itu partai apa..mau partai Islam, mau demokrat, golkar atau pdi..yang penting yang bisa kasih duit ..akan mereka pilih. “ Pak Aduh berkata dan melanjutkan lagi, “ Masa kampanye kemarin saja bikin saya stress karena banyak truk yang ngandang, makanya ada banyak kiriman dari kalian yang ketunda karena.. sopir saya lebih suka ikut kampanye dari pada nyopirin truk . “
“ Kok Bisa gitu Pak ? “ Tanya saya .
“ Jadi gini, ada dua sopir saya yang memang orangnya lugu dan polos bilang, mending ikut kampanye dapet duitnya lebih banyak daripada narik. Ketika saya tanya kenapa, sopir saya menjelaskan, kalau dia bawa mobil yang bisa habis waktu 3 sampe 4 hari, setelah dipotong biaya-biaya, paling bisa bawa pulang hanya 300 sampai 500 ribu, tapi kalau dia ikut kampanye selama 3 hari dari partai yang berbeda, dengan total anggota keluarganya yang 5 orang, dan masing-masing dapat 50 ribu, maka sehari dapet 250 ribu, dan selama tiga hari bisa dapat 750 ribu, jadi lebih banyak dari pada natik truk, belum lagi dihitung capeknya kalau bawa truk ! Makanya sopir saya itu nggak masuk sampe 1 minggu waktu kampanye kemarin. “ Jawab pak Aduh.
“Terus alasan yang kedua apa Pak Aduh ? “ Tanya adik saya lagi.
“ kalau ini sih masalah iman, saya nggak mau bikin dosa. “ kata Pak Aduh lagi.
“ Kok Bikin dosa ? kan bapak Cuma nyontreng ! “ Tanya adik saya lagi.
“ Kalian tahu nggak , temen saya dulu yang satu pesantren sekarang sudah jadi anggota DPR, dan kalian tahu kalau kerjanya lebih banyak bikin dosa dari pada perbuatan yang memberikan pahala ! “ Jawab Pak Aduh.
“ Maksudnya ? “ tanya saya
“ Temen saya itu sejak jadi anggota DPR sekarang ini ngaku ama saya kalau dia sering berbuat mesum dan berzinah dengan banyak wanita. “ Kata Pak Aduh dan melanjutkan, “ ketika saya tanya dengan siapa, temen saya itu bilang yach dengan para wanita yang masih muda, sexy dan selalu pakai rok mini dimana mereka bisa adalah kiriman dari orang-orang tertentu yang butuh jasa temen saya itu atau bisa juga mereka adalah sales mobil, rumah atau asuransi yang menjual produk mereka kepada anggota DPR termasuk temen saya itu, yang juga ngaku bahwa dengan ruangan pribadinya sebagai anggota dewan, yang tertutup, dengan mudah mereka melakukan perbuatan tersebut. Dan kebetulan lagi… salah satu sopir di perusahaan saya bilang kalau adiknya yang jadi cleaning service di gedung DPR / MPR sering bingung, kalau dia membuang tempat sampah dari anggota dewan yang terhormat sering ditemukan banyak “alat pengaman”..???, …jadi apa yang dikatakan temen pesantren saya dulu.. klop bener sama apa yang dikatakan adik sopir saya yg jadi cleaning service di gedung dewan yang terhormat tersebut “
“ Terus apa hubungannya dengan dosa pak, kah itu sih wajar aja selama hubungan sex atau perzinahan tersebut saling menguntungkan dan tanpa ada paksaan ? “ Tanya sepupu saya seperti nggak ngerti.
“ Sebagai lulusan pesantren dan seorang Muslim, buat saya kalau saya memilih mereka, berarti saya mendukung perbuatan dosa, dan dengan demikian maka saya juga berdosa, makanya mendingan jadi golput saja deh ! “ Jawab pak Aduh dengan tenang dan disambut kami bertiga dengan senyum….
“ Terus, temen bapak yang dari satu pesantren, pemilu kemarin gimana, terpilih lagi nggak ? “ tanya adik saya lagi.
“ Untung dia kepilih, kalau nggak bisa gila dia. Tetangga rumah saya ada yang anggota DPRD di Banten, pemilu kemarin dia jadi anggota dari PPP terus sekarang pindah ke partai baru, entah gerindra atau hanura saya lupa…untuk pemilu kemarin dia sbagai caleg dah habis hampir 700 juta, dan hasilnya dia nggak kepilih. Kalian tahu jadi gimana dia ? Kerjanya bengong aja.. bahkan pernah ketika dia keluar rumah dengan pakai jas dan dasi rapi.. tetapi lupa pakai celana panjang hanya celana dalam saja, dan sekarang kalau nggak salah tetangga saya itu sudah di bawa ke rumah sakit jiwa. Tapi yang lucunya.. ketua tim suksesnya malah sekarang beli mobil baru walaupun bekas sih. “ Kata Pak Aduh lagi sambil tersenyum.
Obrolan kami terputus, sehubungan Pak Aduh dapat telpon yang mengharuskan dia untuk segera pamit dari pabrik kami.
Dari obrolan diatas, entah benar atau tidak apa yang diceritakan oleh Pak Aduh yang mengaku hanya lulusan pesantren yang setingkat SD saja, dan sekarang sudah berusia kira-kira 50 tahun, membuat kami bertiga, terutama saya, berpikir, “ Apakah demikian parahnya dunia perpolitikan di Negara yang kita cintai ini, dimana para politisi memakai segala cara terutama uang untuk mencapai kemenangan atas kekuasaan ? Dan apakah sedemikian rendah atau kurangnya pendidikan politik di masyarakat akar rumput, sehingga mereka menjadi sangat pragmatis, dengan menjatuhkan pilihan atau mencontreng partai yang paling menguntungkan saat itu ? Dan apakah semua anggota legislatif kita, entah di DPR, DPRD I dan DPRD II sedemikian bobrok moralnya ? walaupun saya yakin nggak semua mental mereka seperti itu, walaupun ada sebagian kecil dari mereka yang seperti itu.
Setiap orang yang memilih golput dengan sadar, ternyata punya pertimbangan masing-masing…terus…kapan yach, para politikus di Indonesia bisa lebih bener dan dewasa ???
Jakarta, 24 April 2009