Orang Muda Saatnya Jadi Pemimpin?

andree_erlangga

New member
Amien Rais kembali meluncurkan gagasan menarik. Menurut dia, saatnya melakukan regenerasi kepemimpinan nasional. "Orang tua seperti saya (Amien, Red), Megawati, Gus Dur, SBY, JK itu sudah belong to the past,"ujarnya sebagaimana dikutip
Indo Pos(27/01). Meski tidak merujuk pada orang tertentu, Amin mematok kriteria tertentu, yaitu: berusia antara 40-50 tahun, paham ideologi bangsa, memahami peta globalisasi dan bijak.

Usulan ini langsung ditampik Akbar Tandjung (64 tahun). Bagi mantan Ketua umum DPP Golkar ini, kepemimpinan nasional itu merupakan panggilan jiwa, tak bisa dibagi-bagi berdasarkan batasan umur. Lagi pula, rakyat berhak menentukan figur yang pantas memegang kepemimpinan nasional. "Bangsa yang majemuk seperti ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat, berwibawa, dan memiliki pengalaman matang. Itu tidak lepas dari faktor usia, disertai pengalaman masa lalu yang panjang," katanya sebagaimana dikutip Suara Karya, (29/1)

Argumentasi berbeda diutarakanWimar Witoelar. Ia mengingatkan, agar jangan ada diskriminasi, baik terhadap orang tua atau orang muda untuk menjadi pemimpin (nasional atau lokal). Menurut pengelola perspektif.net ini, yang penting adalah, apakah kandidat itu dikategorikan good guy atau bad guy.

Dalam konteks lokal, gagasan serupa juga mengemuka dalam pilkada Jakarta. Menurut pengamat politik Bima Arya Soegiarto, Ph D, keterhadiran pemimpin muda merupakan keharusan untuk mencairkan kebekuan dalam sirkulasi kepemimpinan nasional. Yang tak kalah penting, katanya, orang muda umumnya lebih independen karena tak punya utang terhadap budi pada golongan /kelompok tertentu. Amien Rais kembali meluncurkan gagasan menarik. Menurut dia, saatnya melakukan regenerasi kepemimpinan nasional. "Orang tua seperti saya (Amien, Red), Megawati, Gus Dur, SBY, JK itu sudah belong to the past,"ujarnya sebagaimana dikutip
Indo Pos(27/01). Meski tidak merujuk pada orang tertentu, Amin mematok kriteria tertentu, yaitu: berusia antara 40-50 tahun, paham ideologi bangsa, memahami peta globalisasi dan bijak.

Usulan ini langsung ditampik Akbar Tandjung (64 tahun). Bagi mantan Ketua umum DPP Golkar ini, kepemimpinan nasional itu merupakan panggilan jiwa, tak bisa dibagi-bagi berdasarkan batasan umur. Lagi pula, rakyat berhak menentukan figur yang pantas memegang kepemimpinan nasional. "Bangsa yang majemuk seperti ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat, berwibawa, dan memiliki pengalaman matang. Itu tidak lepas dari faktor usia, disertai pengalaman masa lalu yang panjang," katanya sebagaimana dikutip Suara Karya, (29/1)

Argumentasi berbeda diutarakanWimar Witoelar. Ia mengingatkan, agar jangan ada diskriminasi, baik terhadap orang tua atau orang muda untuk menjadi pemimpin (nasional atau lokal). Menurut pengelola perspektif.net ini, yang penting adalah, apakah kandidat itu dikategorikan good guy atau bad guy.

Dalam konteks lokal, gagasan serupa juga mengemuka dalam pilkada Jakarta. Menurut pengamat politik Bima Arya Soegiarto, Ph D, keterhadiran pemimpin muda merupakan keharusan untuk mencairkan kebekuan dalam sirkulasi kepemimpinan nasional. Yang tak kalah penting, katanya, orang muda umumnya lebih independen karena tak punya utang terhadap budi pada golongan /kelompok tertentu. (berpolitik.com)

Bagaimana menurut Anda?
 
Back
Top