Bls: Para Pecinta Kura-Kura
Catatan mengenai gizi utama untuk kura-kura darat dan efeknya pada pertumbuhan dan perkembangannya PDF Print E-mail
oleh A C Highfield
Pendahuluan
Penyakit yang berhubungan dengan makanan mewakili penyebab terbesar atas kematian pada kura-kura darat tangkaran yang masih anakan dan muda. Lambert melaporkan bahwa umur median kura-kura darat tangkaran adalah sbb testudo graeca 1,5 tahun, untuk testudo hermani 1,75 tahun, dan marginata 2,3 tahun. Tetapi di laporannya tidak ada alasan yang diberikan secara klinis mengapa kematian ini terjadi, di laporannya hanya menunjukan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang ada di alam aslinya dan tempurung yang cacat menjadi ciri khas pada mereka. Data umur-umur ini mirip dengan data-data yang telah dikumpulkan dari anggota masyarakat dan juga pemelihara-pemelihara yang belum berpengalaman. Pengamatan secara rinci pada tempat kehidupan dan jasadnya mengungkapkan bahwa adanya faktor-faktor klinis yang dapat terelakan, terutama penyebab masalah nutrisi tambahan pertumbuhan cacat tulang yang parah dan kurangnya rasio perbandingan gizi Kalsium dan Fosfor (Calcium: Phospor - Ca
) yang seringkali dikombinasikan dengan gangguan radang hati, saluran kencing gangguan dengan ginjal dan endapan asam uric dalam saluran ginjal. Kondisi gangguan ginjal adalah kondisi yang paling sering ditemukan pada kasus-kasus dimana makanan berprotein tinggi diberikan pada kura-kura herbivora, padahal di habitat aslinya, kura-kura ini hanya mendapat makanan berprotein yang jauh lebih rendah. Banyaknya timbulnya penyakit ginjal dan hati telah diketahui cukup lama, baik itu pada laporan dokter hewan dan penelitian autopsi kura-kura tangkaran.Penyelidikan Keymers pada tahun 1978, dari hasil 144 penelitian penyakit melaporkan bahwa dari total kematian, 27% disebabkan oleh saluran pencernaan(gi tract), 11% oleh masalah hati dan 9% oleh masalah ginjal, 22,2% oleh masalah gizi lainnya. Hasil ini didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan 77,8% di London Zoo dan sisanya dari hewan yg dimiliki oleh anggota masyarakat. Penyelidikan kedua dilakukan oleh Rosskopf yang meneliti khusus pada kura-kura yang dipelihara sebagai hewan peliharaan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa 72,6% kematian disebabkan oleh masalah hati yang parah; 53% oleh penyakit pernafasan – terutama radang paru-paru (pneumonia) 50.7 % oleh masalah saluran pencernaan, 40,6% oleh penyakit ginjal dan 34,3% oleh masalah kelainan jantung.
Perlu ditekankan pada kedua penyelidikan tersebut bahwa masalah pencernaan adalah masalah yang terpenting. Dan timbulnya penyakit hati dan ginjal lebih banyak ditemukan pada kura-kura yang diperlihara sebagai hewan peliharaan.
Dari penyelidikan tortoise trust, kura-kura darat yang dipelihara orang-orang juga mengungkapkan timbulnya masalah penyakit ginjal dan hati cukup banyak.
Menarik untuk diperhatikan juga bahwa iguana herbivora tangkaran juga sering memperlihatkan masalah gizi yang hampir sama.
Masalah nutrisi
Masalah ini mungkin lebih berguna dibagi menjadi dua grup utama:
a. penyakit karena kelebihan/kebanyakan
b. penyakit karena kekurangan
Secara medis, kombinasi dari grup ini sudah biasa terjadi contohnya tempurung yang tak beraturan yang disebabkan oleh kekurangan kalsium dan bersamaan dengan masalah hati dan ginjal yang disebabkan oleh konsumsi akan lemak jenuh, protein dan nitrat yang berlebihan. Prakteknya, kombinasi pertumbuhan yang normal dan perkembangan tulang tempurung yang cukup baik tanpa adanya kematian dapat dicapai dengan menyediakan perhatian yang cukup pada kebutuhan gizi dan kadar beberapa elemen yang cukup. Faktor gizi dipertimbangkan sebagai yang lebih penting pada pertumbuhan dan perkembangan daripada pengaruh iklim. Meskipun akhirnya pengaruh iklim sering menjadi sangat penting dalam pemicu siklus perkembang-biakan.
Kalsium
Kebutuhan kalsium pada kura-kura bervariasi dan bertambah selama tahap pertumbuhan dan pada kasus pembentukan telur pada betina. Untuk pertumbuhan 100%, berat naik sering terjadi pada delapan minggu pertama kehidupannya, jadi jelas pada masa inilah yang sangat penting. Kebutuhan kalsium juga tergantung pada faktor eksternal seperti jumlah fosfornya. Persediaan vitamin D3 juga ada kaitannya. Di alam aslinya, kura-kura darat asal gurun biasanya mengalami rasio kalsium dan fosfor antara 5:1 sampai 8:1. Proporsi terbesar tumbuhan yang dimakan adalah yang kaya akan kalsium daripada fosfornya, dan juga berprotein rendah dan berserat tinggi. Selanjutnya, tambahan beberapa elemen juga dikomsumsi seperti tanah, pasir dan partikel kerikil halus. Zwart mencatat bahwa kekurangan dari rasio perbandingan terpenting Ca
1,2:1 juga sering terjadi dan pada level dibawah ini osteoporosis dan sindrom tempurung lunak (osteomalacia) bersamaan dengan cacat skat lainnya terjadi. Pemberian sumplemen Vionate (buatan Ciba-Geigy) sering tidak mencukupi, karena produk ini sendiri berisi rasio perbandingan Ca
2:1 dan kelebihan fosfor pada makanan pokok mengurangi perbandingan yang sebenarnya didapat dari level kekurangan yang penting. Beberapa makanan yang dipakai oleh beberapa pemelihara sering mengacaukan keseimbangan kalsium, khususnya grup kacang polong(legume), tunas, dan makanan anjing, makanan kucing dan makanan yang berasal dari hewan. Makanan hewani sering memiliki rasio Ca
negatif sampai 1:44 atau lebih. Dimana 100g kacang pea biasannya mengandung 42 mg Ca dan 127 mg P, broad beans 27 mg Ca 160 mg P dan tunas kacang hijau(toge) 19 mg Ca dan 64 mg P.
Tingginya kandungan asam fitik (phytic acid) pada kacang kacang polong(legume) yang mengerakan Ca juga penyebab yg perlu diperhatikan. Dulu, setiap kacang ini telah dianjurkan sebagai pengganti yang cocok untuk makanan tambahan pada anakan kura yg baru menetas. Selada (lettuce) juga sering dituntut sebagai gizi utama, padahal memiliki Ca
yang relatif netral berkisar dari 20mg Ca dan 22mg P per 100g pada jenis iceberg; 68 mg Ca 25 mg P per 100g untuk jenis romaine. Meskipun tidak cukup jika hanya ini saja, selada berguna sebagai dasar netral untuk penambahan suplemen buatan yang dikontrol. Makanan kura-kura darat lainnya, dandelion. Dandelion benar-benar makanan yang berkwalitas tinggi. Dandelion mengandung 187 mg Ca 66 mg P per 100g dikombinasikan dengan 14,000 i.u- Vitamin-A, 1, 6g serat, 0 - 19mg thiamine dan 2,7g protein. Buah pisang dan daun yang sering dipakai proyek perkembang-biakan tropis sebagai makanan pokok yang mudah didapat adalah Ca
negatif dan bertanggung jawab atas pengaruh kekurangan Ca pada kura-kura yang tumbuh pesat. Umumnya mengandung 8 mg Ca sampai 30 mg P per 100g (saat masih segar), 32 mg Ca 104 mg P per 100 g (saat sudah kering).
Ada beberapa makanan yang pertama kelihatannya sumber kalsium yang baik ternyata tidak bagus setelah diteliti lebih dalam. Bit hijau (beet green), kale, bayem(spinach) dan anggota goosefoot rumpun Chenopodiaceae memiliki kandungan Ca yang tinggi tetapi mengikat dengan asam oxalik yang bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium oksalat tak larut.
Opuntia cacti, makanan umum untuk kura-kura darat di arid habitat seperti kura-kura Gopherus agassizzii dan Geochelone elephatopus. Opuntia cacti menyediakan 1,89% kalsium 0,02% fosfor. Makanan yang dipilih kura-kura Gopherus agassizzii itu sendiri juga menampakan perbandingan rasio Ca
yang positif
Makanan yang dipilih T.hermani dan T gracea di alam aslinya jarang didata, kecuali yang terlihat pada penelitian oleh Swingland dan Stubb yang mencatat bahwa 25% makanan T. hermanni berisi Ruaceae, 22% leguminoseae, 10% compositae dan 8 % Rannculaceae. Dibandingkan untuk T. graece berisi 30% plantago, 26% compositae dan 10% rubiaceae. Perbandingan rasio Ca
untuk makanan tersebut diatas adalah 3,5:1 dan isi protein umumnya adalah 2,75%.
Pemecahan praktisnya adalah dengan memilih semua makanan dengan hati-hati dan menghilangkan makanan yang memiliki rasio Ca
negatif dari makanan tetapnya. Makanan lainnya yang memiliki rasio netral dan positif dapat ditambahkan suplemen multivitamin dan bubuk mineral jika perlu, seperti dengan menambahkan kalsium karbonat sampai rasio paling sedikit nya 5:1 tercapai. Prakteknya, anakan T.graeca, geochelone pardalis dan geochelone carbonaria dipelihara seperti ini tidak memperlihatkan karapas/tempurung cacat dan pelindung veterbal yang menggunung; ciri khas nutritional secondary osteodystrophy fibrosa - masalah tambahan nutrisi pertumbuhan serat tulang yang pernah dikatakan oleh Lambert. Dan yang juga disebabkan oleh pertumbuhan keratin yang berlebihan dikombinasikan dengan setengah perkembangan dibawah lapisan bertulangnya.
Vitamin D dan sinar ultraviolet
Kura-kura di habitat aslinya hampir tidak mungkin menderita kekurangan vitamin atau hypovitominosis D3. Kekurangan vitamin D3 ini dapat terjadi pada hewan tangkaran yang sering kurang mendapatkan sinar matahari atau sinar UV-B buatan yang memiliki intensitas yang cukup. Tanda-tanda kekurangan vitamin ini termasuk daya gerak yang buruk, tempurung lunak (osteomalacia) dan tulang rapuh (osteoporosis). Makananan nabati/tumbuhan tidak mengandung vitamin D3. Tetapi kulit kura-kura darat kaya akan lemak yang mengandung sterols yang bereaksi dengan sinar UV untuk menghasilkan vitamin. Dengan tersedia sinar UV yang cukup, tambahan suplemen pun tidak diperlukan lagi. Sering kali pemelihara mengira kebutuhan vitamin D3 terlalu berlebihan sehingga terjadi pemberian overdosis. Salah satu akibatnya adalah metastatic mineralisasi tisu lunak. Vitamin D3 sangat beracun dan pada saat pemberian vitamin D3 harus dilakukan dengan hati-hati sekali. Jika kalsium dan fosfor disediakan pada rasio perbandingan yang benar dan tersedianya sinar UV yang cukup dan berkwalitas maka hampir tidak mungkin terkena hypovitominosis D3. Manusia membutuhkan 10 mikrogram (400iu) per hari yang mana dapat diperoleh dengan hanya terkena sinar matahari paling sedikit 3 jam. Kebutuhan kura-kura darat tidak diketahui secara terperinci meskipun Zwart menganjurkan 10-20.000 iu D3 per kg dari vitamin mineral suplemen yang diberikan secara rutin dengan dosis 2 % dari jumlah makanan adalah cara pencegahan yang efektif pada saat sinar UV tidak cukup tersedia.
Hypovitaminosis-B
Kekurangan vitamin B kompleks pernah ditemui pada anakan maupun dewasa kura-kura T. graeca and T. kleinmanni dimana kura-kura tersebut dipelihara dengan hanya diberi makan selada (lettuce) saja. Yang termasuk dalam grup vitamin B adalah thiamine riboflavin, pyridoxine, nicotinic acid, pantothenic acid, biotin, folic acid dan cobalamin. Tanda-tanda kekurangan secara medis adalah kurangnya koordinasi otot dan aneamia. Di alam bebas, kemungkinan besar kura-kura masih dapat mendapatkan kadar B12 yang cukup untuk berinteraksi dengan asam folik oleh mikroflora pencernaan dengan melibatkan kobalt. B12 tidak ada di tumbuhan tetapi penting untuk kehidupan. Meskipun dianjurkan oleh beberapa hertoplogist, ikan mentah bukanlah kategori makanan yang sesuai untuk kura-kura darat karena kandungan thiaminase mencegah sintesa dan penyerapan grup vitamin B. Kekurangan vitamin ini umunya terjadi diikuti dengan peradangan usus besar yang parah dan sindrom gagal penyerapan yang disebabkan oleh infeksi bibit flagellate pada saluran pencernaan.
Iodine
Gondok berserat (Fibrous goitere) atau hypothyroidism adalah hal yang biasa di antara kura-kura herbivora khususnya Geochelone elephantopus and Megalochelys gigantea yang dipelihara di kebun binatang dan yang diberi makan sayuran yang kaya akan anionic goitrogens (glucosinolates dan thiocyanates) seperti kol/kubis dan kale. Kondisi ini sering ditemui pada anakan T. graeca dan T. marginata tergantung pada pemberian makanan yang sama. Jenis sayuran yang menyebabkan ini harus dibatasi dan penambahan suplemen multi mineral yang mengandung iodine dengan dosis yang dianjurkan 6-10 mg per kg suplemen sebaiknya diberikan secari rutin setiap makan. Kadar iodine pada tumbuhan dari pegunungan atau tanaman yang tumbuh di tanah yang banyak mengandung kapur dapat lebih rendah daripada rata-rata.
Lemak
Penyakit kelebihan, steatitis atau perembesan lemak pada hati sering ditemui pada kura-kura tangkaran dan satu penyebab kematian yang pasti baik pada anakan maupun dewasa. Kura-kura herbivora tidak dilengkapi untuk memetabolisma lemak jenuh dan pada saat menemukan makanan yang mengandung lemak tinggi akan mengalami hepatosis yang serius menyebabkan penyakit kuning (jaundice) dan tidak mampun menyimpan vitamin A sehingga terjadi hypovitaminosis A yang sering terjadi bersamaan dengan penyakit hati. Di alam bebas, lemak jenuh dan lain sebagainya hampir tidak sama sekali dimakan, tetapi di penangkaran banyak pemelihara menyediakan sumber makanan yang kaya akan lemak ini. Makanan anjing, makanan kucing adalah makanan yang terburuk untuk kura kura karena adanya lemak ini. Tingkat metabolik normal pada kura-kura tangkaran berkurang dibandingkan dengan kura-kura di alam liar karena suhu yang rendah dan kurangnya waktu pencahyaan, maka dari itu tidak aneh jika banyak kematian yang ditemukan, pada jasadnya menderita karena kegemukan dan luka lemak kotor pada hati. Analisa botani makanan asli untuk kura-kura T. graeca and G. agassizzii dapat dianggap jenis kura-kura yang hidup pada biotipe yang sama menandakan bahwa kadar rata-rata konsumsi lemak polyunsaturated adalah 0,35 g per 100 g tumbuhan. Kasus hati yang ada saat ini dapat ditanggulangi oleh perawatan dokter dengan thyroxine dan vitamin-E.
Protein
Kura-kura tangkaran seringkali diberi makanan yang kaya akan protein yang berguna dengan faktor jumlah yang lebih besar daripada mereka dapatkan jika di alam liar dan ini pun dikombinasikan dengan kekurangan kalsium yang menjadi penyebab utama langsung pada grup umur median 1,5 sampai 1,75 tahun. Pertumbuhan kura-kura seperti itu sangat bertambah cepat dan umur kawin dewasa yang diteliti pada kura-kura tangkaran T.ibera hanya dalam 19 bulan saja. Kura-kura ini berbobot 565 g dan memiliki panjang karapas 148 mm.Terlihat adanya cacat karapas dan pertumbuhan keratin berlebihan, paruhnya tumbuh terlalu berlebihan sampai menganggu saat makan yang biasa. Pengamatan yang sama ditemui pada anakan Gopherus agassizzii tangkaran yang diternak di Amerika. Dimana oleh pemelihara tidak berpengalaman, makanan berkalsium berprotein tinggi dari tumbuhan diberikan pada anakan kura-kura bukan makanan yang seharusnya disusun sedekat mungkin menyerupai dengan makanan yang ditemui di alam aslinya untuk jenis tersebut.
Disamping merangsang pertumbuhan yang berlebihan dan keratin khususnya kebutuhan kalsium bertambah menjadi jauh lebih banyak, jumlah kadar protein yang tinggi mempunyai dua efek:
a. ada efek langsung pada kemampuan menyerap kalsium
b. banyak protein menyebabkan kadar darah urea yang tinggi dan akibatnya menambah jumlah kotoran nitrogen untuk diproses pada sistem ginjal.
Sayangnya tidak ada data yang tersedia tentang darah urea nitrogen dan kadar creatinine pada populasi di alam aslinya dan kebanyakan penelitian yang dihasilkan tergantung pada data yang didapat dari jenis tangkaran yang kebanyakan dipelihara oleh masyarakat. Walaupun berguna, data ini tidak dapat disamakan untuk menggambarkan darah normal kura-kura di habitat aslinya. Jadi tidak aneh untuk kura-kura herbivora yang dipelihara dengan makanan berprotein tinggi tidak alami memperlihatkan tanda-tanda gangguan fungsi ginjal. Hewan yg dehidrasi jelas paling berisiko dimana kumpulan asam uric bertimbun tidak hanya di saluran ginjal tetapi juga menyerang selaput jantung, hati dan organ lainnya. Kondisi tertentu telah dicatat termasuk interstitial nephrosis(penyakit ginjal) and glomerulosclerosis. Sekali lagi makanan yang berasal dari hewan berbahaya karena hanya mengandung kadar protein tinggi (17%) dan lemak jenuh, kaya akan fosfor, rendah kalsium tetapi juga kaya akan nitrat lainnya. Keju yang dulu pernah secara serius dianjurkan sebagai satu komponen makanan untuk juga memiliki efek yang sama (protein 25%). Kacang polong (legume) juga mengandung protein yang tinggi (10%) untuk jenis sayuran dan harus dihindari dengan alasan yang sama.
Kebutuhan protein untuk kebanyakan reptil belum dipelajari dengan cukup rinci dan tidak ada gambaran khusus yang dibuat untuk kura-kura darat herbivora. Analisa makanan asli kura-kura Gopherus agassizzii yang mana dalam banyak hal merupakan khas kura-kura darat herbivora beserta habitatnya, menganjurkan jumlah kandungan protein makanannya antara 1% dengan rumput dengan kadar 5% merupakan sebagian besar jumlah makanannya. Batas aman protein untuk makanan adalah sekitar 7% sama tingginya yang dapat diperoleh di alam aslinya oleh semua jenis kura-kura, meskipun pada masa berlimpahnya makanan yang tersedia. Jumlah kadar rata-rata 4% dapat mewakili perkiraan terdekat yang dapat ditemui pada habitat aslinya.
Walaupun kurangnya informasi tentang kebutuhan protein, gambaran tersebut adalah lebih sedikit kg untuk kg dibanding mamalia dimana 0,5g protein terpakai per kg akan menjadi kebutuhan umum sehari-hari. Kelihatannya memungkinkan bahwa kebutuhan protein untuk kura-kura yang sedang tumbuh adalah antara 0,2g protein per kg, meskipun ini bervariasi banyak tergantung dari jenis dan tingkat metabolismanya. Dengan ini, perlu diingat bahwa meskipun makanan berkwalitas rendah seperti selada(lettuce) mengandung protein rata-rata 1g per 100g dan kebanyakan kacang polong (legumes) mengandung diatas 7g/100g.
Di alam bebas, kura-kura darat tidak hanya menkomsusi dedaunan saja tetapi juga biji-bijian, buah-buahan, bunga, akar, kulit pohon, dan rerumputan. Baca penelitian oleh Samour, Spratt, Hart, Savage dan Hawkey. Mereka menyampaikan skala pemilihan makanan dari Megalochelys (Geochelone) gigantea sebagai contohnya. Pentingnya jumlah yang bervariasi ini tidak hanya menyediakan vitamin, mineral dan serat tetapi juga dengan dikombinasikan daun, kulit pohon, rumput dan biji-bjian memperbaiki asam amino tersedia sebagai proses pelengkap. Ini akan menambah efek potensi faktor pemanfaatan protein bersih (Net Protein Utilization-NPU) pada makanan. Bila kura-kura disediakan asam amino dengan jumlah yang cukup yang diperoleh dari keseimbangan bahan tumbuhan yang tepat, mereka akan hidup cukup baik pada makanan yang mengandung protein benar-benar rendah. Pemberian suplemen asam amino buatan tidak perlu disediakan jika makanan yang cukup tersedia . Dari kebanyakan hasil pathology di tangkaran terus menerus menunjukan bahwa kelebihan protein lah yang berbahaya daripada kekurangan protein. Produk-produk yang berasal dari daging memiliki NPU yang tinggi karena mereka mewakili sumber asam amino yang lengkap. 100g makanan anjing mengandung protein 15% dan diserap lebih banyak daripada sayuran yang mengandung protein dengan presentase yang sama. Di beberapa keadaan dan pada beberapa reptil mungkin bermanfaat tetapi pada herbivora tidak sesuai sama sekali. Makanan kura-kura darat liar umumnya mengandung protein nabati antara 2%-6% (jenis basah) yang diserap kira-kira 55%. Pada zaman penggunaan protein tinggi dipakai oleh beberapa pemelihara untuk kura-kura herbivora mengandung protein sampai 20% karena berasal dari sumber asam amino lengkap yang umumnya diserap pada rasio 70%.
Perlu diberi komentar pada pernyataan sering dibuat bahwa kura-kura darat yang hidup di habitat kering(arid) mendapat tambahan protein yang cukup banyak di alam liar dari akibat mengkonsumsi bangkai, laba-laba dan serangga lainnya. Pernyataan ini tidak didukung oleh analisa kotoran yang menunjukan bahwa jumlah yang dimakan sangat rendah hampir nol. Kadar sama dengan barang lainnya yang juga dimakan, termasuk batu-batu kecil, pasir, bulu burung, sisa kulit lizard dan bulu mamalia. Kebanyakan kura-kura darat akan memakan apa saja yang diberikan padanya tanpa memandang apakah itu enak dan bernutrisi atau tidak. Kura-kura raksasa di San Diego Zoo telah diketahui makan popcorn, balon, yogurt, bungkus, permen karet dan kuku berkutek. Akhirnya sampai diberi pagar. Analisa habitat menyarankan bahwa hewan dari daerah kering gersang (arid) tidak akan sering menemukan sumber protein hewani tetapi kura-kura yang dari daerah yang lebih lembab kemungkinan memiliki kesempatan yang banyak untuk protein hewani. Tentu, beberapa T. hermani mungkin seringkali memperlihatkan kecendurungan untuk memakan sejenis siput (slug) atau cacing yang sedang lewat tetapi mereka tidak berusaha secara aktif mencari makanan seperti itu. Dalam eksperimen yang dilakukan Highfield, T. graeca,T. ibera,T. marginata dan T. kleinmanni memperlihatkan kura-kura ini tidak tertarik pada sejenis siput (slug), cacing atau serangga yang diberikan dan tentu menunjukan prilaku penghindaran aktif dalam banyak hal.
Perananan simbiosis mikroflora pencernaan
Mikroflora usus pada kura-kura herbivora dihubungkan untuk memproses barang berserat yang relatif banyak, kaya akan karbohidrat selulosa. Ada alasan untuk menduga bahwa protozoa dan organisma siliat mempunyai peranan dalam proses ini bersama dengan agen bakteria lainnya yang tidak umum. Radang usus yang tidak tentu umum pada kura-kura tangakaran terhitung sampai 40% dari total kematian pada beberapa kasus. Kekurangan makanan berserat tentu menjadi salah satu faktornya dan jumlah makanan berserat dapat juga penting dalam mengontrol populasi parasit penyakit. Faktor lainnya yang bertanggung jawab atas banyaknya kejadian penyakit pada lambung adalah kemungkinannya adanya makanan hewani pada makanannya, di mana lambatnya proses fermentasi pada sistem pencernaan kura-kura herbivora memperlihatkan ketidak cocokannya dengan makana hewani.
Kesimpulan
Kebutuhan makanan pada kura-kura herbivora tangkaran lebih kompleks dibandingkan daripada yang telah diperkirakan oleh banyak pemelihara sebelumnya. Hubungan dan saling ketergantungan antar mineral, vitamin dan metabolisma protein jarang diselidiki secara rinci yang cukup dan banyak riset yang masih harus diselesaikan. Peranan dari sistem endokrin (endocrine) dalam hubungan metabolisma mineral adalah bidang lainnya yang sedang hasil penelitiannya. Telah jelas bahwa pendekatan yang sederhana dengan menyediakan makanan berkwalitas dalam istilah mamalia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kura-kura di mana kura-kura memiliki kebutuhan yang sangat berbeda sama sekali. Tentu saja, makanan yang mana merupakan makanan berkwalitas untuk mamalia atau reptil karnivora akan berakibat negatif jika diberikan pada kura-kura herbivora.