Pernah kah anda disakiti padahal anda tak punya salah apa-apa?
Saya pernah. Dan sakit sekali rasanya.
Lalu apakah anda memafkannya?
Apa Memaafkan sudah ada dalam kamus hidup anda sejak dulu? Mendoakan? Apa lagi! Berbuat baik pada yang berbuat buruk pada kita? Apakah Anda sudah kepikiran atau belum sama sekali? Maka anda punya dua pilihan. Pasrah atau balas. Maka pilihan kedua lah yang banyak akan dipilih : BALAS. Dan rasanya enak sekali. Balas dendam itu melegakan.
- /+
Belakangan saya belajar banyak mengenai ini. Suatu kepedihan – karena apapun atau siapapun – akan menjadi beban bila dipendam. Seseorang yang disakiti pada hakikatnya diberikan energi negatif. Maka bila energy negative itu tak dilepaskan, maka ia akan terus ada. Membebani. Terus menyakiti. Merusak. Bahkan bisa bertambah besar.
Karena itu, sangat penting melepaskan energi kepedihan itu.
Salah satu cara melepas energi kepedihan itu adalah dengan membalas pada orang yang telah melepaskan energy itu pada kita. Nah, dalam konteks ini, kita punya dua pilihan.
Pertama, membalas sama buruknya. Pilihan ini bisa melepas energy kepedihan itu. Tapi resikonya besar juga. Orang yang terkena energi pembalasan yang buruk ini, bisa membalas lagi pada kita. Pembalasan yang buruk pula. Maka dimulai lah sebuah siklus balas dendam tiada akhir yang sangat buruk. Pada pilihan ini, hinaan dibalas hinaan. Kecurangan dibalas kecurangan. Kemarahan dibalas kemaharan.
Kedua, membalas dengan energy baik / manis (sweet revenge). Pilihan in membuat kita membangkitkan energy baik yang bisa mengatasi dan mendorong keluar energy kepedihan yang ada di diri kita. Membalas jenis ini bisa mengakhiri kepedihan.
---
Here