Perempuan di Desa Pomahan Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang kini memiliki objek penghasilan baru, selain bekerja sebagai buruh tani di sektor perkebunan tembakau dan tebu. Mereka membudidayakan jamur tiram. Jamur tiram merupakan jamur pangan yang telah banyak dikembangkan di Indonesia. Hingga Sabtu (20/9) ini, sudah ada sedikitnya 10 orang perempuan di Desa Pomahan yang mengembangkan jenis jamur kayu ini. Erni dan Juanti, perempuan muda di desa ini menyebut budidaya jamur tiram cukup prospektif. 40 hari setelah pembibitan, mereka bisa memetik satu kilogram jamur tiram putih segar setiap hari. Mereka tak perlu menjualnya ke pasar karena pembeli datang menyambangi. Harganya Rp13.000 per kilogram. Namun, saat kemarau seperti sekarang, mereka harus rajin menyiram agar jamur tak menguning
Mochammad Amirudin, pelopor budidaya jamur tiram di Desa Pomahan juga menyebut jamur tiram banyak digemari masyarakat. Apalagi jika telah diolah menjadi beragam masakan, mulai keripik, nugget, botok, dan satai jamur. Dia sendiri menjual satai jamur dengan harga Rp5.000 per porsi dan laris manis. Melihat antusiasme para perempuan muda di desanya dalam mengembangkan jamur tiram, Amirudin berencana memproduksi oleh-oleh khas jamur dari Pomahan. Dia akan memasarkannya di daerah Rembang, karena memang belum ada semacam koperasi unit desa yang menampungnya. Dia yang juga mengembangkan jamur tiram mengakui, banyak kendala dalam budidaya komoditas ini. Yang paling mencolok, jika kemarau seperti saat ini. Jamur rentan menguning dan kering apabila terlambat disiram. Sementara kendala lain seperti virus atau penyakit, dia mengaku sudah biasa mengatasinya
Nugi Nugraha, salah seorang konsumen jamur tiram mengaku gemar mengonsumsi satai jamur. Menurutnya, rasa satai jamur seperti satai ayam. Nugi pun mengaku mendengar dan pernah membaca artikel yang menyebut jamur tiram berperan sebagai anti virus, anti bakteri, penurun kolesterol, serta sebagai penguat fungsi hati
Sumber: MataAirRadio.net