andree_erlangga
New member
Aksi perampokan mobil pengisi ATM BCA yang melibatkan sejumlah oknum TNI dan orang dalam PT Ammorindo Artha sudah direncanakan secara matang. Komplotan penjahat melakukan rapat sampai tiga kali sebelum melakukan aksinya. Salah satunya rapat di bawah jembatan Slipi Jaya untuk melakukan koordinasi awal.
"Rapat pertama dihadiri oleh Pratu Tony Sastra, Anwar Syarifudin, dan Endang yang juga orang dalam PT AS, di bawah jembatan Slipi Jaya, seminggu menjelang bulan puasa," kata Kasat Jatanras (Kejahatan dengan Tindak Kekerasan) AKBP M Fadil, di Mapolda, Senin.
Pernyataan M Fadil itu didasarkan pada keterangan Yulida Arifin alias Ipin, salah satu tersangka kasus perampokan 8 Oktober 2006 itu. Ipin mengaku terlibat dalam komplotan itu karena diajak Tony Sastra, oknum TNI AL berpangkat pratu.
Pertemuan tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti ide Sertu Armindo ketika mengantar Endang Syarifudin (41). Armindo yang juga petugas pengamanan PT AS tergiur melihat uang miliaran rupiah di mobil yang dikemudikan Endang. Waktu itu Armindo menyampaikan keinginannya untuk menguasai uang banyak itu dan direspons baik oleh Endang.
Setelah pertemuan di Slipi Jaya, dilanjutkan pertemuan kedua di rumah Pratu Tony Sastra di Ciputat. Waktu pelaksanaan perampokan disepakati pada 8 Oktober 2006 dengan sasaran kendaraan pengangkut uang yang pertama keluar. Sebab, kendaraan tersebut tidak mendapat pengawalan dari anggota TNI maupun Polri. Awak kendaraan tersebut juga tidak dipersenjatai.
suarakarya-online.com
"Rapat pertama dihadiri oleh Pratu Tony Sastra, Anwar Syarifudin, dan Endang yang juga orang dalam PT AS, di bawah jembatan Slipi Jaya, seminggu menjelang bulan puasa," kata Kasat Jatanras (Kejahatan dengan Tindak Kekerasan) AKBP M Fadil, di Mapolda, Senin.
Pernyataan M Fadil itu didasarkan pada keterangan Yulida Arifin alias Ipin, salah satu tersangka kasus perampokan 8 Oktober 2006 itu. Ipin mengaku terlibat dalam komplotan itu karena diajak Tony Sastra, oknum TNI AL berpangkat pratu.
Pertemuan tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti ide Sertu Armindo ketika mengantar Endang Syarifudin (41). Armindo yang juga petugas pengamanan PT AS tergiur melihat uang miliaran rupiah di mobil yang dikemudikan Endang. Waktu itu Armindo menyampaikan keinginannya untuk menguasai uang banyak itu dan direspons baik oleh Endang.
Setelah pertemuan di Slipi Jaya, dilanjutkan pertemuan kedua di rumah Pratu Tony Sastra di Ciputat. Waktu pelaksanaan perampokan disepakati pada 8 Oktober 2006 dengan sasaran kendaraan pengangkut uang yang pertama keluar. Sebab, kendaraan tersebut tidak mendapat pengawalan dari anggota TNI maupun Polri. Awak kendaraan tersebut juga tidak dipersenjatai.
suarakarya-online.com