Bls: PERANG BUBAT hanya sekedar fiksi ?
wekekekekkee... hu umm.. analisis nya mantep om..
saya sepakat bahwa Tragedi Bubat merupakan peristiwa sejarah yang sangat menarik, bukan hanya dari sudut pandang sejarah, melainkan juga sastra... weekekekeke.. kalo ndak menarik, tentu ndak bakal perang yang satu ini ndak akan terkenal
Dari sudut sastra, peristiwa itu dapat dikemas sedemikian rupa menjadi
cerita yang menguras emosi, antara percintaan, romantisme, harga diri,
dan tragedi.
Banyak sekali penulis yang mengabadikan peristiwa ini sejak abad ke-15
hingga saat ini. Beberapa naskah yang menceritakan tragedi ini dengan
sebutan Perang Bubat dan dalam versinya masing-masing, seperti Kitab
Pararaton dan Kidung Sundayana, serta naskah-naskah Pustaka
Wangsakerta...
wekekeke.. bahkan novel2nya pun bermunculan dengan versi nya masing2..
Sementara itu, di dalam Naskah Negara Kretagama atau Desawarnana karya
Mpu Prapanca, peristiwa itu memang tidak tercatat..
aku ndak bisa terlalu menduga2... kenapa perang sebesar itu tidak tertulis di naskah negara Kertagama.. ada yang beranggapan bahwa perang tsb memang hanya sekedar karangan sastra belaka... ada pula yang beranggapan bahwa pihak Majapahit memang sengaja tidak membeberkan peristiwa yang
telah mencoreng nama baik raja, mahapatih, dan negerinya sendiri ke
dalam dokumentasi resmi kerajaannya.
wekeke.. tapi kalaupun pihak Majapahit memang sengaja tidakm menuliskannya.. yo mosok orang2 yang mengalami peristiwa pada masa itu ikut2an bungkam? humm.. di sini aku sedikit menarik kesimpulan kenapa ndak yakin kalo perang Bubat benar2 terjadi...
humm.. wekekeke... tapi kalo inget falsafah dari Gajah Mada sendiri yang terkenal dengan sumpah palapanya... humm.. bisa jadi kemungkinan juga kalo perang tsb memang terjadi...
saya kutip dari wikipedia ya om..
Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan/sumpah yang dikemukakan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M).
Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi,
Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".
Terjemahannya,
Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Dari isi naskah ini dapat diketahui bahwa pada masa diangkatnya Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang disebutkan pada sumpahnya belum dikuasai Majapahit.
nah.. kita tentunya ndak bisa mengabaikan sumpah dari patih gajah mada tsb dalam history perang bubut..
Sepertinya kita perlu curiga bahwa cerita tentang Perang Bubat dalam Kidung Sunda adalah fiksi belaka dan merupakan rekayasa dari pihak penjajah (Belanda ?) untuk tujuan perpecahan antar suku di pulau Jawa. Bisa jadi syair tersebut diciptakan sendiri oleh ilmuwan Prof. Dr. C.C.Berg atas perintah penguasa kolonial. Hal ini perlu adanya kajian yang lebih mendalam.
Akibat yang fatal yang telah dirasakan oleh bangsa kita atas rekayasa tersebut (kalau memang benar) adalah adanya sikap etnosentrisme orang Sunda terhadap orang Jawa, dan juga pandangan yang sangat negatif orang Sunda terhadap tokoh/figur Gajah Mada (di Jawa Barat hingga saat ini mungkin tidak ditemukan nama jalan; Gajah Mada).
kalo mengenai pemikiran ini Aku yo kurang sepaham.. secara pribadi, aku termasuk ke dalam suku sunda.. campuran jawa
dan aku bangga hal itu
sama sekali ndak terlintas adanya etnosentrisme terhadap orang jawa.. yo ndak mungkin.. mosok aku mo etnosentrisme ma kedua orang tuaku ??? wkwkwk..
apapun yang terjadi.. terlepas dari benar opo ndaknya perang bubat... cerita perang tsb hanya masa lalu..