Dipi76
New member
Perang Suku di Libya, Lebih dari 100 Orang Tewas
| Tri Wahono | Rabu, 22 Februari 2012 | 06:05 WIB
TRIPOLI, KOMPAS.com - Bentrokan sengit antara dua suku di gurun terpencil tenggara Libya telah menewaskan lebih dari 100 orang dalam 10 hari terakhir. Kepala Suku Toubu Isaa Abdelmajid mengatakan sedikitnya 113 orang dari Suku Toubu dan 20 dari Suku Zwai telah tewas di kota gurun Kufra sejak pertempuran meletus di sana sejak 12 Februari.
Bentrokan yang sudang berlangsung selama 10 hari itu menandakan tantangan bagi kebijakan gurun yang penduduknya jarang. Aksi kekerasan itu terjadi saat Dewan Transisi Nasional (NTC) yang berkuasa sedang berusaha menegakkan kekuasaannya di seluruh Libya sementara milisi-milisi yang bersaing dan kelompok-kelompok suku berebut bagi kekuasaan dan sumber-sumber alam setelah Moammar Khadafy jatuh.
Pasukan pemerintah Libya akan melakukan intervensi jika bentrokan antar-suku yang berseteru demi penguasaan daerah di ujung tenggara negara itu tidak berhenti. Panglima angkatan bersenjata Yousef al-Mangoush mengatakan perjanjian antara kedua pihak telah dicapai, Minggu, tetapi bentrokan-bentrokan lebih seru masih meletus dua hari terakhir.
"Kementerian pertahanan dan militer memperingatkan bahwa jika pertempuran tidak berhenti, akan ada intervesi militer yang menentukan untuk menghentikan bentrokan-bentrokan itu," katanya. Ia menambahkan pasukan militer berada di daerah itu tetapi sejauh ini tidak turun tangan. Ia membantah ada warga asing di sana dan mengatakan masalah antara kedua suku berasal dari masa lalu dan perlu dilakukan rekonsiliasi.
Di Al Kufra, hubungan antar-suku jauh lebih kuat ketimbang daerah pesisir Mediterania. Pemberontakan suku tahun 2009 ditumpas hanya setelah Gaddafi mengirim helikopter-helikopter tempur. Wilayah terpencil itu juga merupakan pusat para penyelundup yang mengambil keuntungan dari perbatasan sub-Sahara Afrika yang masih kacau.
Kompas
-dipi-
| Tri Wahono | Rabu, 22 Februari 2012 | 06:05 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Bentrokan sengit antara dua suku di gurun terpencil tenggara Libya telah menewaskan lebih dari 100 orang dalam 10 hari terakhir. Kepala Suku Toubu Isaa Abdelmajid mengatakan sedikitnya 113 orang dari Suku Toubu dan 20 dari Suku Zwai telah tewas di kota gurun Kufra sejak pertempuran meletus di sana sejak 12 Februari.
Bentrokan yang sudang berlangsung selama 10 hari itu menandakan tantangan bagi kebijakan gurun yang penduduknya jarang. Aksi kekerasan itu terjadi saat Dewan Transisi Nasional (NTC) yang berkuasa sedang berusaha menegakkan kekuasaannya di seluruh Libya sementara milisi-milisi yang bersaing dan kelompok-kelompok suku berebut bagi kekuasaan dan sumber-sumber alam setelah Moammar Khadafy jatuh.
Pasukan pemerintah Libya akan melakukan intervensi jika bentrokan antar-suku yang berseteru demi penguasaan daerah di ujung tenggara negara itu tidak berhenti. Panglima angkatan bersenjata Yousef al-Mangoush mengatakan perjanjian antara kedua pihak telah dicapai, Minggu, tetapi bentrokan-bentrokan lebih seru masih meletus dua hari terakhir.
"Kementerian pertahanan dan militer memperingatkan bahwa jika pertempuran tidak berhenti, akan ada intervesi militer yang menentukan untuk menghentikan bentrokan-bentrokan itu," katanya. Ia menambahkan pasukan militer berada di daerah itu tetapi sejauh ini tidak turun tangan. Ia membantah ada warga asing di sana dan mengatakan masalah antara kedua suku berasal dari masa lalu dan perlu dilakukan rekonsiliasi.
Di Al Kufra, hubungan antar-suku jauh lebih kuat ketimbang daerah pesisir Mediterania. Pemberontakan suku tahun 2009 ditumpas hanya setelah Gaddafi mengirim helikopter-helikopter tempur. Wilayah terpencil itu juga merupakan pusat para penyelundup yang mengambil keuntungan dari perbatasan sub-Sahara Afrika yang masih kacau.
Kompas
-dipi-