PM Papua Nugini Ancam Usir Dubes RI

spirit

Mod
Papua-New-Guinea-Flag-icon.png

Perdana Menteri (PM) Papua Nugini Peter O’Neil mengancam mengusir Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Papua Nugini, Andreas Sitepu. Hal tersebut terkait dengan insiden hampir tertabraknya pesawat yang membawa deputi PM Papua Nugini oleh dua pesawat militer Indonesia.
Ancaman untuk melakukan pengusiran ini didukung penuh oleh parlemen Papua Nugini. Sebelumnya beredar tuduhan bahwa Indonesia bermaksud untuk memata-matai Pemerintah Papua Nugini

“Saya menuntut penjelasan. Bila pihak kami tidak mendapatkan penjelasan dalam waktu 48 jam, seluruh hubungan diplomatik antara Indonesia dan Papua Nugini akan hancur,” ungkap Deputi Perdana Menteri Papua Nugini Belden Namah, seperti dikutip Radio Australia, Jumat (6/1).
Dia memaparkan, dirianya sudah berbicara dengan duta besar (RI) dan bila memang pada akhirnya harus mengusirnya dari negara ini dan menarik dubes kami di Jakarta, maka hal tersebut akan dilakukan.

Kemarahan itu berawal dari insiden hampir tertabraknya sebuah pesawat yang membawa Deputi PM Namah pada di wilayah udara Indonesia November lalu, oleh dua pesawat militer TNI. Pesawat yang ditumpangi PM Namah diketahui baru saja kembali dari Malaysia untuk sebuah kunjungan kenegaraan.



hariansumutpos.com
 
maklum aja pak PM, pesawat Indonesia kan lebay. kok hampir tertabrak, yang pura² jatuh ada banyak :D
 
maklum aja pak PM, pesawat Indonesia kan lebay. kok hampir tertabrak, yang pura² jatuh ada banyak :D

ya gak lebay lha cak. itu PM oon banget. Sudah melintasi wilayah negara Indonesia, tanpa adanya surat flight clearance. Malah mengancam mengusir Dubes RI di Papua Nugini.


::pesawat jet Wakil PM Papua Nugini ternyata memakai izin pesawat Global Express milik India. "Izin dari Indonesia sudah mati dan tidak diperbarui," kata juru bicara Mabes TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Azman Yunus. Seperti dikutip dari tempo.co, Sabtu (7/1/2012).::

Jet Papua Nugini Dibayangi dari Banjarmasin
Besar Kecil Normal
TEMPO.CO, Jakarta - Mabes TNI AU membantah ada penembakan yang dilakukan pesawat TNI saat mencegat jet Falcon 900 yang ditumpangi Wakil Perdana Menteri dan pejabat senior Papua Nugini.

Juru bicara Mabes TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus menuturkan di atas langit pesawat itu hanya dibayangi karena memasuki wilayah teritori Indonesia. "Kami melakukan shadowing (membayangi) sambil terus kontak di bawah," kata Azman Yunus kepada Tempo yang menghubunginya, Sabtu 7 Januari 2012.

Azman menuturkan, begitu ada pesawat yang masuk teritori satu negara, mereka akan terpantau dan melaporkan siapa mereka. Mareka akan dipersilakan masuk, sesuai dengan izin penerbangan yang mereka miliki.

Namun dalam kasus Falcon 900 yang ditumpangi petinggi Papua Nugini pesawat itu terpantau di radar Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan mereka melakukan identifikasi elektronik dengan radar. Sesuai dengan prosedur yang ada, selain pantauan radar juga dilakukan identifikasi visual dengan cara intersepsi. Prosedur standar intersepsi adalah mencegat dan menghadang.

Saat itu, kata Azman, TNI AU melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Mabes TNI untuk menanyakan kebenaran izin tersebut. “Hasil koordinasinya menyatakan itu pesawat unschedule. Pesawat itu tidak dikenali karena tidak ada surat izin terbang sebelumnya," ujarnya. "Pesawat memakai izin pesawat Global Express milik India dan hanya berlaku mulai 19 Agustus dan berakhir 1 September 2011."

Karena pesawat tersebut tak memiliki izin, TNI AU melakukan kontak dengan pesawat itu, tapi tak ada jawaban. “Dikontak tidak menjawab, makanya kami bayangi,” ujarnya.

Proses membayang-bayangi itu dilakukan di atas langit Banjarmasin hingga Makassar. Pesawat itu dikawal dua Sukhoi dengan terus mencoba berkomunikasi di antara dua sisi di kiri dan kanan Jet Falcon 900 itu dalam jarak 3 mil. “Kami mulai membayangi dari Banjarmasin hingga Makassar," kata dia.

Di Makassar, pesawat itu kemudian dilepas. Menurut Azman, ini dilakukan karena pihaknya mendapat informasi bahwa Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan amandemen. Amandemen itu berisi perubahan registrasi, tipe, dan kepemilikan pesawat. Izin yang semula dimiliki pesawat Global Express India kemudian diganti menjadi pesawat Falcon 900. “Pesawat itu menjadi pesawat Papua Nugini,” kata Azman. “Mereka akhirnya kami lepas,” tuturnya. "Jadi tidak ada penembakan dan ancaman."

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa memastikan prosedur pencegatan yang dilakukan TNI AU sudah sesuai. "Langkah yang dilakukan TNI Angkatan Udara melakukan intersepsi terhadap pesawat dimaksud telah sesuai dengan prosedur yang berlaku di Indonesia dan di negara lain pada umumnya," ujar Marty. "Tidak pernah membahayakan pesawat dimaksud."

Menurut Marty tindakan yang dilakukan TNI AU semata-mata hanya menjalankan prosedur pengamanan wilayah udara NKRI. Tidak ada maksud melakukan tindakan yang membahayakan pesawat lain. Hal ini pun telah disampaikan langsung kepada Duta Besar Papua Nugini, Peter Ilau, yang ada di Jakarta.

Jumat sore, Menlu telah memanggil Peter Ilau menjelaskan alasan prosedur yang diberlakukan TNI AU. "Masalah intersepsi disebabkan oleh permasalahan teknis dalam flight clearance pesawat," ujar Marty.

Dalam pertemuan itu Duta Besar Papua Nugini di Indonesia pun telah memahami prosedur tersebut. Beliau bahkan menyampaikan apresiasi atas penjelasan yang disampaikan Menlu RI. Peter Ilau pun berjanji akan meneruskan pesan Menlu kepada Pemerintah Papua Nugini.

Seperti diberitakan oleh ABC Radio Australia, Jumat 6 Januari 2012, November lalu dua pesawat militer Indonesia hampir bertabrakan dengan pesawat jet yang ditumpangi wakil PM dan para pejabat senior Papua Nugini. Kala itu mereka baru pulang dari tugas di Malaysia.

NUR ALFIYAH | IRA GUSLINA

:finger::finger::finger:
 
Back
Top