Polisi 'memastikan' korban tewas adalah Santoso

spirit

Mod
160209155743_poso_640x360_reuters_nocredit.jpg

Santoso adalah terduga teroris paling dicari di pedalaman Poso, dikenal memiliki jaringan luas dan kemampuan meyakinkan orang-orang Uighur untuk ikut bergabung."

Kepolisian Indonesia memastikan bahwa salah seorang korban yang tewas dalam penyergapan di Poso adalah Santoso, terduga teroris yang sudah lama diburu.

Kepada wartawan, di depan Rumah Sakit Bhayangkara, Palu, Kepala Operasi Tinombala, Komisaris Besar Leo Bona Lubis mengatakan: "Dari dua yang mati dalam baku tembak itu, salah satunya adalah gembong teroris yang sudah lama dicari-cari, Santoso alias Abu Wardah."

Ia menambahkan satu orang lagi yang tewas bersama Santoso, adalah Mochtar namun belum jelas peran Mochtar dalam kelompok Santoso.

Betapapun, kata Leo Bona pula, kepastian identitas itu baru didasarkan dari wajah dan berbagai tanda yang dicocokan dengan data yang dimiliki aparat.

"Kita tetap perlu menunggu hasil tes DNA, dalam beberapa hari mendatang," katanya.

160719095222_boy_rafli_640x360_bbc_nocredit.jpg

Menurut Boy Rafli, polisi mengantisipasi 'serangan balasan' menyusul tewasnya Santoso.

Sebelumnya, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Juru bicara polisi, Irjen Polisi Boy Rafli Amar menyebutkan masih akan melakukan identifikasi oleh keluarga dan kawan-kawan Santoso, serta pemeriksaan DNA.

Namun untuk identifikasi oleh keluarga, masih menunggu jenazah diterbangkan ke Jakarta.

Kini, setelah tewasnya Santoso, polisi mengantisipasi kemungkinan adanya 'serangan balasan'

"Petugas di lapangan tetap meningkatkan kewaspadaan walaupun sudah ada di antara mereka yang dilemahkan dan dilumpuhkan bukan berarti mereka akan berhenti," jelas Irjenpol Boy.

140914060206_terduga_isis_sulteng_640x360_afp.jpg

Sejumlah tersangka teroris anggota kelompok santoso menggunakan Poso sebagai kubu mereka.

Boy mengatakan operasi menjadi pukulan bagi kelompok Santoso karena secara kuantitas kelompok Santoso memang berkurang walau tetap harus diwaspadai.

"Kita tetap, melakukan aktivitas untuk mendekteksi jaringan, jadi jaringan yang terduga berkaitan berafiliasi dengan kelompok ISIS. Tugas densus 88 ini antara lain adalah itu," tambah Boy.

Dia menjelaskan selain Santoso, sosok yang menggantikannya kepempimpinannya adalah Basri yang juga dianggap memiliki kemampuan yang sama.

Senjata sitaan

Boy menambahkan senjata yang berhasil disita di lokasi berupa satu pucuk M16 dari tangan pelaku yang tertembak.

"Senjata pabrikan diimpor dari mana kita belum bisa indentifikasi, nanti sambil berjalan dengan identifikasi terhadap jenazah dan senjata."

"Biasanya ada tanda-tanda dari mana senjata diperoleh, dari nomor senjata atau tanda-tanda khusus yang ada dalam senjata, yang katakanlah berasal dari luar," jelas Boy.

Betapa pun, Boy Rafli mengatakan, tewasnya Santoso akan memiliki dampak yang besar terhadap jaringan teroris di Indonesia.

"Dia memiliki jaringan yang cukup luas dan kemampuan dalam meyakinkan orang-orang Uighur untuk ikut bergabung," jela Boy.

Kepolisian menyebutkan lebih dari 10 orang asal Uighur, Cina, bergabung dengan kelompok Santoso. Beberapa diantara warga Uighur itu tewas dan sejumlah lainnya diadili.


~bbc.com
 
Baku tembak di Poso, satu polisi dan dua tersangka teroris tewas

Tiga orang meninggal dalam baku tembak antara aparat keamanan dan tersangka kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah, hari Selasa (09/02).

Dari tiga orang yang meninggal, satu orang anggota Brigade Mobile (Brimob) dan dua lainnya tersangka teroris.

Keterangan tertulis yang dikeluarkan Divisi Humas Mabes Polri menyebutkan insiden ini berawal pemeriksaan rutin oleh anggota polisi terhadap satu mobil di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Selasa pagi.

Dari dalam mobil, seseorang mengeluarkan tembakan ke arah anggota Brimob, yang menyebabkan anggota polisi ini luka di bagian rahang. Ia kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Disebutkan beberapa personel Brimob langsung membalas tembakan ke orang-orang yang berada di dalam mobil, mengakibatkan dua orang meninggal dunia di tempat.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap isi mobil, polisi menemukan satu pucuk senjata api jenis revolver, beberapa karung beras, dan logistik lain.

Diperkirakan logistik ini untuk memasok tersangka kelompok teroris yang berada di hutan di Poso.

Di luar keterangan dari polisi, BBC belum memperoleh keterangan dari sumber lain tentang kejadian ini.

Dalam beberapa tahun terakhir aparat keamanan berupaya menangkap kelompok teroris pimpinan Santoso yang diduga berada di hutan Poso.

~bbc.com
 
Perburuan panjang Santoso hingga akhirnya ditembak mati

perburuan-panjang-santoso-hingga-akhirnya-ditembak-mati.jpg

Jenazah diduga Santoso. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Gembong teroris paling dicari di Indonesia dan Amerika, Abu Wardah alias Santoso akhirnya tewas saat baku tembak di dalam hutan. Perburuan cukup panjang itu setelah Operasi Tinombala dikerahkan dengan ribuan prajurit TNI dan Polri.

Perburuan terhadap Santoso dimulai sejak 2007. Dia dituding sebagai otak pembunuhan dan mutilasi terhadap tiga siswi SMK di Poso, disusul kasus pembunuhan terhadap sejumlah polisi yang dikuburkan dalam satu lubang. Sudah hampir satu dekade dia bergerilya menghadapi polisi dan TNI.

"Pertama awalnya hanya Polisi, kemudian Densus, kalau anda tahu sebagian Polisi lain bahkan Polda sebagian juga banyak yang mengatakan bersama BNPT supaya dapat donatur dari internasional dan sebagainya. Itu banyak isu itu, itu tidak pernah kita tanggapi isu itu," kata mantan Kepala BNPT Ansyaad Mbai beberapa waktu lalu.

Santoso merupakan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dibaiat secara langsung oleh Abu Bakar Baasyir, laiknya Jemaah Anshorut Tauhid (JAT). Setelah itu, dia mulai memperkenalkan dirinya dengan membuat video dan menyebarkannya melalui jejaring sosial.

Perjalanan terornya bermula di tahun 2009, ketika Noordin M Top tertangkap pasca-peledakan bom Marriott dua. Kejadian itu membuat Jemaah Islamiah dan JAT lumpuh, hingga tersebar dalam kelompok-kelompok kecil seperti jamur.

Akhir 2009, tokoh-tokoh utama teroris itu yang dipenjara mulai dibebaskan, salah satunya Abu Bakar Baasyir, dan Mustofa dan yang lain-lain. Sedang di Filipina ada Dul Matin serta Umar Patek.

"Akhirnya mereka sepakat bagaimana mereunifikasi gerakan ini, artinya mengumpulkan dana segala macam dan di situ lah Abu Bakar Baasyir kena mendanai itu. Ada bukti hukumnya. Dia ada keterkaitan dengan pelatihan di Jantho Aceh, pelatihnya adalah Mustofa dan pendanaannya adalah Abu Bakar Baasyir dari berbagai sumber," ungkapnya.

Sayangnya, upaya polisi untuk menghentikan teror tersebut tak sepenuhnya berhasil, sebab ada beberapa orang yag berhasil lolos. Dari mereka, ada yang terlibat dalam kasus perampokan CIMB Medan, serta pembantaian di Polsek Hamparan Perak. Hingga tumbuhnya sel terorisme di Klaten, Jawa Tengah. Rangkaian perampokan dan pembunuhan tersebut disimpan dan digunakan sebagai dana pelatihan calon anggota baru, tempat yang dipilih adalah Poso.

Meski begitu, polisi meyakini Santoso bukan putra daerah melainkan pendatang di Poso. Sebelum terliat dalam organisasi teror, dia pernah tertangkap karena mencuri sepeda motor, namun dibebaskan setelah menjalani hukuman. Walaupun sudah membaiat diri dengan menyatakan bergabung dengan kelompok Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS), namun pengaruhnya masih jauh di bawah Abu Jandal serta Bahrun Naim, otak pemboman di Jalan MH Thamrin, Jakarta.

Terkait tudingan Santoso hanya rekaan polisi, Ansyaad memandang adanya trauma di masa lalu yang membuat orang menjadi apatis terhadap tindakan polisi. Apalagi, propaganda itu semakin kencang setelah disebarluaskan oleh kelompok-kelompok radikal di Indonesia.

"Iya ada propaganda dari kelompok radikal. Ini bukan hanya saja di kalangan bawah tetapi juga sudah sampai tahap politisi ada, di intelektual ada. Pemahamannya sudah sampai tahap itu, skeptisisme masa lalu," tutupnya.

Operasi awal perburuan Santoso adalah Camar Maleo bahkan sudah sampai IV. Setelah Operasi Camar Maleo IV berakhir, perburuan para teroris itu akan tetap dilanjutkan dengan Operasi Mandiri Polda Sulteng, sambil menunggu keputusan Mabes Polri soal kelanjutan Operasi Camar Maleo.

Selama operasi I-IV digelar dari Januari 2015 sampai Januari 2016, polisi telah menangkap 24 orang teroris. Tujuh anak buah pimpinan Mujahidin Indonesia Timur itu tewas dan 17 lainnya sedang dalam proses hukum.

Polisi juga menyita sejumlah barang bukti kegiatan terorisme seperti senjata api, amunisi, bom rakitan, bahan pembuat bom, pakaian, senter, pakaian dan bendera ISIS, serta banyak benda lainnya.

Operasi ini juga mengakibatkan dua polisi dan seorang anggota TNI gugur, dan empat polisi luka-luka. Polisi harus keluar masuk hutan dan naik turun gunung mengejar para teroris.

Dari seribu personel Brimob Mabes Polri diperbantukan ke Polda Sulteng buat operasi itu, telah ditarik 300 personel buat penggodokan dan akan dikembalikan lagi ke Poso. Sementara 700 anggota TNI semuanya telah ditarik ke kesatuan masing-masing.

Dengan selesainya operasi Camar Maleo IV, perburuan teroris di Poso dilanjutkan dengan operasi mandiri Polda Sulteng dengan sandi 'Tinombala'. Operasi Tinombala pun sukses setelah berbulan-bulan Santoso ditemukan dan ditembak mati.
 
Last edited:
Ini dia gembong teroris sekligus psykopat kali ya ngebunuh dan memutilansi 3 orang siswi
Jadi teroris menggembor"kan ataas nama jihad tapi suka ngebunuh
Ini mah namanya Jihad jihadan
Pantas lah dihukum mati, gaperu pake proses" sidang dan sbg >:## >:## >:##
 
Perburuan panjang Santoso hingga akhirnya ditembak mati

perburuan-panjang-santoso-hingga-akhirnya-ditembak-mati.jpg

Jenazah diduga Santoso. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Gembong teroris paling dicari di Indonesia dan Amerika, Abu Wardah alias Santoso akhirnya tewas saat baku tembak di dalam hutan. Perburuan cukup panjang itu setelah Operasi Tinombala dikerahkan dengan ribuan prajurit TNI dan Polri.

Perburuan terhadap Santoso dimulai sejak 2007. Dia dituding sebagai otak pembunuhan dan mutilasi terhadap tiga siswi SMK di Poso, disusul kasus pembunuhan terhadap sejumlah polisi yang dikuburkan dalam satu lubang. Sudah hampir satu dekade dia bergerilya menghadapi polisi dan TNI.

"Pertama awalnya hanya Polisi, kemudian Densus, kalau anda tahu sebagian Polisi lain bahkan Polda sebagian juga banyak yang mengatakan bersama BNPT supaya dapat donatur dari internasional dan sebagainya. Itu banyak isu itu, itu tidak pernah kita tanggapi isu itu," kata mantan Kepala BNPT Ansyaad Mbai beberapa waktu lalu.

Santoso merupakan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dibaiat secara langsung oleh Abu Bakar Baasyir, laiknya Jemaah Anshorut Tauhid (JAT). Setelah itu, dia mulai memperkenalkan dirinya dengan membuat video dan menyebarkannya melalui jejaring sosial.

Perjalanan terornya bermula di tahun 2009, ketika Noordin M Top tertangkap pasca-peledakan bom Marriott dua. Kejadian itu membuat Jemaah Islamiah dan JAT lumpuh, hingga tersebar dalam kelompok-kelompok kecil seperti jamur.

Akhir 2009, tokoh-tokoh utama teroris itu yang dipenjara mulai dibebaskan, salah satunya Abu Bakar Baasyir, dan Mustofa dan yang lain-lain. Sedang di Filipina ada Dul Matin serta Umar Patek.

"Akhirnya mereka sepakat bagaimana mereunifikasi gerakan ini, artinya mengumpulkan dana segala macam dan di situ lah Abu Bakar Baasyir kena mendanai itu. Ada bukti hukumnya. Dia ada keterkaitan dengan pelatihan di Jantho Aceh, pelatihnya adalah Mustofa dan pendanaannya adalah Abu Bakar Baasyir dari berbagai sumber," ungkapnya.

Sayangnya, upaya polisi untuk menghentikan teror tersebut tak sepenuhnya berhasil, sebab ada beberapa orang yag berhasil lolos. Dari mereka, ada yang terlibat dalam kasus perampokan CIMB Medan, serta pembantaian di Polsek Hamparan Perak. Hingga tumbuhnya sel terorisme di Klaten, Jawa Tengah. Rangkaian perampokan dan pembunuhan tersebut disimpan dan digunakan sebagai dana pelatihan calon anggota baru, tempat yang dipilih adalah Poso.

Meski begitu, polisi meyakini Santoso bukan putra daerah melainkan pendatang di Poso. Sebelum terliat dalam organisasi teror, dia pernah tertangkap karena mencuri sepeda motor, namun dibebaskan setelah menjalani hukuman. Walaupun sudah membaiat diri dengan menyatakan bergabung dengan kelompok Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS), namun pengaruhnya masih jauh di bawah Abu Jandal serta Bahrun Naim, otak pemboman di Jalan MH Thamrin, Jakarta.

Terkait tudingan Santoso hanya rekaan polisi, Ansyaad memandang adanya trauma di masa lalu yang membuat orang menjadi apatis terhadap tindakan polisi. Apalagi, propaganda itu semakin kencang setelah disebarluaskan oleh kelompok-kelompok radikal di Indonesia.

"Iya ada propaganda dari kelompok radikal. Ini bukan hanya saja di kalangan bawah tetapi juga sudah sampai tahap politisi ada, di intelektual ada. Pemahamannya sudah sampai tahap itu, skeptisisme masa lalu," tutupnya.

Operasi awal perburuan Santoso adalah Camar Maleo bahkan sudah sampai IV. Setelah Operasi Camar Maleo IV berakhir, perburuan para teroris itu akan tetap dilanjutkan dengan Operasi Mandiri Polda Sulteng, sambil menunggu keputusan Mabes Polri soal kelanjutan Operasi Camar Maleo.

Selama operasi I-IV digelar dari Januari 2015 sampai Januari 2016, polisi telah menangkap 24 orang teroris. Tujuh anak buah pimpinan Mujahidin Indonesia Timur itu tewas dan 17 lainnya sedang dalam proses hukum.

Polisi juga menyita sejumlah barang bukti kegiatan terorisme seperti senjata api, amunisi, bom rakitan, bahan pembuat bom, pakaian, senter, pakaian dan bendera ISIS, serta banyak benda lainnya.

Operasi ini juga mengakibatkan dua polisi dan seorang anggota TNI gugur, dan empat polisi luka-luka. Polisi harus keluar masuk hutan dan naik turun gunung mengejar para teroris.

Dari seribu personel Brimob Mabes Polri diperbantukan ke Polda Sulteng buat operasi itu, telah ditarik 300 personel buat penggodokan dan akan dikembalikan lagi ke Poso. Sementara 700 anggota TNI semuanya telah ditarik ke kesatuan masing-masing.

Dengan selesainya operasi Camar Maleo IV, perburuan teroris di Poso dilanjutkan dengan operasi mandiri Polda Sulteng dengan sandi 'Tinombala'. Operasi Tinombala pun sukses setelah berbulan-bulan Santoso ditemukan dan ditembak mati.
alhamdlillah kena juga tuh santoso
 
160209155743_poso_640x360_reuters_nocredit.jpg

Santoso adalah terduga teroris paling dicari di pedalaman Poso, dikenal memiliki jaringan luas dan kemampuan meyakinkan orang-orang Uighur untuk ikut bergabung."

Kepolisian Indonesia memastikan bahwa salah seorang korban yang tewas dalam penyergapan di Poso adalah Santoso, terduga teroris yang sudah lama diburu.

Kepada wartawan, di depan Rumah Sakit Bhayangkara, Palu, Kepala Operasi Tinombala, Komisaris Besar Leo Bona Lubis mengatakan: "Dari dua yang mati dalam baku tembak itu, salah satunya adalah gembong teroris yang sudah lama dicari-cari, Santoso alias Abu Wardah."

Ia menambahkan satu orang lagi yang tewas bersama Santoso, adalah Mochtar namun belum jelas peran Mochtar dalam kelompok Santoso.

Betapapun, kata Leo Bona pula, kepastian identitas itu baru didasarkan dari wajah dan berbagai tanda yang dicocokan dengan data yang dimiliki aparat.

"Kita tetap perlu menunggu hasil tes DNA, dalam beberapa hari mendatang," katanya.

160719095222_boy_rafli_640x360_bbc_nocredit.jpg

Menurut Boy Rafli, polisi mengantisipasi 'serangan balasan' menyusul tewasnya Santoso.

Sebelumnya, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Juru bicara polisi, Irjen Polisi Boy Rafli Amar menyebutkan masih akan melakukan identifikasi oleh keluarga dan kawan-kawan Santoso, serta pemeriksaan DNA.

Namun untuk identifikasi oleh keluarga, masih menunggu jenazah diterbangkan ke Jakarta.

Kini, setelah tewasnya Santoso, polisi mengantisipasi kemungkinan adanya 'serangan balasan'

"Petugas di lapangan tetap meningkatkan kewaspadaan walaupun sudah ada di antara mereka yang dilemahkan dan dilumpuhkan bukan berarti mereka akan berhenti," jelas Irjenpol Boy.

140914060206_terduga_isis_sulteng_640x360_afp.jpg

Sejumlah tersangka teroris anggota kelompok santoso menggunakan Poso sebagai kubu mereka.

Boy mengatakan operasi menjadi pukulan bagi kelompok Santoso karena secara kuantitas kelompok Santoso memang berkurang walau tetap harus diwaspadai.

"Kita tetap, melakukan aktivitas untuk mendekteksi jaringan, jadi jaringan yang terduga berkaitan berafiliasi dengan kelompok ISIS. Tugas densus 88 ini antara lain adalah itu," tambah Boy.

Dia menjelaskan selain Santoso, sosok yang menggantikannya kepempimpinannya adalah Basri yang juga dianggap memiliki kemampuan yang sama.

Senjata sitaan

Boy menambahkan senjata yang berhasil disita di lokasi berupa satu pucuk M16 dari tangan pelaku yang tertembak.

"Senjata pabrikan diimpor dari mana kita belum bisa indentifikasi, nanti sambil berjalan dengan identifikasi terhadap jenazah dan senjata."

"Biasanya ada tanda-tanda dari mana senjata diperoleh, dari nomor senjata atau tanda-tanda khusus yang ada dalam senjata, yang katakanlah berasal dari luar," jelas Boy.

Betapa pun, Boy Rafli mengatakan, tewasnya Santoso akan memiliki dampak yang besar terhadap jaringan teroris di Indonesia.

"Dia memiliki jaringan yang cukup luas dan kemampuan dalam meyakinkan orang-orang Uighur untuk ikut bergabung," jela Boy.

Kepolisian menyebutkan lebih dari 10 orang asal Uighur, Cina, bergabung dengan kelompok Santoso. Beberapa diantara warga Uighur itu tewas dan sejumlah lainnya diadili.


~bbc.com
sekarang jumblah teroris anak buah nya santoso tinggal berapa orang??
 
Back
Top