Puasa Pengungsi Kebakaran Makan sahur dan buka seadanya

Dewa

New member
tiga belas Ramadhan 1432 Hijriah menjadi hari tidak terlupakan bagi warga RT 013/RW 05, Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat. Sekitar pukul 10.00 WIB, percikan api muncul dari rumah kayu milik Ruminah. Api kemudian menjalar cepat. Tidak sampai dua jam, lima rumah tempat tinggal 12 kepala keluarga hangus terbakar.
Termasuk rumah pasangan suami istri, Saadi dan Sadiyah. “Yang tersisa cuma baju” ujar Sadiyah saat berbincang dengan Republika di pengungsian di sebuah
ruko, Tambora, Rabu (18/8). Sadiyah boleh bersyukur.
Nyawanya beserta suami, anak, dan cucu tidak melayang di hari nahas itu.
Ia kini harus hidup bersama keluarga dan kerabatnya di pengungsian. Menjalankan ibadah puasa sekadarnya. Ketika Adzan Maghrib berkumandang, Sadiyah akan berlalu ke rumah kerabatnya yang tidak terlampau jauh untuk menuntaskan sedikit dahaga dan rasa lapar. Untuk makan sahur, Sadiyah harus menunggu jatah makan hasil sumbangan warga setempat dengan lauk seadanya. Mi instan terkadang dengan telur.
Sebelumnya, Saadi dan Sadiyah merupakan pedagang nasi uduk dan nasi rames. Sedang pagi mereka berjualan hingga petang tiba. Untuk mencari sedikit rezeki demi keberlangsungan hidupnya. Mereka tinggal di rumah sederhana berbahan kayu
dan papan. Ukurannya pun tidak seberapa, hanya sembilan kali sembilan meter persegi. Ukuran yang membuat sesak mengingat pasangan ini harus berbagi dengan empat kepala keluarga lain yang masih menjadi saudara. Jumlah warga rumah ini cukup banyak, sekitar 20 orang.
Memasuki Ramadhan, meja makan yang disulap menjadi warung nasi itu pun harus mengubah jam operasional. Sadiyah menjajakan nasi uduk untuk pilihan menu berbuka warga sekitar. “Sampai kebakaran itu datang,” kenang Saadi.
Ganasnya api, ungkapnya, membuat rumah yang berbahan kayu itu musnah dilalap api. Ahad nanti, mereka harus kembali ke rumahnya yang baru saja terbakar. Tidak ada dinding dan atap permanen. Hanya tembok kayu dan atap terpal. Mereka harus menjalani puasa tahun ini dengan cobaan lebih berat, Saadi pun memutar otak. Rencananya, ia akan pulang ke Tegal menemui anaknya pada tanggal 29 Agustus nanti.
“Sambil ngumpulin uang buat bangun rumah,” ujarnya.
Sadiyah mengamini. ia berharap puasa yang dilakukannya akan menjadi hikmah bermakna untuknya dan keluarganya kelak. Baginya, diperlukan keajaiban untuk tinggal dan bertahan di bedeng kayu itu meski hanya sementara.
Camat Tambora, Isnawa Ajie, mengungkapkan dalam tahun ini sudah terjadi 16 kebakaran di Kecamatan Tambora. Umumnya, tutur Isnawa, kebakaran tersebut disebabkan oleh arus pendek. “Dalam setahun ratanya bisa 30 kebakaran,” ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (18/8).
Isnawa mengimbau kepada warganya agar memperhatikan penggunaan listnik selama musim mudik kali.

Sumber : republika
 
Back
Top