Malam itu kita bertemu lewat sambungan kabel
Kudengar suaramu
masih tetap sama seperti suaramu yang dulu
dan aku merindukan suaramu yang seperti itu
Kita terdiam dan memulai untuk bicara
tapi tak satupun dari kita mau memulai pembicaraan yang sesungguhnya
hingga akhirnya aku bertanya, tentang apa yang terjadi antara aku dan kau
kau terdiam, kau mendengar, dan kau merasakan apa yang aku rasakan
tapi tak dapat kau pahami dalam-dalam, betapa aku mencintaimu dalam kerisauan ini
Kau katakan sebuah kata yang tak kuduga
kau mengagumiku
sungguh.. itu katamu
Saat itu kudengar suaramu tergetar
tak percaya dengan apa yang kau dengar
cerdas, cantik dan bijaksana
itu yang kau katakan
Aku tawarkan sebuah kesepakatan
dan kita setuju untuk saling melengkapi
kaupun katakan
"Aku menyesal mengapa aku tak ada disampingmu saat ini"
mengapa kau menyesal duhai kekasih?
"karena aku tak dapat melihat matamu, merasakan lembutnya belaianmu dan tak dapat mendekapmu dengan erat"
kau ungkapkan sebuah nyata
Aku bersama keegoisanku untuk memilikimu
aku tak sanggup menghayal lebih jauh betapa aku hancur jika kehilanganmu
kau sempurna dimataku
kau hadapi aku dengan segala keegoisanku
mengapa kau tak pernah putus asa untuk tetap menggapai rasaku
sedalam itukah rasamu, ratuku?
Aku adalah ilalang yang tumbuh kembang menjadi bambu besar
dan kini, bambu yang kokoh ini seolah menjadi oak
kau tangguhkan aku
wahai Mawar berduri, sudikah kau untuk tmbuh dihatiku lagi?
kali ini, sakitiah aku dengan duri dan rona-rona asmaramu
karena serbuk cintamu membuatku utuh menjalani hidup
kaulah sosok yang paling dicari oleh ribuan bambu-bambu egois ini
Aku dengan segala keegoisanku
berlutut meminta dirimu untuk menjadi ratuku
Seketika aku mendengarnya
Aku bergeming
Mimpikah aku Tuhan @-->
Pagi ini, kurasakan lagi rona asmara merebak indah didalam ragaku