Dipi76
New member
Queen tahun 2011 ini merayakan 40 tahun pembentukannya. Band yang lahir di London, Inggris, tahun 1971 itu merayakan dengan me-remaster ulang ke-15 album studionya.
Masa 40 tahun Queen itu dihitung dari bergabungnya pemetik bas John Deacon pada tahun 1971. Ia menggenapi formasi yang terdiri dari Brian May (kini 63 tahun) pada gitar, drumer Roger Taylor (61), serta vokalis utama dan pianis Freddie Mercury yang meninggal pada November 1991 dalam usia 45 tahun.
Sebagai tahap awal dari perayaan 40 tahun, Island Records/Universal Music Group merilis lima album pertama Queen, yaitu Queen , Queen II , Sheer Heart Attack , A Night at the Opera , dan A Day at the Races . Satu album lagi yang dirilis adalah album kompilasi Queen Deep Cuts Volume 1 (1973-1976).
Queen dan Queen II
Menarik menyimak perjalanan musik Queen dari apa yang semula dianggap sebagai ”anak baru yang enggak tahu apa-apa” hingga menjelma sebagai band yang menjadi fenomena global.
Di album pertama Queen yang berjudul Queen keluaran Juli 1973, musik Queen masih berupa rock kasar. Brian May menyebut musik Queen dalam album itu kuat dipengaruhi oleh The Who, Jimi Hendrix, dan Led Zeppelin.
”Kami seperti spons yang menyerap musik-musik indah di sekitar kami. Masa itu merupakan masa istimewa dalam sejarah (musik). Hendrix, Led Zeppelin, George Formby (pemain ukulele Inggris) menjadi pengaruh eklektis yang aneh pada kami,” kata Brian May dalam wawancara dengan stasiun televisi BBC yang disertakan dalam rilis oleh Universal Music. Permainan ukulele itu di kemudian hari terdengar, antara lain, pada lagu ”Good Company” pada album A Night at the Opera.
Wawancara BBC dengan May dan Taylor itu berlangsung di Trident Studio, London, yang merupakan tempat bersejarah bagi Queen karena di studio itulah album Queen lahir. Saat itu, Queen belum memiliki cukup uang untuk menyewa studio. Mereka mengakali dengan memilih waktu rekaman pada dini hari yang berbiaya paling murah. David Bowie, yang pada masa itu lebih dulu ngetop, tengah merekam album di studio itu juga. Nah, lagu-lagu dalam Queen itu direkam ketika Bowie telah tidur.
”Kami rekaman dari pukul dua dini hari sampai pukul enam pagi,” kata Roger Taylor.
”Kami dianggap anak-anak baru yang enggak ngerti apa-apa dan tak seorang pun mau mendengarkan apa yang ingin kami mainkan,” tutur Taylor melanjutkan.
Pada album kedua, Queen II (Maret 1974), terdengarlah karakter musik Queen seperti yang kita kenal saat ini. Karakter itu ditandai dengan penggunaan multilapis suara yang terkesan seperti paduan suara agung. Misalnya pada lagu ”White Queen”, ”Ogre Battle”, dan ”The Fairy Feller’s Master-Stroke”.
Perkembangan musik Queen itu rupanya mengecewakan penggemar yang kadung cocok dengan musik Queen pada album pertama. Roger Taylor dalam wawancara dengan majalah musik Q , London, edisi Maret 2011 memaklumi bahwa Queen tidak akan bisa memuaskan setiap orang.
”Saya ingat waktu Queen II keluar, banyak orang (yang tidak puas) seperti itu bilang, ’Itu bukan Queen lagi. Mereka (Queen) mengabaikan penggemar.’ Tapi itu mungkin hanya belasan orang saja. Orang lain bersorak ’Horeee...!’” kata Taylor.
Queen jalan terus sesuai kata hati para awaknya.
”Bohemian Rhapsody”
Lewat album ketiga, Sheer Heart Attack (November 1974), lagu-lagu Queen mulai bergerak dari kecenderungan progresif ke arah lagu-lagu yang lebih berorientasi pada radio-friendly alias lagu yang ramah bagi pendengar radio. Misalnya pada lagu ”Killer Queen”.
Album keempat, A Night at the Opera (November 1975), banyak disebut-sebut sebagai album terbaik Queen. Dari tingkat musik, lirik, dan artistik, album ini memang eksepsional. Album ini menunjukkan kematangan Queen dalam meramu unsur musik rock heavy metal, opera, romansa, balada, sampai jazz. Di album inilah termuat lagu legendaris ”Bohemian Rhapsody”, ”Love of My Life”, dan ”You’re My Best Friend”.
Ada yang menganalogikan A Night at the Opera sebagai Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band -nya Beatles. Roger Taylor menilai A Night at the Opera dan Sgt. Pepper’s sebagai karya rock yang sama-sama sangat eklektik—tergarap dari beragam pengaruh dan rasa musik.
Dalam A Day at the Races (November 1976) yang merupakan album kelima, Queen kembali ke musik rock gaya lama. Lirik lagu banyak berbicara tentang cinta dan optimisme. Tersebutlah, antara lain, ”Somebody to Love” sampai ”You Take My Breath Away” yang berlirik romantik seperti orang mabuk cinta: ” Look into my eyes and you’ll see/ I’m the only one/ You’ve captured my love. .. Stolen my heart/ Changed my life/ Everytime you make me move ...”.
Kebangkitan Queen
Terbitnya ke-15 album studio Queen juga menjadi penanda kebangkitan Queen untuk generasi baru yang belum lahir ketika Freddie Mercury meninggal pada 1991. Awak Queen memang sempat larut dalam duka ketika Freddie meninggal. ”Kami tak tahu harus bagaimana ketika dia meninggal. Kami berpikir itu akhir segalanya,” kata Roger Taylor dalam wawancara dengan BBC dalam rangka 40 tahun Queen.
Brian May bahkan pernah menolak bicara tentang Queen karena menganggap masa Queen telah lewat. Namun, ia kemudian kembali pada Queen yang telah menjadi bagian dari hidupnya.
”Saya menganggap Queen sebagai bayangan besar. Saya tidak bisa lari darinya. Itu bagian dari proses dukacita. Dan setelah kami kembali pada dunia nyata, Queen sebenarnya adalah kami sendiri. Queen bukan sesuatu yang berada di luar diri (kami). Kamilah yang menciptakan. Queen adalah ekstensi dari kami semua,” kata Brian May. (XAR)
Sumber :
Kompas Cetak
-dipi-